Chereads / SULTAN FAMILY My Brother is My Bodyguard / Chapter 60 - MENCARI MAP KUNING...

Chapter 60 - MENCARI MAP KUNING...

Keesokan paginya, seperti biasa. Rachel dan yang lainnya melakukan olahraga rutin tiap minggu pagi, termasuk Andrea, Cellyn dan Bram. Meskipun hanya jogging mengelilingi komplek rumah.

"Papih! Hari ini aku mau ajak papih jalan-jalan." kata Andrea seraya menyamakan langkah kakinya bersama Bram.

"Wah, sudah lama juga ya. Papih sama kamu gak pergi bareng-bareng." timpal Bram. "Boleh deh."

"Jadi, habis ini kita sarapan diluar ya." timpah Cellyn. Bram dan Andrea pun mengangguk.

Usai berolahraga, merekapun bersiap siap untuk pergi, kecuali Rachel dan yang lainnya.

Waktu menunjukkan pukul 8 pagi. Rachel sudah mengenakan pakaian santainya. Begitu juga dengan Rafa dan yang lainnya.

Setelah sarapan pagi, Rafa memberikan instruksi terlebih dahulu pada semua ART dirumahnya. Supaya mereka tidak mengganggu apa yang sedang dikerjakan oleh Rachel, Rafa dan Rafi. Mereka hanya disuruh untuk mengawasi nya saja bila mana ada tamu atau orang lain masuk kedalan rumah.

"Gimana Yo, sudah dimatikan ?" tanya Rafa pada Rio dari sambungan telepon.

"Aman bro." jawabnya.

"Okeh ! Rachel, ayok masuk !" ajak Rafa. Rachel dan Rafi pun mengikuti Rafa dari belakang untuk masuk ke gudang.

Gudang yang dimaksud mereka adalah tempat penyimpanan berkas atau file juga barang lama yang dianggap penting oleh pemiliknya.

Barang-barang tersebut tersusun rapi didalam loker yang banyaknya hampir 100 buah. Tak lupa juga satu persatu loker diberi nomor atau nama sebagai pengingat.

"Gila! Banyak banget, bagaimana kita mencarinya ?" gumam Rafi.

"Biasanya, satu loker satu pemilik." timpal Rafa.

"Wah, ada loker atas nama gue nih." ujar Rachel saat menemukan salah satu loker yang bertuliskan namanya sendiri. Lalu membuka isi dari loker tersebut.

"Halah, palingan isinya buku diari semua." tukas Rafi seraya tersenyum menyeringai.

"Ck! Syirik aja lo."

"Baby bear, si Flora didepan tuh. Suruh masuk jangan ?" tanya Rio dari seberang telpon yang diloadspeaker oleh Rafa.

"Suruh masuk ruangan elo aja." jawab Rachel.

"Wokeh !"

Beberapa menit sudah berlalu. Rachel dan yang lainnya masih sibuk mencari.

"Yo, gimana nih ? Kita belum menemukan apa-apa." ujar Rafi .

"Gue juga bingung nih." timpah Rachel. "Maksud dari nomor loker ini apa sih ? Kok gak berurutan, Satu sembilan sembilan dua, satu sembilan sembilan lima, nomor apaan sih, kagak paham gue ?"

"Apa mungkin, nomor itu maksudnya tahun ?" kata Rio ragu.

"Maybe." ucap Rachel.

"Gue paham." tukas Rafa. "Kalau gak salah, masa pertama eyang berjaya itu pada tahun 1990." terangnya.

"Berarti, semua nomor loker ini sebenarnya tahun dimana karyawan atau pegawai pertama kali masuk kerja diperusahaan eyang." jelas Rafi. "So, kita tinggal cari tahu pada tahun berapa om Willi punya kerja sama dengan eyang ?"

"Ck! I don't know." ujar Rachel mengedikkan bahunya.

"Kalau elo, bang?" Rafi pun melempar pertanyaan pada Rafa yang langsung dijawab dengan gelengan kepalanya.

"Lah, terus gimana dong ?" timpah Rachel.

"Gue ingat sesuatu." kata Rio . "Kalian masih ingat gak ? Waktu kita masih Tk, eyang pernah jemput kita lalu bawa kita ke tempat permainan disalah satu mall sepulang sekolah." ungkap Rio.

"Yah, gue ingat!" potong Rachel. "Waktu itu kalau gak salah, eyang tak sengaja bertemu sama om Willi." lanjutnya. "Dan eyang kenalkan pada tante Andriana. Eyang bilang dia rekan kerja barunya."

"Tk ? Itu udah lama banget." ucap Rafi. "Mana gue ingat."

"Yang itu lho, Fi. Waktu lo makan eskrim dua sekaligus, sampai lo sakit perut." timpal Rachel.

"Hah iya, yang waktu si Rafa jatoh dari perosotan." sambung Rio.

"Tahun 2010." celetuk Rafa seraya berjalan perlahan mencari loker dengan nomor yang dimaksud.

Tiba-tiba dia berhenti di angka dua ribuan. Matanya tertuju pada loker dengan kunci yang menggantung. Lalu perlahan membuka loker tersebut. "Tolong carikan map berwarna kuning digudang." Rafa mengingat kembali perkataan Andrea.

Rafa pun segera mengambil semua berkas yang ada didalam loker itu. Kemudian memilah milah maf guna mencari sesuatu. Karena yang dicari tidak ditemukan, Rafa membuka salah satu map berwarna hijau.

"Kontrak kerja Pt.Jowil Permata." ucap Rafa dalam hati. Lalu membuka map yang lainnya. "William Pratama S.Ti, jabatan direktur utama." gumamnya.

Rachel pun tak kalah diam, ia mencari dan mengubrak abrik loker yang ada. Ia mendapati loker yang diberi tanda silang oleh spidol merah. "2015 ?" ucapnya pelan.

Saking penasaran, Rachel langsung membobol gembok loker dan menemukan sebuah map berwarna kuning didalamnya. Dengan segera ia membuka map tersebut.

"Laporan Data Kematian." ucapnya lagi. "Nama korban, William Pratama. Usia, 54 tahun. Meninggal, bunuh diri. Motif, banyak hutang." Rachel pun membaca salah satu selembaran kertas yang ada didalam map itu. Ketika hendak membaca kertas yang lain, Rachel tak sengaja menjatuhkan sebuah foto berukuran kecil.

"Foto siapa nih ?' ujar nya seraya berjongkok mengambilnya karena terjatuh. Saat membalikkan kertas foto itu, Rachel kaget bukan kepalang. Sesaat ia diam membisu dengan mata membelalak dan terus menatap foto tersebut. Berkas yang ia pegang pun terjatuh berhamburan dengan foto yang lain.

"Rachel, elo kenapa Chel ?" tanya Rafi cemas dan berjalan cepat menghampiri Rachel yang berada tidak jauh darinya.

Saat itu, Rachel merasa tak percaya dan tiba tiba badannya melemas dan hampir saja terjatuh. Namun Rafi berhasil memeluknya.

"Fa, what happent ?" tanya Rio yang mendengar sedikit kekacauan. "Gue turun bareng Laura." ucapnya tanpa persetujuan Rafa.

"Gak! Ini gak mungkin!" teriak Rachel yang membuat Rafa terheran heran. Rafa pun menghampiri Rachel, kemudian mengambil barang yang terjatuh. "Map kuning ?" gumamnya.

"Bang, gue gak paham ini. Ada apa ?" tanya Rafi pada Rafa.

"ARRGGGHHH !!!" teriak Rachel seraya mengacak rambutnya.

"Chel tenang, Chel." ucap Rafi menenangkan Rachel yang mulai meneteskan air matanya.

"Bawa dia keluar." titah Rafa dan Rafi pun segera membawanya keluar dari gudang.

Usai membereskan berkas yang terjatuh oleh Rachel, kemudian Rafa segera menyusulnya keluar dengan membawa beberapa berkas yang sedari tadi ia pegang juga berkas yang Rachel temukan.

Mereka pun berkumpul diruang keluarga, termasuk Rio dan Laura. Jam di dinding menunjukkan pukul 10.15 WIB. Rachel terduduk disofa dengan berlinang air mata. Laura pun memeluk Rachel dan sedikit menenangkan walaupun tak tahu apa yang terjadi.

Mata Rio menatap Rafa dengan sedikit mengerutkan keningnya seakan bertanya ada apa.

"Gue pernah cerita, kalau anak pertamanya om Willi juga meninggal seminggu setelahnya." ucap Rafa mulai bercerita. "Dan anaknya itu adalah..." Rafa menggantungkan ucapannya lalu sedikit menghela nafas. "Josen." lanjutnya.

"Josen ?" tanya Rafi sedikit bingung. "Gue gak kenal dia."

"Josen itu, teman kecil Rachel sewaktu dirumah sakit dulu." jelas Rafa. "Dulu gue gak tahu kalau dia punya penyakit apa, karena dia sering banget bolak balik rumah sakit.. Dan disini..." lanjutnya seraya menunjukkan selembar kertas yang ia pegang. "Tertulis kalau anaknya om Willi mengidap penyakit leukimia."

"Elo tahu dari mana kalau itu Josen ?" tanya Rio penasaran.

"Ini adalah foto Josen." jawab Rafa dengan menunjukkan kertas foto.

"Itu hanya sebuah foto, bagaimana kalau foto itu cuma nyempil diberkas om Willi ?" pikir Rafi.

Rafa pun menunjukkan satu lembar kertas foto lain diatas meja "Itu foto om Willi bersama anak dan istrinya. Bagaimana, mirip bukan ?" tanyanya meyakinkan.

Rachel terus saja menangis terisak isak. Ia tak habis pikir dan sama sekali tak pernah tahu bahwa orang yang dikenalnya merupakan anak dari kerabat Bram dan keluarganya.

"Rachel, apa mimpi lo semalam ada hubungannya dengan dia ?" tanya Rafa pada Rachel yang langsung dijawab dengan anggukan kecil.

"Dia tiba-tiba datang dimimpi gue." ungkap Rachel sembari menyeka air matanya. Wajahnya begitu tampan bercahaya, sampai gue gak mengenalinya. Lalu dia mengejar gue karena gue pikir dia bukan Josen." lanjutnya lagi.

"Apa elo melihatnya dengan jelas, seperti apa wajahnya ?' potong Rafi.

"Sekilas wajahnya mirip..." Rachel pun mengingat ingat mimpi semalam.

"Gak mungkin kan, kalau wajahnya mirip gue ?" ujar Rafi iseng.

"Heh Sapi! Gak ada orang yang mau mirip sama elo. Elo kan jelek." cibir Laura.

"Ck! Diam lo."

Rachel terus berpikir dan mengingat kembali mimpi itu. "Kalau diingat kembali, wajahnya sedikit mirip... Hah! Mirip dia. Iya, sekilas memang mirip." gumamnya yakin.

"Maksud lo tuh siapa sih ? Dia itu siapa ?" tanya Rafi penasaran.

"Wait, wait, wait." potong Rachel mencoba membenarkan ingatannya. "Kenapa harus mirip dengan dia ? Ck! Ah, itu gak mungkin. Tapi...."

★★★★★