"Kasihan, tapi sekarang kamu sudah bahagia hidup bersama mama mu. Bahkan kamu merasa tenang dan nyaman, kan?" ucap Ali.
"Ya, aku tahu mama begitu menyayangiku. Makanya aku lebih dekat ke mama dibandingkan ke papaku," kata Mikha sembari mengambil sebuah buku tulis.
"Beruntung saya masih disayang keluarga," ujar Ali sembari mengeluarkan ponselnya.
"Keluarga angkat? atau keluarga kandung?" tanya aneh Mikha.
Ali menatap kearah Mikha karena heran mendengar ucapannya.
"Maksudmu apa? kita belum tahu saya itu Aarav Alkatiri atau bukan," ucap Ali.
"Tidak! kamu pasti Aarav Alkatiri!" bantah Mikha.
"Mikha, saya masih ada urusan. Jadi saya permisi," Ali berjalan keluar menuju halaman rumah kakaknya Mikha karena ia ingin pulang kerumahnya.
"Terserah! kamu mau lari pun, kebenaran akan terus ada," teriak Mikha dari kamar kakaknya.
Ali mendengar perkataan Mikha saat ia menaiki mobilnya. Tetapi Ali diam saja dan memilih untuk pulang menemui keluarganya.
***
Beberapa menit kemudian...
Mobil Ali memasuki rumahnya. Setelah itu ia memarkir mobilnya di garasi dan turun lalu masuk kedalam rumah melalui pintu depan.
Saat Ali membuka pintunya, Mira pun membukanya dan membuat Ali hampir terjatuh.
"Eh, Ali," ucap Mira.
"Maaf, bu," jawab Ali sembari merapihkan bajunya.
"Kamu darimana? kenapa wajahmu terlihat tidak bahagia?" tanya heran Mira.
"Tidak apa-apa, bu," Ali berjalan masuk kedalam rumahnya.
Mira menatap Ali yang sedang tak bahagia itu. Setelah itu, ia menutup pintu rumahnya dan berjalan mengejar Ali yang ingin ke kamar.
"Nak, cerita saja jika kamu ada masalah," ujar Mira sembari memegangi tangan Ali.
"Enggak bu, aku baik-baik saja. Aku lelah dari kemarin gak berhenti jalan, jadi ya mungkin terlihat tidak bahagia," alasan Ali.
Setelah itu Ali menaiki tangga dan berjalan menuju kamarnya. Ia masuk kedalam kamar dan langsung menutup pintu. Mira masih merasa aneh akan tingkah laku Ali, karena tidak biasanya ia seperti itu.
"Ali kenapa ya? apa gara-gara aku menamparnya? tetapi tadi pagi dia masih ceria kok, aneh!" batin Mira.
Setelah itu Mira menaiki anak tangga dan berjalan masuk kedalam kamarnya.
***
Dirumah Mikha....
Tampak Mikha baru saja pulang dan langsung masuk kedalam kamarnya. Iapun duduk di meja belajar sembari mengeluarkan beberapa buku dari dalam tas.
"Apa ucapan ku kepada Ali menyakitkan ya? kok rasanya aku bersalah ya, berkata seperti itu padanya," ujar Mikha sembari memegangi ponselnya.
Setelah itu Mikha membuka WhatsApp dan masuk ke chat Ali. Iapun mengechat Ali yang terlihat sedang tidak online.
👩: Ali, td aku tdk bermaksud berkata seperti td.
Sehabis mengechat Ali, Mikha pun keluar dari WhatsApp lalu menyimpan ponselnya didalam laci meja.
"Semoga Ali memaafkan ku," ujar Mikha.
***
Beberapa jam kemudian...
Terlihat Ali sedang membaca selembar demi selembar kertas yang berisi curhatan mahasiswa dan mahasiswi nya. Ia tersenyum karena banyak mahasiswi yang justru memuji ketampanannya dibandingkan mata pelajaran.
Tak lama, terdengar suara ketukan pintu. Ali menatap kearah pintu, setelah itu ia berjalan ke pintunya dan membuka.
Yang ada didepan pintunya ialah ART rumah bernama bibi Kirun. Dia sudah lama bekerja dirumah itu, dan bibi Kirun sangat dekat dengan Ali. Tetapi kalau urusan memasak, bukan dia bagiannya melainkan Mira. Selain itu, bibi Kirun lah yang mengurus pekerjaan rumah.
"Ya, bi? ada apa?" tanya Ali.
"Saya kesini karena tuan Malik mencari tuan. Dia berada diruang keluarga bersama nyonya Mira," jelas bibi Kirun.
"Oh baik, bi. Sebentar lagi saya turun," ujar Ali.
Setelah itu bibi Kirun berjalan menuruni tangga dan kembali melanjutkan tugasnya. Ali keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruang keluarga.
"Bu, pak. Ada apa?" tanya Ali sembari berjalan kearah Malik dan Mira.
"Kamu duduk dulu disini, ada sesuatu yang harus diberitahu," perintah Malik.
Ali duduk disamping Malik dan samping Mira. Terlihat, wajah Mira merasa penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh Malik.
"Ya. Saya sudah duduk sekarang, memang apa yang mau dibicarakan?" tanya Ali.
"Bapak sudah buat keputusan bahwa kamu akan dipindahkan ke Medan. Kamu boleh jadi dosen disana dan beraktivitas seperti biasanya, tetapi mereka tidak boleh tahu masa kamu saat berada di Jakarta," jelas Malik.
"Apa?" Ali dan Mira berbicara diwaktu yang bersamaan dan keduanya saling terkejut.
"Loh, kenapa Ali dipindahkan ke Medan? biarkan dia di Jakarta bersama aku. Dia kan pelindung ku, mas," ujar Mira.
"Iya benar, pak. Kalau saya pergi, nanti tidak ada yang menjaga ibu," ucap Ali.
"Ini keputusan saya! tidak bisa dilanggar. Besok adalah pemberangkatan kamu menuju Medan, mengeri?" Malik berjalan meninggalkan Mira dan Ali yang masih diruang keluarga.
Mira mendekati Ali lalu bersandar di bahu Ali sembari memegangi tangan kirinya Ali.
"Nak, ibu gak mau kamu pergi ke Medan. Ibu janji akan coba bicara dengan bapakmu tentang masalah ini," ujar Mira.
"Ya, bu. Ali juga gak mau ke Medan! Ali senang tinggal di Jakarta," jawab Ali.