"Masalah kan aku bilang, kadang aku pusing, kadang engga saat makan di rumah Lela. Jadi aku ingin membuat sebuah catatan gitu pakai kalender. Di kalendernya aku bakal nandain ketika aku ada makan di rumah Lela dan ketika aku pusing setelah makan di rumahnya. Jika memang sudah pasti perkiraannya, baru kamu ikut aku ke rumah dia, begitu maksudku. Mengerti?"
Carissa menggelengkan kepalanya dengan tampang polos, kosong, dan tidak mengerti. "Maaf, aku tidak mengerti maksudmu. Sepertinya aku butuh aqua. Tapi aku akan membantu kamu sebisamu saja nanti, ya?"
"Baiklah, aku mau kerja tugas dulu. Sana kamu kerja juga."
"Mau kerja kek bagaimana? Ini piring gelas garpu sendok sisa kita makan, masih berserakkan tuh. Dahlah, aku mau cuci piring saja. Kamu duluan aja sana."
"Eh ikut dung."
"Kenapa? Takut?"
"Engga!" jawabku meninggikan suara. Ia menatapku lekat-lekat, terlihat tidak mempercayai sedikitpun dariku. "Takut ya? Tenang kok, aku kan anak indihome."
"Indigo! Astaga!" kataku kesal.
