Chereads / AIRIN'S LOVE JOURNEY / Chapter 21 - Perlawanan Atas Pembullyan

Chapter 21 - Perlawanan Atas Pembullyan

Alvino baru saja mendapatkan handphone barunya dari toko handphone milik keluarganya. Setelah berhasil mendapatkan ponsel baru, Alvino segera menancap gas motornya menuju rumah Airin untuk meminta maaf pada Airin mengenai kesalahan nya.

.....

Raffael dan Airin kini tengah menikmati makan malam mereka di depan ruang televisi di rumah Anin.

Mereka makan di lantai yang dilapisi oleh karpet.

"Maaf ya kak... Airin cuma bisa masak ini.. Semoga kakak suka ya.." ucap Airin.

Raffael tersenyum.

"Iya gak apa-apa kok... justru aku tuh suka banget sama nasi goreng dan nasi goreng itu adalah makanan favorite aku.. apa lagi kalau pakai telur ceplok setengah matang.. hmm yummy.." ucap Raffael.

"Alhamdulillah... kebetulan banget aku juga suka telur ceplok setengah matang kak dan ini juga pas banget aku buat dua-duanya begitu.. heheh... selamat makan kak ..." ucap Airin.

"Selamat makan juga rin..." ucap Raffael.

Mereka berdua pun lalu menikmati makan malam tersebut dengan sesekali bercanda.

"Rin, enak banget nasi goreng buatan kamu... aku jadi pengen deh rasain makan nasi goreng buatan kamu setiap hari.." ucap Raffael di sela-sela makan.

"Heheh... ini nasi goreng biasa kok kak.. bumbunya juga bumbu biasa kok tapi kalau kakak suka alhamdulillah banget.." ucap Airin.

Raffael pun tersenyum.

"Masakan kamu akan menjadi makanan favorite aku pokoknya.." ucap Raffael.

"Hmm kalau masakan mamanya kak Raffael sendiri gimana?? Lebih enak kan??" ucap Airin.

Raffael tersenyum kaku.

"Kalau mama aku jarang di rumah dan gak pernah masak, rin... bibi yang selalu masak buat kita... mama palingan kalau masak ya kalau dia mau aja.. mama kan sibuk juga.." ucap Raffael.

"Hmm gitu.. maaf ya kak.." ucap Airin.

Raffael pun mengangguk.

"Iya gak apa-apa kok rin.. santai aja.. tapi boleh gak kalau aku catering makanan tiap hari sama kamu?? Soalnya aku suka banget sama masakan kamu.. enak lho rin.. di usia kamu yang masih segini, kamu udah jago banget masak.. Aku salut deh sama kamu.." ucap Raffael.

"Hmm kalau kakak mau kakak boleh kok makan di sini kapan aja.. Gak perlu cateringan sama aku.." ucap Airin.

"Gak dong.. jangan gitu dong rin.. entar pokoknya aku makan di sini tapi aku bayar bulanannya.. anggap aja ucapan terima kasih aku karena kamu sudah bersedia masakin aku.. Dan aku tidak menerima penolakan heheh.." ucap Raffael.

"Hmm ya udah deh kalau kakak maunya gitu.. yang penting kakak tidak merasa diberatkan atau dibebani.. karena aku gak mau dianggap sebagai orang yang seperti itu kak.." ucap Airin.

Raffael tersenyum seraya mengusap kepala Airin.

"Aku gak pernah merasa terbebani untuk setiap hal yang berkaitan dengan kamu.. Karena aku adalah kekasih kamu.. sudah seharusnya aku untuk selalu membahagiakan kamu.. aku gak sabar deh rin menunggu waktu itu tiba.." ucap Raffael tersenyum.

Airin pun ikut tersenyum.

Tanpa mereka ketahui, sejak tadi ada seseorang yang mendengar ucapan mereka.

Tok Tok Tok.....

Airin dan Raffael yang tadinya tertawa kecil pun langsung bungkam dan menoleh pada sumber suara.

.....

Beberapa hari kemudian...

Hari ini, semua murid sudah mulai aktif belajar seperti biasanya.

Alvino pun sudah mulai sibuk dengan kegiatan pembelajaran nya dan juga organisasinya.

Sejak malam itu, Alvino tak pernah lagi bertegur sapa dengan Raffael atau pun Airin.

Airin saat ini sedang berjalan di koridor kelas seraya membawa buku-buku yang bertumpuk cukup banyak bahkan hampir menutupi wajahnya.

Ia membawa buku-buku tersebut dari perpustakaan atas perintah gurunya untuk mengambil buku paket pada mata pelajarannya saat itu.

Namun, ketika Anin sedang kesulitan berjalan karena buku-buku itu, kakinya dengan sengaja dijegal oleh seseorang hingga membuat dirinya terjatuh dan tentunya buku-buku yang ia bawa menjadi berserakan.

Brak!!

"Akh!!" ringis Airin ketika ia merasakan sakit pada kakinya karena terjatuh.

Yang menjegal pun hanya tertawa seolah mengejek.

Beberapa teman si pelaku pun ikut menertawakan Airin.

Alvino, yang posisinya saat ini akan berjalan ke arahnya dengan earphone yang menempel pada telinganya seraya membaca buku pun melihat ke arah Airin. Alvino bahkan juga mengetahui bahwa jatuhnya Anin adalah benar disengaja oleh si pelaku dengan cara menjegal kaki Airin.

Airin yang melihat Alvino akan berjalan ke arahnya berharap bahwa Alvino akan menolong dirinya dari bullyan murid-murid itu seperti pada saat awal pertama kalia masuk sekolah, di mana Alvino menjemput Airin di halte dan mengantarkannya pulang agar Airin terhindar dari bullyan geng Sandra.

'Kak Alvino.. iya itu dia.. dia lagi jalan ke sini.. ya Allah.. semoga dia mau tolongin aku dan jauhi aku dari mereka-mereka yang berniat jahat sama aku..' ucap Airin dalam hati dengan mata yang berkaca-kaca.

"Alvino tuh..." ucap salah satu teman si pelaku.

Si pelaku pun tersenyum miring.

"Kita lihat aja nanti.. dia masih dibela oleh Alvino atau enggak." ucapnya seolah meremehkan dan mengejek.

Alvino melewatinya tanpa menoleh pada Airin sedikit pun. Bahkan Alvino terlihat tidak peduli pada Airin dan seolah-olah seperti sedang tidak ada kejadian apa pun di sana.

'Kak Alvino gak mau tolongin aku?? Apa kak Alvino semarah itu sama aku??' ucap Airin dalam hati.

"See?? Sekarang Alvino sudah tidak lagi membela lo murid gembel!! Maka itu artinya, lo udah gak punya pahlawan lagi di sekolah ini.." ucapnya dengan senyum mengejek.

Airin menangis. Ia berusaha memunguti buku-buku yang berserakan. Namun dengan mudahnya si pelaku memijak satu buku yang akan Airin ambil.

Airin mendongak dan mendapati si pelaku sedang tersenyum mengejek.

"Apa?? Emang enak lo udah gak ada lagi yang belain?? Makanya jangan sok cantik jadi perempuan! Gembel aja banyak gaya lo!" ucapnya sinis.

Airin menarik paksa buku itu dari kaki si pelaku. Hingga ia berhasil mengumpulkan semua buku-buku itu lalu bangkit berdiri.

"Ternyata sekolah ini adalah sekolah yang munafik ya!!" ucap Airin dengan suara lantang.

Alvino? Dirinya masih berada di dekat sana. Bahkan ia mendengar dengan jelas apa yang Airin katakan.

"Apa maksud lo gembel?!" ucap Dinar emosi.

"Sekolah ini punya nama yang baik di kalangan masyarakat atas, pemerintah dan dinas pendidikan.. tapi benar-benar buruk untuk kalangan masyarakat bawah seperti saya!! Sekolah ini memiliki segudang murid berprestasi tapi juga memiliki segudang murid si pencaci!!" ucap Airin dengan penuh penekanan.

Ketiga gadis pembully itu menahan amarah mereka.

"Jaga bicara lo ya, gembel!!!" ucap Dinar emosi.

"Lo semua munafik!! Pakaian lo bagus!! Barang-barang yang lo semua pakai itu mahal!! Tapi lo semua miskin hati dan juga iman!!" ucap Airin.

"Diem ya lo!!" ucap Dinar semakin emosi.

Alvino terus mendengarkan apa yang Airin ucapkan.

"Bahkan, ketua OSIS yang sudah seharusnya tugasnya adalah membersihkan kasus bullying di sekolah ini, justru seolah tak punya kepedulian sama sekali!! Benar-benar tidak layak untuk dijadikan sebagai pemimpin!! Menjadi ketua OSIS aja gak bisa adil, bagaimana jika dia benar-benar menjadi pemimpin daerah atau negara?? Cih!! Tentu kepemimpinannya nanti akan sangat buruk! " ucap Airin.

"Lo jaga mulut lo ya!! Alvino bukan orang yang seperti itu!" ucap Dinar semakin emosi.

"Lo berbicara seperti itu karena lo suka kan sama dia?! Kalian semua sama aja!! Sama-sama gak punya hati!! Kalian memang punya segalanya, tapi itu bukan berarti kalian bisa menginjak-injak harga diri gue yang gak punya apa-apa!! Gue memang miskin!! Tapi gue gak munafik atau pun dengki seperti kalian!! Tuhan melihat dan Tuhan yang membalas!! Semoga azab kalian tidak terlalu berat!!" ucap Airin berlalu meninggalkan mereka dengan tatapan benci.

Mereka benar-benar dibuat emosi oleh Airin.

"Awas ya lo, gembel!" gerutu Dinar.

.

.

Alvino yang mendengar semuanya merasa tertampar dengan setiap ucapan Airin. Ia segera pergi meninggalkan tempat itu dan menuju ruangannya.

'Maafin gue rin... Tapi ini yang lo mau.. lo gak mau kalau gue dekat-dekat lagi sama lo kan?? Gue udah lakuin..' ucap Alvini di dalam hatinya.

...

Maafkan Typo...

Thank You for Reading....

Please support this novel...

ā¤ā¤ā¤