Beberapa jam kemudian...
Terlihat Ali sedang duduk di kursinya yang berada di ruang dosen. Sepertinya Ali sedang memikirkan sesuatu karena dari tadi ia diam saja padahal disana terdapat Sinta yang sedang tidak mengajar. Ali memikirkan Mikha yang dari tadi tidak menjawab chat ataupun mengangkat teleponnya.
"Kenapa Mikha tiba-tiba begini, ya? apakah terjadi sesuatu padanya? aku harus cek keadaan dia sekarang!" batin Ali.
Ali pun berdiri dari bangkunya hingga membuat penasaran Sinta yang sedang asyik membaca buku novel.
"Pak Ali? bapak mau kemana? apakah saya bisa bantu sesuatu?" tanya Sinta sembari menatap Ali.
"Tidak perlu bu Sinta. Saya ingin pergi keluar sebentar, berhubung jam mengajar saya kosong," jawab Ali.
"Oh begitu, ya sudah. Hati-hati ya pak," ujar Sinta.
Setelah itu Ali berjalan keluar dari ruang dosen menuju parkiran. Iapun masuk kedalam mobil dan langsung menancap gas mobil agar cepat sampai di kampus Mikha.
***
Beberapa menit kemudian...
Ali sampai didepan kampus Mikha, iapun masuk kedalamnya lalu memarkir mobil di parkiran yang telah disediakan.
Ali langsung masuk kedalam untuk mencari Mikha. Saat ingin masuk, Ali bertemu dengan dosen di kampus itu dan dosen tersebut adalah temannya.
"Abdar!" sebut Ali.
"Ali? apa kabar?! lama kita tak bertemu," ujar Abdar sembari menepuk bahu Ali.
"Alhamdulillah baik, bagaimana kabarmu?" tanya Ali.
"Alhamdulillah baik juga. Ada apa kesini? terus itu kepala kenapa? kok sampai diperban segala?" tanya Abdar.
"Saya kesini karena ingin mencari Mikhailovna Azkadina. Kamu melihatnya?" jelas Ali.
"Oh sih Mikha, ia tadi aku lihat. Dia dari pertama kali datang tadi pagi sampai sekarang, wajahnya merah seperti habis menangis. Dan dia bersama Alex, anak murid terkenal yang pernah kamu katakan itu," jawab Abdar.
"Oh begitu, sekarang Mikha dimana?" tanya Ali.
"Mikha lagi istirahat. Dia tadi ke lantai paling atas sama dua temannya tetapi bukan teman akrabnya," jelas Abdar.
"Oh baik, saya keatas dulu ya," jawab Ali.
Setelah itu Ali berjalan masuk lalu menaiki anak tangga untuk menemui Mikha.
Dilantai atas...
Terlihat Mikha bersama Naila dan Azka. Wajahnya tampak merah seperti habis menangis.
"Ngapain?! ngapain lo bawa gw kesini? belum puas nyuruh Alex nyiksa gw didepan satu kelas?! ha? belum puas?" tanya Mikha.
"Iya kita belum puas kalau lo masih bisa bertahan. Kita ngajak lo kesini untuk mengantarkan lo ke neraka!" jawab Naila.
"Apa? ke neraka? maksudnya?" tanya Mikha heran.
"Maksudnya seperti ini!" Azka mendorong Mikha dari lantai atas agar jatuh kebawah. Beruntung Mikha masih bisa berpegangan pada dinding pembatas.
Disaat itu, Ali melihat Azka yang mendorong Mikha. Ia langsung berlari kearah sana dan membantu Mikha agar tidak jatuh kebawah.
Ali memegangi tangan Mikha sembari berusaha menariknya. Mikha tidak percaya bahwa Ali datang dan menyelamatkannya.
"Ali!" ujar Mikha sembari meneteskan air matanya sedikit.
"Kamu pegang yang kencang tangan saya, ya. Saya akan berusaha membantumu!" ucap Ali.
Tak lama muncul Nina dan empat kawannya tersebut. Mereka semua terkejut melihat Ali dan seketika langsung menghampiri Ali.
"Pak Ali, ngapain disini?" tanya Nina.
"Bantu saya! dua orang tahan wanita disamping saya ini dan tiga lainnya kebawah. Jadi jika saya tidak bisa menarik Mikha, kalian menangkapnya!" perintah Ali.
"Baik, pak. Alifah, Rose! kalian tahan Naila dan Azka! aku, Nina, dan Lirna kebawah!" ujar Natasha.
Setelah itu Alifah dan Rose langsung memegangi Naila serta Azka agar mereka tidak kabur. Sedangkan Nina dan yang lainnya kebawah untuk menangkap Mikha.
"Ali, aku sudah tidak kuat menahannya," ucap Mikha.
"Mikha bertahan! bertahan! tangan kiri mu pegang tanganku, oke?" jawab Ali.
Mikha pun memegang kedua tangan Ali. Setelah itu Ali berusaha menarik Mikha agar tidak terjatuh. Sedangkan Nina dan dua temannya sudah siap menangkap Mikha.
Mikha sangat susah untuk memanjat keatas karena selalu saja ia hampir tergelincir.
"Mikha! kamu jangan bergerak, kecuali saya suruh!" ujar Ali.
"Tetapi aku sangat takut ketinggian," jawab Mikha.
"Kamu tenang ya! tenang!" ucap Ali.
Sedangkan di sisi lain...
"Lepasin! lepasin gw!" ucap Naila.
"Iya, lepasin kami!" bentak Azka.
"Tidak akan pernah!" bentak balik Rose.
***
Sepuluh menit kemudian...
Ali mulai berhasil menarik Mikha. Tetapi walau begitu ia tetap terus mengira-ngira agar Mikha tidak terjatuh.
"Mikha! gunakan kakimu untuk menahan, sekarang!" perintah Ali.
Setelah itu Mikha mengikuti perkataan Ali, ia menggunakan kakinya untuk menahan. Dan saat itu juga, Ali mengangkat Mikha dan akhirnya Mikha berada dilantai lagi.
Teman-temannya lega melihat Mikha yang baik-baik saja, begitupun dengan Ali yang bersusah payah menolong Mikha.
"Mikha, kamu baik-baik saja kan?" tanya Ali khawatir.
"Iya, aku baik-baik saja," jawab lemas Mikha.
Dan Mikha tiba-tiba tak sadarkan diri tepat dipelukan Ali.
***
Diruang rektor...
Terlihat disana terdapat Mikha, Ali, Alex, Naila, Azka, dan orang tua dari pihak Alex, Naila, serta Azka. Serta ada Nina yang menemani Mikha.
"Alex, Naila, dan Azka! kelakuan kalian bertiga benar-benar diluar kendali! kamu Alex, kamu menyiksa Mikha dengan sangat sadis didepan satu kelas. Dan kalian, Naila, Azka! kalian hampir membuat Mikha meninggal!" ujar rektor.
"Tapi kan aku tidak..." saat Naila ingin bicara, papanya pun membentak.
"Diam!" bentak papa Naila hingga Naila terdiam.
"Maka dengan ini saya nyatakan, Naila, Azka dan Alex, dikeluarkan dari kampus ini!" ucap rektor yang membuat Naila, Azka dan Alex terkejut.
"Apa? saya dikeluarkan?" tanya Naila terkejut.
"Lebih baik kalian keluar dari sini! saya tidak ingin melihat wajah kalian lagi!" perintah rektor.
Setelah itu orang tua Naila, Azka, dan Alex membawa anaknya keluar dari ruangan tersebut. Dan kini yang tersisa diruangan tersebut hanyalah Ali, Mikha, dan Nina.
"Mikha, saya sebagai pihak kampus meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada kamu karena telah lalai terhadap mahasiswa ataupun mahasiswi nya," ucap rektor.
"Iya, pak. Tidak apa-apa," jawab Mikha.
"Oh ya, pak Aarav. Terimakasih karena telah menyelamatkan nyawa anak murid kami," ucap Rektor.
"Iya sama-sama pak. Tapi sebelumnya saya minta maaf, saya bukan Aarav tapi Ali," jawab Ali.
"Ali? oh iya-iya pak, maaf. Soalnya wajah bapak sangat mirip dengan Aarav Alkatiri," jelas Rektor.
"Sudah! saya, pak Ali dan Nina permisi ya, pak," ujar Mikha.
"Silahkan," jawab Rektor.
Setelah itu Mikha, Ali, dan Nina keluar dari ruangan Rektor lalu berdiri sejenak sebelum kembali ke kelas.
"Ali, terimakasih ya telah menyelamatkan nyawaku. Kalau tadi kamu sampai tidak datang, aku mungkin sudah tiada saat ini," ucap Mikha.
"Kamu tidak perlu berterimakasih, Mikha. Itu sudah tugas saya menjadi calon suamimu! saya harus melindungimu!" jawab Ali.