***
"Kesatria utusan dari Yang Mulia Arunika izin untuk memasuki ruang kerja Yang Mulia Raja Jahankara!"
Ger menundukkan kepala, lalu kembali ke meja kerjanya. Sedangkan Jahankara berdeham singkat, kemudian mempersilakan kesatria utusan dari menantunya itu untuk masuk.
Kesatria itu menundukkan kepala dan menyampirkan tangannya di dada.
"Salam kepada Yang Mulia Raja Agung Jahankara. Semoga anda selalu diberikan berkah dan kasih sayang oleh Para Dewa dan Dewi."
"Ya, kau juga." Jahankara menopang wajah dengan santai. "Ada apa?"
"Ada titipan surat dari Permaisuri Arunika untuk anda, Yang Mulia." Kesatria itu mengeluarkan surat proposal dari balik jubah. Kemudian, mendekat ke meja dan meletakkannya di sana.
'Apa ini?' tanya Jahankara dalam hati sambil menatap surat yang terlihat tebal itu. Dia mencari-cari pisau kecil yang tertumpuk di bawah dokumen.
"Ger, kau punya pisau kecil untuk membuka surat?" tanya Jahankara karena tak kunjung menemukannya.