Chereads / SULTAN FAMILY My Brother is My Bodyguard / Chapter 81 - MENEGANGKAN...

Chapter 81 - MENEGANGKAN...

Kesedihan keluarga Winata masih berlanjut sampai pagi. Mereka sama sekali belum merasakan ketenangan dalam hatinya, meskipun sudah berserah diri pada Yang Maha Kuasa. Wajah pucat serta mata sembab jelas terlihat, isak tangis pun tak pernah berhenti dari mulut Cellyn.

Dirinya benar-benar tak sanggup jika harus kehilangan Rachel secepat itu. Anak semata wayangnya yang menjadi harta paling berharga dalam hidupnya. Tak pernah terpikir dan tak pernah terbayang olehnya, Rachel akan pergi tinggalkan dirinya untuk selamanya.

Begitu juga dengan Laura yang tak bisa menahan rasa sedihnya, jika Rachel benar-benar pergi tinggalkan dunia ini. Ia terus saja menunggu Rachel menghubunginya atau kirim pesan untuknya. Dia juga tak lupa terus berdoa dan meminta pada Tuhan agar diberi keajaiban untuk sahabatnya.

Sedangkan Rafi dan Rio disibukkan dengan melacak sekaligus meretas ponsel ataupun laptop milik Rachel untuk mengetahui dimana keberadaan dia yang sebenarnya. Berbeda dengan Rafa yang memang semalam tidak pulang kerumah, tak ada yang menyadari ketidak beradaan Rafa dirumah itu kecuali Laura.

Tok Tok Tok !!! Laura pun mengetuk pintu kamar Rafa.

"Loh, kalian cuma berdua aja ? Rafa mana ?" tanyanya saat membuka pintu kamar dan mendapati Rafi hanya berdua dengan Rio. "Dari semalam gue gak lihat dia. Bukannya om Haris sudah pulang ?"

Sontak Rafi terkejut menyadari ketiadaan Rafa. Dia juga tak melihatnya lagi sejak kepergiaannya ke bandara. "Gue gak sadar hal itu." ucapnya. "Coba gue tanya pak Anto dulu. Sepertinya dia tidak pulang." Rafi pun segera menghubungi satpam rumah.

📞"Pak Anto, apa Rafa semalam pulang ?" tanyanya langsung tanpa basa basi.

📞"Tidak den, saya juga dari semalam menunggunya pulang."

📞"Ok! Kalau begitu terima kasih pak."

***

Sebuah mobil sport putih telah terparkir disuatu tempat selama beberapa jam. Pengemudi mobil tersebut enggan keluar dan tak tahu apa yang sedang dilakukannya didalam mobil semalaman. Ponselnya terus berdering namun dirinya abaikan. Ia pun terbangun dari tidurnya karena silau cahaya matahari yang menembus kaca depan mobil.

Jam diponsel menunjukkan pukul 7 pagi. Dirinya tersadar bahwa ia sudah dari semalam berada ditempat itu. Lalu membuka lockscreen ponselnya dan sangat terkejut saat mendapati beberapa panggilan yang masuk tetapi tak ia jawab juga beberapa chat dan pesan yang tak dibalas.

Drrttt... Drrttt...

Ponsel pun kembali berdering. Tertera nama Floridina dilayar ponselnya.

📞"Why?"

📞"Elo dimana? Kenapa elo gak pulang kerumah? Elo mau bikin semua orang tambah khawatir? Mana telpon gak diangkat-angkat, pesan gak dibalas. Kagak kasihan elo sama yang dirumah ?" tanyanya menuntut.

📞"Ck! Modus lo. Bilang aja kalau elo khawatir sama gue.

📞"Rafa! Gue serius."

📞".....

***

Orang-orang suruhan Bram masih berada dirumah sakit, menunggu hasil otopsi yang dilakukan terhadap jenazah yang diduga adalah Rachel. Karena sekujur badannya hangus terbakar, maka jenazah sulit untuk dikenali.

Tetapi saat seluruh korban pesawat 251 dievakuasi, pihak tim Sar tidak menemukan jasad atau korban bernama Jason atau pun Candra. Kemungkinan besar mereka juga hangus terbakar dan terlambat diselamatkan, sehingga pihak polisi atau tim sar belum mendapatkan petunjuk terkait korban yang berasal dari warga Indonesia.

Dikediaman Winata, seluruh anggota keluarga dilarang menyalakan televisi atau membuka internet oleh Bram. Agar tidak terlalu terpikirkan oleh berita-berita terkait kecelakaan pesawat 251 yang menimpa Rachel.

Sudah hampir pukul 10 pagi. Jika perbedaan waktu negara Indonesia dengan negara Jepang hanya 2 jam maka saat ini di Jepang sudah memasuki pukul 12 siang. Bram masih berkutik dengan ponselnya menunggu kabar dari orang-orang kepercayaannya. Sedangkan Cellyn menjadi murung dan tak mau makan. Ia terus melamun seraya memandangi kaca jendela kamarnya.

"Tante, tante makan dulu ya?" ucap Laura mencoba membujuknya sambil menyodorkan satu sendok nasi."Kalau nanti tante sakit, Rachel pasti sedih."

"Sayang, kamu harus makan." tambah Andrea. "Aku yakin kok, Rachel kita baik-baik disana." Cellyn hanya menggeleng pelan, dan tak mau membuka mulutnya.

***

Berbeda dengan anggota keluarga yang lainnya, seperti Haris, Adriana juga Marissa yang masih berkumpul diruang keluarga. Mereka hanya duduk disofa seraya memikirkan apa yang akan dilakukannya untuk menangani masalah yang serius dikeluarganya.

Dikarenakan Marissa sangat penasaran dengan perkembangan berita Rachel, ia menyalakan televisi. Lalu mencari siaran berita terkini.

"Rafa!" panggil Haris tiba-tiba saat melihat anak sulungnya berjalan melewatinya tanpa bertanya padanya. "Dari mana saja kamu? Kenapa baru pulang? Sudah jam berapa ini? Apa yang kamu lakukan semalaman?" tanyanya bertubi-tubi.

"Maaf, pah. Rafa hanya menenangkan diri saja." jawabnya datar tanpa menatap Haris.

"Sudahlah mas, jangan marah-marah." ucap Adriana menenangkan. "Rafa juga butuh ketenangan."

"Mbak, mbak." panggil Marissa. "Mbak sini mbak, lihat ini mbak." ujarnya sembari menunjuk layar televisi lalu membesarkan volumenya. "Bukannya itu Rachel ya ?"

Seketika langkah Rafa terhenti saat mendengar presenter menyebut nama Rachel. Ia pun melangkah mundur sampai depan televisi.

"Itu beneran Rachel, mas. Coba kamu lihat sini mas." kata Adriana yakin dan segera berteriak memanggil orang-orang yang berada dirumahnya. "CEL! CELLYN! Sini kamu, Cell! Ada Rachel diberita." untung saja suara Adriana tidak cempreng. "ANDREA, LAURA! Cepat turun kalian! PAPIH, MAMIH, CEPETAN SINI!"

Terlihat sangat jelas ditelevisi itu ada sosok Rachel berdiri bersama Jason juga pak Candra disamping reporter yang sedang melakukan siarannya di Bandara Tokyo, Jepang. Dimana terjadinya kecelakaan antar 2 pesawat.

Rachel pun sedang berbicara dengan reporter tersebut dengan menggunakan bahasa Jepang. Rachel mengatakan dan mengklarifikasi terkait berita dirinya yang menjadi korban kecelakaan pesawat tersebut dan dinyatakan meninggal karena hangus terbakar.

Semua orang dirumahpun berhamburan keluar dan segera turun menuju ruang keluarga, termasuk para asisten rumah ikut melihat berita ditelevisi tersebut. Cellyn dan Andrea merasa paling bahagia ketika Rachel mengatakan dirinya dan Jason baik-baik saja dihadapan awak media. Mereka bersujud syukur atas keajaiban yang diberikan Tuhan padanya.

Laura pun ikut bahagia sampai melompat-lompat kegirangan, dan tak sadar dirinya telah memeluk Rafa saking bahagianya. Rafa pun refleks membalas pelukannya itu. Yang kemudian mereka tersadar, lalu saling melepaskan pelukannya.

Selang beberapa menit, Rafa membawa laptopnya ke ruang keluarga dan mencoba menghubungi Rachel dan memastikannya bahwa Rachel memang baik-baik saja. Lalu meminta penjelasannya, bagaimana bisa selamat dari kecelakaan pesawat yang bisa saja merenggut nyawanya.

"Rachel sayang, ini beneran kamu nak ?" tanya Cellyn saat sambungan telpon terhubung dan melihat Rachel dilayar laptop.

"Iya mih, i-ni bene-ran Ra-chel." jawabnya sedikit terputus-putus. "Ra-chel minta ma-af, ba-ru kasih ka-bar sekarang."

Semua orang pun menangis bahagia, dan kembali ceria. Mereka merasa lega dan tenang melihat sosok Rachel yang baik-baik saja bersama Jason diluar sana.

"Rachel, apa kamu sedang bersama Gamma dan Hiroshi ?" Bram pun menanyakan sesuatu padanya.

"Iya, eyang. Mereka yang membawa kita ke tempat ini." timpalnya lalu Rachel mulai bercerita apa yang sebenarnya terjadi saat dibandara Jakarta.

**Flashback On**

Sebelum checkin Rachel sempat bertemu dengan Leon dan saling beradu mulut karena satu hal. Keduanya tak ada yang mau mengalah.

"Rachel? Akhirnya aku ketemu kamu disini." ucap Leon.

"Ngapain elo disini? Jangan bilang, kalau elo ngikutin gue ?"

"A-aku, aku memang sengaja ngikutin kamu."

"FOR WHAT, LEON ?" ketus Rachel sedikit kesal. "Kita udah selesai. Apa yang elo harapkan dari gue ?"

"Chel! Aku bersumpah demi langit dan bumi. Aku sayang kamu. Aku beneran sayang sama kamu." ucapnya meyakinkan. "Rasa sayang ini, gak ada hubungannya dengan niat orang tua gue. Gue sama sekali gak tahu apa-apa."

"Halah, bulshit elo!" tukas Rachel.

Terdengar pengeras suara sudah memperingati bahwa pesawat 251 tujuan Bandara Internasional Tokyo akan segera terbang.

"Gue udah terlambat. Elo jangan ganggu gue lagi." Rachel pun berlalu, tetapi pergelangan tangan kanan Rachel dicengkram oleh Leon.

"CHEL! GUE IKUT SAMA ELO!" perkataannya berhasil membuat Rachel kaget dengan nadanya sedikit tinggi.

"Lepasin gue, Leon!" bentaknya seraya mencoba melepas cengkeramannya. Tetapi itu terlalu kuat, yang ada Leon malah semakin kencang mencengkeram tangan Rachel.

"GUE GAK BAKAL LEPASIN ELO!" tekan Leon.

Tiba-tiba sebuah cengkeraman Leon pun terlepas karena tendangan seseorang.

"Kalau elo gak mau lepasin dia, biar gue aja." ujar Jason, lalu pergi sambil menggenggam tangan Rachel.

"Gak bisa! Rachel milik gue!" Leon pun menarik baju Jason dari belakang dan langsung memukulnya tanpa aba-aba sampai Jason terjatuh.

Sontak Rachel kaget dengan tingkah konyol Leon. Kemudian Rachel membalasnya dengan menendang perut Leon sampai terjatuh pula. "Tendangan gue ini belum seberapa, gue harap tak ada tendangan kedua buat elo." Terpaksa Rachel melakukan itu karena terlanjur malu sudah dilihat banyak orang dibandara.

"Nak Rachel, kita tertinggal pesawat." kata pak Candra.

"Damn!" gumamnya kesal. "Maaf, pak Candra. Gara-gara saya, kita jadi tertinggal pesawat."

"It's okay! Masih ada pesawat selanjutnya." timpal pak Candra. "Kita take off pukul 12 siang nanti. Awas, jangan sampai terlambat lagi." Rachel dan Jason pun mengangguk pelan.

**Flashback Off**

Berita kecelakaan pesawat itu sungguh sangat menegangkan. Bagi Cellyn juga Andrea ini merupakan suatu mukjizat dari Tuhan untuk anak semata wayangnya. Mereka juga tidak tahu, apakah harus berterima kasih pada Leon atau tidak ?

★★★★★