***
"Sabar dong, Nona Penari. Kau ingin cepat-cepat menyiapkan makan siang untukku, ya?" tanya Chandra dengan nada meledek.
Di belakang, Karina menghela napas kasar sambil mengencangkan urat-urat lehernya. Entah sudah berapa kali dia menghela napas sejak berjalan dengan pria cerewet di hadapannya.
'Pria ini benar-benar... apa seharusnya dia ku bunuh saja?' batin Karina menatap punggung lebar di hadapannya. 'Kalau aku bunuh pun tidak ada yang tahu'.
Wanita itu menggigit bibir bawah tanpa melepas tatapan. 'Masalahnya adalah....' Dia menatap pria di hadapannya. 'Bisa saja aku yang terbunuh lebih dulu karena keahlian pedangnya yang sangat bagus. Jadi, lupakan itu, Karina. Kau harus hidup lebih lama,' batinnya melanjutkan. Dia menghela napas pelan.