"Kalian kenal Jason ?" tanya Yura yang sedari tadi menguping pembicaraan Rafa dan yang lainnya seraya memasangkan jarum infusan pada tangan Rachel.
"Gak kenal kok, hanya saja dia teman sekelas kita." jawab Rafa cepat.
"Kenapa, sepertinya ibu kenal dia ?" tanya balik Rio.
"Tentu saja ibu kenal." jawabnya santai.
"Boleh cerita sedikit tentang dia ?" ujar Rafi.
"Boleh." jawabnya lagi. Lalu duduk disofa bersama yang lainnya dan mulai bercerita.
Yura menceritakan sedikit tentang Jason dan keluarganya.Ia mengatakan bahwa Jason itu bukan asli warga Amerika, tetapi waktu kecil dia tinggal di Jakarta.Karena sebuah permasalahan keluarga,Jason ikut pindah bersama ibunya ke kota New york setelah papahnya meninggal.
"Lalu, dengan siapa dia tinggal sekarang ?" tanya Rafi kepo.
"Dia tinggal diapartemen nya Daniel." jawab Yura.
***
Waktu menunjukkan pukul 13.05 WIB, bel masuk sudah berbunyi lima menit yang lalu. Mau tak mau, Rafa dan yang lainnya harus masuk kelas walaupun cerita Yura belum kelar. Itu pun sudah terlambat masuk kelas untuk mengikuti pelajaran jika guru hadir mengajar, Untung saja Pak Eno tidak masuk hari ini dan hanya memberikan tugas Biologi.
Leon nampak kebingungan, saat gank Rafa masuk kelas dirinya tidak melihat sosok bidadari pujaan hatinya. "Kok kalian cuma berempat, mana Rachel ?" tanyanya.
"Pengen tahu aja, atau pengen tahu banget ?" tanya balik Laura dengan sinis.
"Ck! Heh Leon, masa elo gak tahu sih ? Si Rachel kan lagi di UKS." timpah Nadin.
"Hah ? UKS ?" ucapnya panik dan buru buru beranjak pergi keluar kelas.
"Mau kemana lo ?" tanya Salsa. "Kerjain dulu tugas lo. Kayak yang punya otak seperti Rachel aja. Sekali kedip kelar." rutuknya yang membuat semua orang tertawa.
Berbeda dengan Rafa yang melamun dikelas. Ia tengah memikirkan apa yang diceritakan Yura sewaktu diUKS seraya sesekali menengok ke arah Jason yang kebetulan meja nya sejajar dengan dirinya.
"Kenapa dia tinggal bersama Daniel ?" pikirnya dalam hati. "Punya hubungan apa mereka berdua ?Apa gue tanya Daniel langsung ?" pikiran Rafa terus saja bergulat dengan sejuta pertanyaan.
"Kerjain dulu tugas gue." titah Rafa pada Rafi lalu beranjak dari tempat duduknya.
"Mau kemana elo, bang ?" tanya Rafi heran.
"Keluar bentar." jawabnya santai.
***
Leon saat ini sedang berada diruang kesehatan. Ia duduk tepat disamping Rachel sambil menatap wajah cantik milik tunangannya.
"Kamu cantik banget, Rachel." ucapnya seraya mengusap pipi Rachel dengan lembut. "Aku menyukaimu. Sungguh, aku benar-benar menyukaimu." ungkapnya.
Yura yang sedikit mendengar ungkapan Leon merasa muak dan ilfeel. Ingin rasanya tertawa namun itu tak mungkin. Ia pura-pura tak mendengar dengan memejamkan matanya agar dikira tidur.
***
Rafa kembali lagi masuk kelas dengan membawa sebotol air putih hangat. Kemudian ia berikan pada Laura. "Nih, minum air hangat." ucapnya yang membuat Laura mengerutkan keningnya. "Gue tahu kok." Mata Rafa pun tertuju pada tangan Laura uang terus memegang perutnya. "Udah minum aja, gak dikasih racun juga sama gue." jelasnya meyakinkan.
"Mmmhh... Okay, thanks kalau gitu." timpal Laura.
Rafi yang melihat moment itu sedikit merasa kesal. Wajahnya berubah merah, hatinya serasa sesak. Emosi pun kian bergejolak dalam hati yang mulai panas.
"Kenapa elo ?" tanya Rio menyadarkannya. Lalu melirik kedepan karena sorot mata Rafi yang mengarah ke meja Laura. "Owh! Jangan bilang kalau elo..."
"Kalau elo apa ?" potong Rafi ketus. "Jangan ngadi-ngadi deh." kesalnya.
"Cie-cie, ada yang nyolot nih. Awas, itu namanya cembokur Fi." ucap Rio mengompori Rafi.
"Ck! Shut up, Rio !"
***
Selang satu jam, Rachel pun mulai sadar. Perlahan ia membuka kelopak matanya dan menatap langit langit ruang UKS.Lalu ia mendapati sosok laki-laki disampingnya sedang tertidur pulas. Ide jahil pun muncul dalam benak Rachel. Kemudian meminta bantuan pada Yura. perawat diruang kesehatan.
Tak lama dari itu, Rachel sampai dikelas berkat bantuan Yura. "Makasih ya, Bu ." ucap Rachel. Yura pun mengangguk mengiyakan seraya tersenyum simpul pada Rachel.
"Loh, Rachel ?" ujar Nadin yang melihat Rachel masuk kelas dengan membawa sebuah labu infusan.
"Chel! Kenapa elo kesini ?" tanya Laura yang langsung menghampiri dan membantu Rachel duduk dimejanya.
"Males gue diUKS." jawabnya setelah mendudukan pantatnya dikursi. "Ada singa lagi bocan." jelasnya lagi.
"Maksud elo, si Leon ?" tukas Salsa .
Mendengar itu, semua muridpun tertawa. Untung saja kelas Rachel sedang tidak ada guru.
"Jadi, si Leon elo tinggal sendirian di UKS ?" tanya Sandy kepo.
"Kagak sih. Tadi pas gue keluar gue suruh si culun dari kelas sebelah buat nemenin dia." terang Rachel sambil tertawa kecil.
Beberapa jam kemudian bel pulang pun berbunyi. Membuat Leon terbangun dari tidurnya. Lalu melirik jam ditangannya. "Sudah pukul 2." gumamnya.
Ia melihat Rachel bingung. Selimut bergaris hitam putih itu menutupi seluruh badan Rachel sampai kepala. Untung saja selimutnya gak berwarna putih polos seperti kebanyakan yang ada dirumah sakit persis yang dipakai di ruang mayat.
"Chel, bangun sayang." ucap Leon. Namun tak ada sahutan. "Rachel." ucapnya lagi dengan nada lembut. "Apa Rachel masih belum sadar juga ?" pikirnya dalam hati. Ia pun berniat membuka selimut yang menutupi wajah Rachel. Seketika, "AAAHHHH!!!" teriaknya histeris saat melihat gadis yang sedang tiduran dihadapannya memamerkan barisan giginya juga kacamata bulat yang dipakainya.
"Chel, elo punya sihir apa sampai bisa merubah diri lo ?" rutuknya ngeri. "Kenapa jadi ondel ondel yang tiduran disini ?"
***
Rachel dan yang lainnya pun segera membereskan buku serta peralatan tulisnya dan memasukkannya ke dalam tas. Lagi-lagi Rafi keduluan oleh Rafa yang selalu lebih cepat darinya. Rafa menghampiri meja Laura saat hendak keluar kelas.
"Elo mau pulang kemana ?" tanyanya pada Laura. "Mau ke rumah gue, atau kemana ?"
"Gue pulang ke rumah gue aja." jawab Laura.
"Ok! Gue anterin." katanya seraya melanjutkan langkahnya.
"Fi, elo mau bareng gue apa mereka ?" tanya Rio yang seakan mengerti dengan raut wajah Rafi yang sedikit kesal.
"Gue bareng mereka aja." jawabnya terpaksa.
"Yowes."
Tak lama kemudian mereka sampai dipakrkiran mobil. Rafa yang duluan sampai, sudah mengeluarkan mobil dari barisannya.
"Na, elo duduk depan aja." titah Rachel sebelum masuk mobil. "Gue pengen tiduran belakang bareng bang Rafi." jelasnya.
"Oh, oke!" ujar Laura tanpa penolakan.
Rafa pun segera tancap gas dan meninggalkan pekarangan sekolah. Dalam perjalanan pun tak ada yang berani berbicara. Karena Rachel tidur dipangkuan Rafi. Wajahnya terlihat sedikit pucat, tetapi tidak separah tadi siang.
Laura enggan mengawali pembicaraan, sebab ia sendiri tak tahu mau bahas apa. Ditambah kondisinya sedang tidak bersahabat. Sejak makan bakso dengan sambal banyak, ia juga merasa perutnya tak nyaman. Ada sedikit rasa nyeri yang dirinya tahan.
"AW!" pekik Laura membuat Rafa dan Rafi panik sampai mengharuskan Rafa menginjak rek mendadak.
Tiba-tiba sakit yang ditahan Laura semakin menjadi sampai Laura tak bisa menahannya.
"Flora, elo kenapa ?" tanya Rafi cepat.
"Awh, perut gue." rintihnya sambil terus memegang perutnya yang sakit.
"Bang, cepetan jalan. Mampir dulu ke klinik atau puskesmas atau rumah sakit sekalian." kata Rafi heboh lebih tepatnya panik setengah mati. Rafa pun melajukan kembali mobilnya dengan kecepatan agak tinggi.
"Aduh!" ucap Rachel lirih seraya memegang keningnya yang merasakan pusing karena sedikit guncangan dimobilnya. "Pelan-pelan dong bang, bawa mobilnya." kata Rachel mengingatkan Rafa.
Melihat kondisi Laura, Rafa lupa akan Rachel yang juga kurang baik kondisinya. "Sorry, Chel. Tapi gue harus cepat." timpalnya.
Rachel pun mengubah posisi tidurnya menjadi duduk. "Ada apa sih, kok jadi rusuh gini ?" tanyanya heran sambil memfokuskan matanya ke depan. "Loh, Fauna ? Elo kenapa ?" sambungnya yang baru sadar melihat kursi depan dan mulai panik.
Lebih dari 10 menit, barulah Rafa menemukan rumah sakit dalam perjalanan menuju rumah Laura. Ia berhenti tepat didepan UGD. Lalu segera keluar dari mobil dan menghampiri Laura. Tanpa babibu, Rafa langsung menggendongnya keluar mobil dan segera menuju ruang UGD . Rafi pun segera menyusulnya dan tak sadar meninggalkan Rachel didalam mobil.
"Iihh ! Pada kenapa sih, kok gue ditinggal ?" rutuk Rachel. "Shit! Tahu gitu mending pulang bareng Rio. Sampai terlupakan gue, laknat emang." ucapnya kesal sambil keluar dari mobil.
"Mereka lupa apa, kalau gue juga lagi sakit ?. Mana harus bawa-bawa infusan segala. Yang ada, gue dikira pasien kabur." ucap Rachel yang tak berhenti mengumpat.
Kemudian berjalan ke depan dan berpikir untuk pulang naik taksi aja.
★★★★★