Chereads / SULTAN FAMILY My Brother is My Bodyguard / Chapter 61 - PERKARA SAMBAL...

Chapter 61 - PERKARA SAMBAL...

Rachel terus berpikir dan mengingat kembali mimpi itu. "Kalau diingat kembali, wajahnya sedikit mirip... Hah! Mirip dia. Iya, sekilas memang mirip." gumamnya yakin.

"Maksud lo tuh siapa sih ? Dia itu siapa ?" tanya Rafi penasaran.

"Wait, wait, wait." potong Rachel mencoba membenarkan ingatannya. "Kenapa harus mirip dengan dia ? Ck! Ah, itu gak mungkin. Tapi...."

"Heh, baby bear. Kalau ngomong tuh yang jelas." timpah Rio.

"Mirip siapa, Rachel ?" sambung Rafa.

"Ih! Masa dia mirip sama si Es kutub sih ?" celetuk Rachel.

"Es kutub ? Maksud lo si Jason ?" tanya Laura ikutan nimbrung yang langsung dapat anggukkan dari Rachel.

"Halah, cuma mirip doang kan ?" tukas Rafi.

"Tapi, kalau dipikir lagi nama si es kutub juga mirip sama Josen." jelas Rachel lagi.

"Soal nama mah, mungkin cuma kebetulan aja." ucap Rafi terus menyangkal.

"Kalau gitu, coba elo cari identitas asli milik Jason." titah Rafi pada Rio.

"Disini ditulis kalau nama kepanjangan Josen itu hanya William. Sedangkan nama panjangnya Jason itu Geraldo, bukan William." terang Rafi.

Mereka masih berkumpul diruang keluarga dan membahas soal misi selanjutnya. Tak sadar, waktu berjalan begitu cepat. Hari pun sudah siang. Rafa segera membereskan barang-barang yang berserakan diatas meja dan dia bawa ke kamarnya untuk diteliti lebih lanjut.

***

Esok harinya, saat jam istirahat berbunyi. Rafa, Rafi, dan Rio pergi ke rooftop sekolah. Sedangkan Rachel dan Laura, mereka pergi ke kantin terlebih dahulu.

Untuk mengurangi rasa sedih Rachel, Laura mengajak Rachel berlomba makan bakso dengan sambal 5 sendok teh. Rachel pun menyetujuinya.

"Kok elo cuma bawa mangkok baksonya aja, minuman nya mana ?" tanya Rachel heran.

"Gue bukan Squidward, Rachel. Tangan gue cuma dua, goblok." umpat Laura.

"Yaudah, gue pesenin sekalian bawain dulu." ujar Rachel seraya beranjak dan pergi ke depan.

"Gue ke toilet bentar deh." kata Laura. "Oy! Nitip tempat gue sama Rachel ya." Laura pun menitipkan tempatnya pada orang dimeja sebelah.

Tak lama kemudian Rachel dan Laura pun sudah kembali ke asalnya dan segera beradu lomba. Mereka berdua saling menuangkan sambalnya ke dalam mangkuk bakso nya. Lalu mulai menyantapnya setelah aba-aba dikumandangkan.

"Anjir! Kenapa pedasnya pake banget ya ?" ucap Rachel yang mulai berkeringat setelah menyantap 3 sendok bakso miliknya.

"Ini cuma 5 sendok teh, Rachel. Gak ada apa apanya. Biasanya elo kuat." tukas Laura.

"Kok, gue ngerasa punya gue lebih pedas dari biasanya." ucapnya lagi. Kemudian mengambil sedikit kuah milik Laura dan mencicipinya. "Tuh kan, punya elo biasa aja. Elo cobain punya gue deh." titahnya. Laurapun sedikit mencicipi bakso milik Rachel.

"Gila! Ini mah pedes banget anjir." ucap Laura sembari mengipas ngipaskan tangannya depan mulut karena kepedesan. "Elo tambahin sambelnya ?" tanyanya penasaran.

"Kagaklah anjim!" sangkal Rachel.

Seketika, Rachel merasakan sembelit dalam perutnya. "Aw!" ringis Rachel.

"Chel, elo gak apa-apa ?" tanya Laura sedikit cemas.

"Bentar deh, gue ke toilet dulu." ujar Rachel langsung berlari kecil meninggalkan Laura.

"Duh, kalau terjadi apa-apa sama Rachel gimana ?" gumamnya panik. "Tapi kenapa bakso dia lebih pedas dari punya gue ?" pikirnya heran.

"Heh, Jinggo! Bukannya tadi gue titip bakso gue ke elo ya ?" tanya Laura pada orang di meja sebelah.

"Iya, udah gue jagain kan." jawab orang itu.

"Apa ada orang yang kesini ?" tanya Laura sekali lagi.

"Tadi sih sempat ada 3 orang cewek, anak kelas 12. Tapi udah gue usir." jelas Jinggo.

"Ok! Makasih." ucap Laura. Ia pun langsung merogoh sakunya untuk mengambil ponsel. Lalu mengirim sebuah chat pada Rio.

💬"Tolong pergi ke ruang pengamanan, dan cek cctv kantin."

💬"Okay!"

Selang 5 menit, Rachel telah kembali dari toilet dengan wajah penuh keringat.

"Gimana Chel, udah enakan ?" tanya Laura.

"Perut gue mules anjir." jawab Rachel dengan nafas tak beraturan.

"Gue antar ke UKS yuk ?" ajaknya.

"Tunggu bentar, gue pengen ke toilet lagi deh." ucap Rachel buru buru.

***

Disisi lain, Rio segera turun dari Rooftop. Membuat Rafa dan Rafi bingung dan harus mengikutinya.

"Mau kemana lo ? tanya Rafi penasaran.

"Ruang pengamanan." jawabnya cepat dan sedikit berlari.

"Ngapain ?" tanyanya lagi.

"Ikutin aja napa ? Banyak cingcong lo."

Lalu Rio pun sampai diruang pengamanan dan langsung mengecek cctv kantin.

"Ada apa ?" tanya Rafa.

"Ada yang jahil dikantin." jawab Rio seraya menggeser geser mouse komputer.

"Rachel !" pekik Rafi dan langsung berlari keluar menuju kantin.

***

Rachel masih ditoilet dan sudah 3 menit ia didalam. Karena cemas, Laura menyusulnya. Dan berteriak memanggil nama Rachel.

"Chel! Rachel!" tetapi tak ada sahutan.

Dari lima bilik toilet, hanya 3 bilik yang kosong. Lalu keluar seseorang dari bilik paling ujung. Tinggal bilik yang tengah yang masih tertutup.

"Chel! Elo gak apa-apa kan ? Jawab gue Chel. Rachel!" teriak Laura seraya mengetuk pintu toilet.

Tak lama dari itu, Rachel pun keluar dengan wajah yang pucat. Keringat dingin membasahi wajahnya. Laura pun segera menggandengnya keluar toilet. Lalu kembali duduk kemejanya dikantin.

"Kenapa kesini lagi sih, Chel ?" tanya Laura. "Kita ke UKS aja."

"Gue gak kuat jalan." jawab Rachel lemah seraya beranjak berdiri.

"Elo mau kemana lagi, katanya gak kuat jalan ?"

"Toiletlah."

"Tahan dulu bisa gak ? Tunggu Rafa kesini."

"Aahh!" desah Rachel yang merasa kesakitan dan hampir saja terjatuh. Tetapi seseorang telah berhasil menangkapnya, seketika Rachel pingsan dipangkuan orang itu.

"Rachel!" teriak Laura panik dan menghampirinya. "Je, tolong bawa dia ke UKS. Please!" pinta Laura memohon.

Dengan segera, orang itu menggendong Rachel ala bridal style dan membawanya keluar dari kantin menuju UKS yang berada dilantai atas.

Rafi yang terlambat datang merasa kesal, karena Rachel sudah dibawa duluan oleh orang lain setelah melihat Laura berlari mengikuti orang yang membawa Rachel. Rafi pun merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel dan membuat satu panggilan.

📞"Bang, elo susul Laura. Mungkin ke UKS, gue terlambat temui Rachel." titahnya lalu menutup sambungan telponnya.

***

Sampailah orang itu diruang UKS dan langsung membaringkan Rachel diranjang pasien. Setelah itu, orang tersebut beranjak pergi dan keluar dari ruang UKS.

"Jason!" panggil Laura. Ya, orang yang telah menolongnya adalah Jason. Jason pun menghentikan langkahnya tepat dihadapan pintu. "Thanks ya, udah nolongin." ucapnya berterima kasih. Namun Jason hanya sedikit memicingkan senyumannya, lalu pergi meninggalkan Laura.

Kepergian Jason membuat Laura dilanda emosi. Ia berpikir tak seharusnya mengucap terima kasih pada dia. "Ck! Benar-benar dingin. Pantes saja si Rachel panggil dia es kutub." rutuk Laura.

Beberapa menit kemudian, Rafa pun tiba diruang kesehatan. Dan melihat Rachel yang terbaring dengan wajah penuh keringat.

"Apa yang terjadi ?" tanya Rafa sedikit ketus membuat Laura ketakutan.

"Euh ? Tadi..." Laura pun menelan salivanya karena gugup.

"Ada yang memasukkan banyak sambal ke dalam mangkuk bakso milik Rachel." kata Rio tiba-tiba.

"Sorry, sebenarnya tadi gue sama Rachel emang lagi lomba." ungkap Laura.

"Lomba ?" timpah Rafi.

"Iya, niatnya gue mau hibur dia. Gue ajak lomba makan bakso dengan memasukkan sambel sebanyak 5 sendok teh." jelas Laura. "Tetapi, tiba-tiba rasa bakso milik Rachel pedasnya berbeda sama punya gue."

"Kenapa elo bisa kecolongan orang seperti itu ?" tanya Rio.

"Tadi Rachel pergi ke depan ngambil minuman, dan gue pergi ketoilet sebentar." jawabnya. "I'am sorry." Ucap Laura meminta maaf.

"Udah, gak usah dibahas lagi." tukas Rafa. "Yang bawa Rachel kesini siapa ?" tanyanya penasaran.

"Jason." jawab Laura. "Tadi kebetulan dia lewat meja gue, dan sempat menahan Rachel yang terjatuh."

"Ini takdir, apa cuma kebetulan sih ?" ujar Rio."Atau jangan-jangan, Jason memang..." Rio pun menggantung ucapannya.

"Kalian kenal Jason ?" tanya Yura yang sedari tadi menguping pembicaraan Rafa dan yang lainnya seraya memasangkan jarum infusan pada tangan Rachel.

"Gak kenal kok, hanya saja dia teman sekelas kita." jawab Rafa cepat.

"Kenapa, sepertinya ibu kenal dia ?" tanya balik Rio.

"Tentu saja ibu kenal." jawabnya santai.

"Boleh cerita sedikit tentang dia ?" ujar Rafi.

"Boleh."

★★★★★