***
"Untungnya ini bukan panah beracun," ujar Chandra sembari mengamati kedua panah yang telah berlumuran darah itu.
Bima mengangguk kecil. "Kalau Juna terkena panah beracun, mungkin dia tidak akan terselamatkan sebelum sampai ke rumah."
Mengamati wajah Bima, dia terlihat sangat frustasi akan apa yang terjadi di hadapan mereka.
"Kakak, kenapa Juna belum sadar juga?" tanya salah satu dari kedua temannya yang masih ada di sana.
"Nanti dia juga sadar," jawab Chandra mencoba menenangkan kedua teman Juna karena Bima tidak menjawabnya.
"Hei, bantu aku membawa Juna ke dalam." Bima mengelap tangannya yang berlumuran darah dan obat racikan.
"Tidak perlu." Chandra mulai menggendong anak itu dengan nyaman. Dia berdiri tegak sembari membawa remaja laki-laki berumur dua belas tahun itu. "Biar aku saja yang membawanya." Dia berjalan masuk ke rumah untuk membawa Juna ke dalam kamar.
Bima menoleh pada kedua remaja laki-laki itu. "Luka kalian sudah diobati?"