Setelah kelompok yang lain selesai menentukan dan berbagi tugas, hanya kelompok Rafa yang masih berdebat antara Melani juga Nadin. Mereka berdua saling adu mulut juga tidak ada yang mau mengalah.
Nadin tetap dengan pilihannya, begitu juga dengan Melani. Ia memilih membuat minuman yang simpel untuk dijadikan bahan persentasinya. Tetapi Nadin menolaknya, dirinya ingin membuat makanan untuk persentasinya.
"Gue pilih makanan, titik gak pake koma!" tekan Nadin emosi.
"Minuman aja napa sih? Biar simpel Nadin." sanggah Melani.
"Halah, so-so'an pengen simpel hidup elo aja ribet." balas Nadin sinis.
"Eh, ngapain elo bawa-bawa hidup gue?"
"Emang iya! Elo itu rubet. Rusuh dan ribet."
Perdebatan itu membuat Rafa pusing tujuh keliling. Ia pun memilih beranjak keluar dari kelas usai bel pergantian mata pelajaran berbunyi. Sayangnya jam kedua adalah jam kosong. Rafa pun memilih pergi ke rooftop sekolah.
"Aaahhh! Gara-gara elo, Rafa gue jadi pergi." ketus Melani sewot.
"Yeh, Rafa gue Rafa gue bapak elo botak! Ngarep elo!" cibir Nadin kesal.
***
Jelang sore, sekolah pun usai. Tanpa menunggu yang lainnya, Rafa pergi begitu saja meninggalkan kelas. Laura semakin tidak mengerti dengan sikap Rafa terhadapnya bahkan kepada Rafi juga Rio. Padahal jika dirumah, mereka terlihat seperti baik-baik saja.
"Ra? Si Rafa kenapa sih?" tanya Nadin pada Laura seraya berjalan menuju parkiran sekolah.
"Entahlah." jawab Laura dengan menghela nafas panjang.
"Lah, bukannya elo masih tinggal dirumahnya?"
Laura pun mengangguk pelan. "Tapi dirumah kita biasa aja. Malah kemarin sore, mereka bermain bersama. Gue sendiri juga bingung."
"Apa jangan-jangan dia marah sama elo?"
"Iya marah juga harus ada alasannya kali."
"Eh, eh! Lihat tuh si cocomelon." tunjuk Nadin dengan gerakan mulutnya yang mengarah pada Melani juga Rafa. "Dasar ganjen!" ketusnya. "Dia gak bawa mobil? Terus elo bareng siapa?"
"Bareng gue." sambar Rafi mengagetkan.
"Astaga naga! Kaget gue sumpah." ucap Nadin sambil mengelus dada.
Rafi pun segera mengeluarkan motornya dari barisan para mantan. Eh, maksudnya barisan motor yang masih terparkir.
"Lah? Si Rafa kok mau bareng sama si cocomelon?" ujar Nadin heran yang melihat Melani naik dan duduk dibagian jok belakang motor Rafa. "Gak beres ini mah." lanjutnya ngomel sendiri.
Lalu Rafa pun segera meninggalkan parkiran dan berlalu melewati Nadin, Laura, Rafa dan Rio begitu saja tanpa ucapan pamit.
"Gila ya tu bocah! Main nyelonong aja tanpa pamit." Nadin pun menggerutu kembali.
"Udahlah, Nad. Anggap aja angin lewat." tukas Laura. "Gue cabut duluan. Bye!"
***
Melani merasa senang, misinya berhasil. Tetapi ia masih belum puas dengan keinginannya. Dia tahu bahwa Rafa adalah orang yang tak mudah untuk ditaklukkannya. Melani berpikir untuk berusaha lebih keras lagi agar bisa mendapatkan hati Rafa.
Dalam perjalanan pulang, Rafa mampir ke restoran Delicious bersama dengan Melani. Untuk pertama kalinya, Melani masuk ke sebuah restoran mewah di Jakarta Selatan.
"Fa, elo gak salah ngajak gue ke sini?" tanyanya memastikan. "Ini restoran, mewah banget. Elo hanya anak SMA." ucap Melani dengan nada seperti meremehkan. Rafa pun hanya sedikit menyeringai. "Kalau begitu, biar gue aja yang traktir." lanjutnya seraya memanggil waitres.
"Gue pesan steak sama kebab original 1, terus minumannya matcha." ujarnya lagi sambil membuka buku menu. "Elo mau apa, Raf?"
"Karena elo yang traktir, gue pengen menu yang paling spesial direstoran ini." kata Rafa mengejutkan.
"Baik, silahkan ditunggu pesanannya." ucap waitres usai mencatat pesanan dan berlalu pergi.
"Mampus gue!" batin Melani sembari membuka lagi buku menu yang ada dimeja. Kemudian mencari sesuatu. "Anjir! Harganya hampir tiga ratus ribu?" gumamnya sedikit panik. "Gak papalah, yang penting gue bisa makan bareng sama dia." cengirnya.
Untung saja Rafa tidak membawa Melani ke lantai vip. Mungkin akan lebih buruk jika dibandingkan lantai pertama yang hanya untuk orang-orang biasa. Sambil menunggu pesanan datang, Rafa mencoba mengobrol demi sesuatu yang diinginkannya.
"Bay the way, elo pernah bilang kalau Laura mirip sama teman lama elo. Benarkah itu?" ujar Rafa tanpa basa basi.
"Awalnya gue berpikir begitu. Sayangnya, nama dia juga keluarganya berbeda." ungkap Melani. "Teman gue namanya Lara Sidqia, dia tinggal didaerah bekasi bersama ibunya." jelasnya.
"Hmm... Menarik!" gumam Rafa pelan.
"Kenapa? Ada masalah?"
"No. Gue hanya berpikir kenapa elo cantik banget?"
"Oh my god!" ucap Melani dalam hati. Seketika pipinya memerah. "Gue yakin, setelah ini Rafa bakal jadi milik gue." batinnya. "Ah elo, bisa aja." sangkal Melani malu-malu.
Tak lama kemudian, pesanan pun datang. Dengan segera Melani menyantap makanannya.
"Umm! Ini enak banget." kata Melani. "Elo emang keren. Ini bakal jadi tempat favorit gue." Melani pun memuji.
Drrrttt... Drrrttt...
Ponsel Rafa pun berdering. Melihat nama kontak yang muncul dilayar ponselnya, Rafa segera menjawab panggilan tersebut.
📞"Assalamu'alaikum oma!" ucapnya.
📞"Waalaikum salam! Apa kamu sedang berkencan?" mendengar pertanyaan Rere seperti itu, sesaat Rafa langsung melirik ke arah dimana terdapat cctv.
📞"Tidak oma." sanggah Rafa santai.
📞"Lalu, siapa gadis yang sedang bersamamu?"
📞"Rafa sedang melakukan sesuatu oma."
📞"Baik, datanglah segera keruangan Cellyn."
📞"Siap oma!"
Rafa pun mengakhiri obrolannya dan segera beranjak dari tempat duduknya seraya merapikan seragamnya.
"Elo mau kemana? Siapa yang telpon? Makanannya belum elo cicipi. Ini enak loh." ujar Melani heboh.
"Sorry, Mel. Gue harus cabut." kata Rafa. "Elo boleh bungkus makanan gue dan bawa pulang. Thank you teraktirannya."
"Fa, kok elo ninggalin gue sih? Rafa!" Melani pun sedikit kecewa, tetapi ia masih merasa senang. Ini pertama kalinya dia dapat mengobrol dengan lelaki pujaan para gadis SMA Antariksa. Kesempatan yang bagus untuk menunjukkan kepada semua orang bahwa sebentar lagi Rafa akan menjadi milik gue.
***
Ruangan Cellyn berada dilantai paling atas.Tetapi Rafa memilih naik eskalator ketimbang lift vip. Meskipun harus memakan waktu sedikit lebih lama.
Setibanya didepan ruang pribadi milik Cellyn, Rafa mengetuk pintu lalu masuk. Ia mendapati Rere sedang bersama Cellyn duduk disofa menghadap ke jendela.
"Assalamu'alaikum!" sapanya seraya menyalami tangan Rere juga Cellyn.
"Waalaikum salam!" sahut Cellyn. "Sini duduk sayang." titahnya. Rafa pun duduk disebelah Cellyn.
"Coba jelaskan!" suruh Rere.
Tanpa ragu lagi Rafa mulai menjelaskan apa yang sedang ia lakukan dan juga menceritakan semuanya tanpa ada yang disembunyikan hal sekecil apapun.
"Bukankah tidak semua data milik dia dipublish?" tanya Rere memastikan.
"Iya oma. Tapi sepertinya Melani mencoba mencari informasi itu." ungkap Rafa.
"Apa dia berbahaya?"
"Tidak oma. Rafa belum menemukan informasi lebih lanjut asal usul keluarganya. Tapi yang Rafa tahu, ibunya seorang pengusaha minuman PT.Sobo Bintang di Bekasi."
"Oh, saya tahu!" potong Cellyn cepat. "PT.Sobo Bintang itu pabrik baru yang akhir-akhir ini sedang ramai diperbincangkan orang. Pabrik itu dibuka dan diresmikan oleh BPOM sebagai minuman halal sekitar satu tahun yang lalu." jelasnya. "Pemiliknya adalah istri dari seorang Direktur disebuah perusahaan ternama dikota Bekasi."
"Perusahaan ternama?" gumam Rafa. "Oma, bukankah dikota Bekasi eyang juga memiliki perusahaan cabang ke lima?" tanyanya.
"Iya, eyang kamu masih mengelolanya."
"Jadi gak mungkin dong, jika ada perusahaan lain yang lebih terkenal dari perusahaan milik Winata Group." terangnya. "Apa tante tahu, apa nama perusahaannya?"
"Soal itu, tante kurang tahu. Lagian tante hanya mendengar cerita dari teman-teman tante."
Setelah mengobrol cukup lama, mereka bertiga pun segera mengakhiri perbincangannya karena waktu sudah mulai gelap. Rafa juga pamit pada Rere dan Cellyn untuk pulang terlebih dahulu.
★★★★★