Chereads / Queen mafia / Chapter 52 - Bab 52

Chapter 52 - Bab 52

Ivana berhasil mengalahkan mereka dengan mudah. Meski, ia mendapat tusukan dibagian Tangan. Ia sudah sering mendapatkan tusukan ataupun tembakan tapi. Dan semua itu tidak membuat-Nya mati.

"Tidak bergunaa!". Gumam Ivana lalu sambil membersikan wajah-Nya yang dilumuri darah.

Ivana lalu pergi meninggalkan mayat-mayat mereka dan mencoba menghubungi sang adik untuk memastikan keadaan mereka.

"Kalian dimana ?!".

"Kami dalam perjalanan menuju apertemen". Jawab Alvian dari seberang telpon. Terdengar sekali dia berbicara sepeti berbisik-bisik.

"Apertemen? Kenapa ?".

"Mesion ada menyusup. Dan, aku membawa Daddy sama momy untuk tinggal diapertemen untuk sementara waktu". Jawab Alvian

"Penyerangan?! Ahh siall!". Ucap Ivana sambil memukul stir mobil.

"Dan apa tadi?! Kami ? Jadi kalian keluarr?! Apa kau tau? Sekarang cukup berbahaya untuk keluarga kita! Kenapa kau membawa mereka keluar Alvian?!".

"Kami menjemput Avina sama Monica. Momy memaksa untuk ikut! Jangan menyalahkan aku teruss! Aku juga frustasi memikirkan ini!". Jawab Alvian yang terus saja disalahkan.

Padahal niat-Nya hanya untuk menyembunyikan tentang keadaan keluarga mereka yang sedang dalam bahaya.

"Tetaplahh berhati-hati. Aku sudah sampai". Kata Ivana.

"Hm".

"Brengsekk! Jika sudah seperti ini, aku akan keluar!". Gumam Ivana.

-

-

-

-

-

Skip

Alvian bersyukur mereka kini sudah sampai diapertemen dengan selamat dan tidak ada mencurigakan. Sejak mereka keluar, ia terus saja khawatir jika ada yang menangkap mereka dan lebih parah-Nya lagi sampai menyakiti mereka.

Yang ia khawatirkan lagi adalah keselamatan sang Daddy dan mommy nya. Dan juga Monica.

Avina ? Alvian hanya mengkhawtirkannya sedikit. Avina memiliki hobi bela diri dan menembak. Meski pekerjaannya sebagai CEO tetapi tetap saja ia memiliki kesamaan dengan Sang adik-adiknya itu. Yaitu Mafia.

"Ahhhh akhirnyaa. Rasanya punggung ku akan patah sekarang". Desah Avina langsung merebahkan dirinya ke sofa.

"Tidak usah mendesah!! Menjijikan!". Ucap Alvian.

"Kau saja yang mesumm! Ah ah ah" ucap Avina mendesah di hadapan Alvian.

"Dasar wanita gila!". Gumamnya. Untung saja Avina tidak mendengar-Nya karena tiba-tiba ada yang menelponnya.

Ivana is calling...

"Oh Ivana... kau dimana? Kenapa tidak menjemputku?". Tanya Avina.

"Aku sibuk. Malam aku akan pulang. Jangan keluar dari apertemen!! Jangan melanggar ucapanku ka. Kau tau kan jika aku sudah melarangmu pasti ada sesuatu yang tidak baik". Ucap Ivana ditelpon.

"Memangnya apa yang terjadi ?".

"Aku akan menceritakan-Nya sesudah sampai. Baiklah, aku tutup dulu".

"Neee". Ucap Avina.

"Kau sudah lama diKorea jadiii ahh aku memaklumi". Ucap Alvian sinis.

"Ahh kau sangat Pabo(bodoh) sekali adikku". Ucap Avina tersenyum.

"Apa artinya? Jangan bilang kau menggunakan itu untuk mengumpatku?!".

"Ahh aniii. Artinya adalahh Kau sangattt tampann adikku". Bohong Avina yang langsung dicurigai Alvina.

"Cukup membuatku curiga". Ucap Alvina menatap sinis Sang kakak sambil memegang dagu-Nya.

"Avinaaa!! Cepatt mandiii! Lalu makan!". Teriak sang mommy yang sedang memasak sesuatu untuk makan siang mereka.

-

-

-

-

-

Skip

Marvel sudah sampai Di markas Miliknya. Ia sengaja membawa mereka ketempat-Nya. Daripada ke markas Ivana. Karna jarak yang ditampuh untuk menuju markas DOM cukup lama dan memakan waktu 5jam jika dari statiun.

Marvel lalu membukan ponselnya dan berniat untuk menghubungi Ivana. "Ohh Alena? Kenapa dia menelponku ?". Gumamnya tapi mengabaikan pesan panggilan dari Alena.

Ia lalu menekan nama My baby diponselnya. "Kau dimana ?". Tanya Marvel.

"Aku dalam perjalanan. Kalian sudah sampai?".

"Ya. Kami sudah sampai. Datanglah kemarkas avigator".

"Baiklah. 15menit lagi aku sampai".

Tuttt

Ivana memutuskan panggilan itu dan menaikan kecepatan mobil-Nya. Sungguh sekarang ia ingin membersihkan dirinya yang terkena darah.

Wajahnya yang cantik tertutupi oleh noda darah yang menutupinya. Ivana memukulinya dengan sangat membabi buta. Sungguh mereka semua tewas dalam keadaan tragis.

Mobil Ivana lalu memasuki Markas Marvel. Ia lalu keluar dari mobil dan disambut oleh kekasihnya itu.

"Dimana kamar mandi?". Tanya Ivana setelah keluar dari mobil dan menghampiri Marvel.

"Kau ini..Aku mengkhawatirkanmu tapi kau tidak mau memelukku". Ucap Marvel.

Ivana mengangkat salah satu alisnya dan tertawa ."kau tidak melihat keadaanku sekarang? Dipenuhi darah".

"Tidak masalah".

"Baiklah kalau begitu". Ucap Ivana lalu ingin memeluk Marvel. Tapi marvel mundur dan menjauhinya.

"Dihh. Kau inii!". Kesal Ivana. Bagaimana tidak kesal. Ia ingin memeluk Marvel tapi lelaki ini menjauhinya.

Marvel lalu tertawa dan dengan segera menggendong Ivana untuk masuk kedalam kamarnya. Fasilitas markas Avigator tidak kalah dengan yang dimiliki DOM. Kedua markas ini bisa bilang mewah seperti hotel berbintang. Mereka juga mempunyai beberapa ruangan untuk berolahraga dan semacamnya.

Marvel membawa Ivana ke kamarnya dan menurunkannya." Nahh. Bersihkan dirimu disini. Aku akan keluar. Dan. Beberapa pakaian ada didalam lemari. Kau bisa menggunakan pakaianku dulu. Hmm gadisku". Ucapnya sambil memegang dagu Ivana.

"Yayaya. Keluarlah sekarang! Kau urus saja pria itu!". Usir Ivana.

"Kau berani mengusirku? Hmm".

"Tentu sajaa. Pergilahh". Dorong Ivana.

"Aghhh baiklah. Aku akan datang lagi. Hmm".

"Ya". Jawab singkat Ivana.

Marvel lalu keluar dari kamar itu dan membiarkan Ivana membersikan dirinya. Ia lalu membuka lemari baju Marvel dan melihat beberapa kaos yang tersimpan disana.

"Aku akan memakai kaos ini. Lalu Celana ini. Tapi, ini terlalu besar. Aku akan memotongnya". Gumam Ivana sambi memilih-milih pakaian Marvel. Ia berniat untuk memotong celana sang kekasihnya sampai lutut karena terlalu panjang.

Ia lalu masuk kekamar mandi untuk melakukan ritual mandinya. Kamar mandi yang dominan dengan warna hitam putih itu membuat kesan mewah dan elegan.

"Seleranya lumayan. Aku harus mengubah kamar mandiku seperti ini". Ucap Ivana sambil melihat-lihat kamar mandi itu.

Ivana menyukai dekorasi. Dan yang paling ia sukai adalah kamar mandi yang membuat-Nya nyaman dalam berada disana. Ia juga pernah mengikuti lomba arsitek saat masih bersekolah dulu dan mendapatkan peringkat ke 2. meski ia tidak mendapatkan peringkat 1 tapi ia cukup ahli dalam mendesian rumah atau ruangan.

Ia sudah selesai mandi dan memakai kaos berwarna putih dan dipadukan dengan celana Jens biru. Ia memotong celana Marvel dan menjadikannya selutut.

"Ahh aku tidak sengaja memotong celana senilai 50jt ini". Desis Ivana tertawa.

Ia melihat dirinya kepantulan cermin dan mengeringkan rambutnya menggunakan handuk. "Wajahku terlihat pucat". Gumam Ivana melihat wajahnya pucat tanpa memakai Lipstick.

Kulit wajah Ivana cukup putih seperti susu. Ia tidak butuh make-up untuk wajahnya. Karena kulitnya yang putih membuat wajahnya terlihat merah dibagian pipi dan tidak perlu memakai Blacs on lagi.

Dan ditambah rambut hitam panjang yang membuatnya terlihat tampak bersinar saat disiang atau malam hari.

"Ahhh. Akhirnya. Owh. Sebentar lagi malam. Aku harus pulang sekarang juga. Biarkan saja pria itu ditangani dengan Marvel". Gumamnya.