Ivana menemani Nara untuk kembali ke Apertemen baru saja ia dapatkan dari hasil kontes. Ivana yang juga sudah tau dimana letak apertemen itu lalu membawa-Nya pulang.
"Sedang apa kau tadi? Mau kemana ?". Tanya Ivana yang kini masuk kedalam ruangan dengan menggunakan baju jogging.
"A-aku ingin membeli sesuatu. Saat aku berjalan. Preman itu menarikku ke dalam gang. Mereka memukul ku dan mengambil semua uangku". Kata Nara mencoba menahan sakit diseluruh tubuh-Nya.
Ivana lalu membuka kerah baju yang dipakai Nara dan melihat ada luka di sekitar pundak-Nya. Ivana lalu melirik ke arah jam yang sedang ia pakai. "Aku sudah terlambat.Hmm, Begini saja Nara. Aku akan menyuruh seorang dokter kemari dan mengobati luka kamu. Kau tidak perlu khawatir. Dia dokter kepercayaan keluarga kami".
"T-tapi kak. Aku baik-baik saja ko".
Ivana menggeleng ."kau harus diobati dan diperiksa. Preman itu memukul mu bukan? Nah. Dokter itu akan mencek keadaanmu nanti. Aku akan menyuruh-Nya kemari Hmm". Ucap Ivana sambil mengusap rambut Nara lembut.
"Aku harus pergi. Ada beberapa pertemuan yang harus aku selesaikan. Dan ya. Dokter itu nama-Nya nama-Nya soobin" kata Ivana.
Nara mengangguk paham. Ia menuruti apa yang di katakan Ivana pada-Nya. Ia sudah menganggap Ivana sebagai kakak-Nya sendiri sekarang.
"Aku pergi dulu. Iatirahatlah dulu. Dan, kau tidak perlu masuk sekolah untuk sementara waktu. Aku akan memberitahu kepala sekolah nanti". Ucap Ivana lalu pergi meninggalakn Nara.
Sedangkan Nara tersenyum. Ia merasa bersyukur mempunyai sosok seperti Ivana. Kehidupan-Nya kini banyak berubah berkat bertemu Ivana. Ia mempunyai apertemen mewah dan setelah lulus sekolah. Ia akan bekerja di kantor-Nya.
Satu hal yang membuat-Nya mengingat-Nya yaitu saat ia mendapatkan perlakuan buruk dari Vany dan teman-temannya. Dan sekarang, sebab Ivana. Mereka bertiga sudah dikeluarkan dari sekolah. Ia juga mendapatkan banyak teman sekarang dan tidak merasa terganggu lagi.
Kini Ivana sedang berada di Taksi. Ia menghubungi dokter Soobin untuk datang ke alamat yang sudah Ivana kirim untuk memeriksa seseorang. Dan soobin pun membalas pesan-Nya dan akan berangkat ke apertemen Nara.
Ivana menekan Nama Ghani di ponsel-Nya ." Cari preman yang sering berada di sekitar jalanan Besar. Bawa semua preman yang sedang berada di sana". Perintah Ivana.
-
-
-
-
Skip
Ivana kini sudah sampai di kantor-Nya dan banyak reporter yang ingin meliput-Nya. Ia kemudian keluar dari mobil bermerek Bentley Bacalar 2021. Mereka semua menyorot sang pemilik Vancompy yang sedang di kagumi banyai orang itu setelah ia menunjukan diri-Nya di hadapan publik.
Ivana menggunakan korean style ditubuh-Nya dan aksesoris mewah yang melekat ditubuh-Nya. "Kenapa kau selama ini bersembunyi Nyonya Ivana?!". Tanya salah satu reporter.
"Kalian bisa mengajukan pertanyaan setelah aku selesai rapat. Terimakasih" ucap Ivana lalu berlalu meninggalkan beberapa pertanyaan.
Langkah kaki Ivana berjalan menuju ruangan. Para karyawan menyambut hangat kedatangan Boss mereka dengan menunduk. Sedangkan Ivana memberikan senyuman manis ke mereka dan menyuruh mereka untuk bekerja dan jangan memperdulikan-Nya sekarang.
"Bekerjalah. Lain kali, tidak perlu berhenti seperti ini lagi saat kalian melihatku datang". Kata Ivana sengaja berhenti menghampiri salah satu karyawan.
"B-baik Nyonya".
"Seperti-Nya kau lebih tua dariku. Jangan menyebutku Nyonya. Mengerti. Hmm". Ucap Ivana mengukir senyum manis diwajah-Nya lalu pergi.
"Wahh. Cantik sekali".
Ivana kini sudah berada di ruang rapat berserta Tony. Para petinggi kini sudah berkumpul. Mereka yang menatap kagum Ivana. Mereka bahkan tidak berkedip sedikitpun saat melihat-Nya.
Ivana yang merasa diperhatikan oleh para pria tua bangka dan perperut buncit membuat-Nya sedikit kesal.
"Aku akan mulai". Kata Ivana membuat mereka membuyarkan lamunan-Nya.
"Jadi? Aku dengar banyak pekerja yang berhenti? Kenapa? Apa kalian tidak memberi-Nya gaji ?Aku sudah memeriksa data pengeluaran dan pembagian gaji kepara karyawan. Kemana semua uang itu?! Sudah lama aku mengawasi kalian". Ucap Ivana dingin sambil memandangi Para anak buah-Nya ini.
Salah satu dari mereka menatap satu sama lain. Mereka memasang raut wajah tidak bersalah sebaik mungkin agar tidak ketahuan.
"Tuan kevin. Kau sudah banyak memakan uang perusahaan. 145 M dalam satu tahun!". Ucap Ivana membuat Nama yang disebut langsung keringat dingin.
"M-maafkan saya Nyonya. Saya terpaksa melakukan itu. Untuk perobatan anakku. Maafkan saya Nyonya besar". Mohon Kevin lalu ingin menghampiri Ivana.
"Aku tidak menerima toleransi ini. Uang bukan masalah untukku! Tapi pengkhianatan aku tidak menyukai-Nya!! Kau bisa meminta itu ke Tony! Dia akan memberikan-Nya padamu!!". Ucap Ivana.
Perlu diingat. Ivana tidak menyukai nama-Nya pengkhianat. Jika mereka kekurangan uang. Ivana akan memberikan-Nya dengan senang hati asalkan ada bukti untuk keperluan yang mendesak. Bukan dikonsumsi pribadi dan bermain para jalang di Klub.
"Kau akan menerima hukuman-Nya atas pengkhianatanmu meski untuk hal baik untuk keluargamu sekalipun!! Dan, untuk anakmu yang sekarang berada di rumah sakit! Aku akan meletakan-Nya ke Rumah sakit Khusus untuk kesembuhan-Nya"
Saat mendengar itu Kevin mengucapkan terima kasih meski harus dipenjara sekalipun. Ia hanya berharap bahwa anak-Nya akan segera sehat. Ia melakukan kesalahan besar karena sudah mengkhianati Ivana dan merugikan perusahaan.
"Dan satu lagi! Kau!". Tunjuk Ivana pada seorang wanita dengan tatapan menusuk.
"Kau sudah mendapatkan gaji yang besar disini?! Mengapa kau masih korupsi Regina!?". Ucap ivana yang kini menunjukan ekspresi datar.
Mereka semua terkejut dengan apa yang dikatakan Ivana. Regina yang dikenal dengan mudah bergaul dan dipandang baik oleh seluruh karyawan ternyata korupsi.
"Kau bukan hanya mengambil uang perusahaan! Kau juga memberikan data-data perusahaanku ke lawan bisnisku!!". Ucap Ivana dengan nafas memburu.
Tony yang melihat ivana dipenihi api amarah mengerti yang akan terjadi sekarang. Ia menyuruh semua orang untuk keluar dari ruangan dan meninggalkan mereka bertiga di sana.
Ivana lalu mendekati Regina dan menarik rambut-Nya dengan keras dan membuat-Nya meringis kesakitan. "Kauu! Tidak tau untung!!". Teriak Ivana.
Ruangan Yang di gunakan untuk meeting itu kedap akan suara. Ivana sengaja merancang khusus ruangan itu agar tidak ada orang lain yang akan mendengar percakapan penting.
"Aghhh!! Lepaskan akuu!". Teriak Regina sambil menangis.
"Banyak data yang sudah ia jual ke musuh bisnis lain Van. Dan itu sangat berdampak pada saham. Kita mengalami kerugian dan hampir beberapa data di ambil olehnya". Kata Tony juga kesal.
"Kemana kau memberikan data-data-Nya hah!!". Tanya Ivana.
"Jawab!!!".
Plakk
Ivana sudah tidak bisa mengontrol emosinya. Ia lalu memukul Wanita itu dan jatuh tersungkur ke lantai. Sedangkan Ia tidak merasa bersalah sedikitpun diwajah-Nya.
Ia lalu tertawa. "Kenapa? Hah!! Tadi kau bilang kau bilang tidak peduli dengan uang. Kenapa saat aku mengambil-Nya kamu mengamuk! Ivana leonard!!". Teriak Regina di wajah Ivana.
Tony yang melihat itu terkejut. Tidak ada karyawan yang berani memperlakukan hal seperti itu ke Ivana. Tentu saja mereka takut di pecat. Ivana adalah pemilik perusahaan yang mereka gunakan untuk mencari penghasilan untuk kehidupan mereka.
Ivana lalu mencekik leher Regina. Wajah-Nya kini memerah akibat di kuasai amarah ." Kau tidak tau untung!! Sudah baik Tony membiarkanmu bekerja disini dan memungutmu dari jalanan!! Dan, sekarang kau seperti ini!! Dasar brengsek!!". Kata Ivana sambil mengangkat tubuh Regina melayang ke udara.
"Lepaskan Van. Dia bisa mati".
Ivana tidak langsung mendengarkan Tony. Ia menatap lekat ke arah wanita yang kini sudah berani dengan-Nya ini.
Brakk
Ivana melepaskan genggaman-Nya. Sudah 2kali ia membuat tubuh Regina remuk dengan hanya menjatuhkan-Nya ke lantai.
*uhuk uhuk*
"Tidak k-ku sangka kau seperti monster!! A-akan ku beritahu seluruh dunia bagaimana sifatmu sekarang. Mereka akan mengganti artikel mengenaimu menjadi Ivana leonard bak seorang putri raja ternyata memiliki hati seperti monster". Ucap Regina sambil terbatuk.
Ivana bersmrik ." Ya. Aku memang monster.!! Aku akan berubah menjadi monster dan menghabisi orang-orang tidak tau diri seperti kau!! Ku rasa, kau sudah terlalu banyak bicara dan mendaparkan banyak uang dari tua bangka itu. Dan menjadi lupa siapa yang dulu membantumu bisa menjadi seperti ini". Gumam Ivana di wajah Regina.
"Urus semua-Nya. Singkirkan hama yang berada di perusahaanku.Jika mereka tidak mau mengaku gunakanlah cara mengancam atau jika kau sudah muak dengan mereka. Tembak saja!". Ucap Ivana lalu menatap Regina tajam dan meninggalkan ruangan itu.
-
-
-
-
-
Skip
Disisi lain Alena melihat berita yang sedang trend di media beberapa artikel hanya meliputi-Nya. Alena yang kini nampak kesal sebab sudah beberapa hari ia melihat wajah seseorang yang paling ia benci sekarang.
"Ivanaa! Ivana! Ivana!! Sial!! Tidak ku sangka dia adalah pemilik Vancompy!!". Teriak Alena kesal.
"Jadi sebab ini. Dia begitu angkuh denganku? Hah!". Desis Alena.
Alena kini tau bahwa. Ivana leonard adalah pemilik perusahaan yang kini tengah naik. Ia juga putri dari salah satu konglemerat Rakhan Leonard. Seluruh keluarga-Nya begitu terkenal dan mempunyai perusahaan sendiri yang cukup terkenal sekarang.
Manager is calling..
"Cepatlah kau bersiap-siap! Ada klien yang akan mengajukan kerja sama denganmu. Klien ini sangat penting!".
"Yaaa baiklah. Aku akan segera berangkat". Jawab Alena langsung mematikan telpon-Nya.
Sudah lama sejak Ia bekerja sama dengan Marvel dan menjadi model produk-Nya. Kini, Marvel memutuskan kerja sama dengan-Nya akibat kejadian itu. Alena menyesal karena terlalu obsesi dengan-Nya dan membuat-Nya kehilangan beberapa perkejaan dan juga kehilangan Marvel.
Banyak model-model yang lebih terkenal dari-Nya sekarang. Alena yang kini mendapatkan berita buruk akibat tidak peduli dengan sang ayah ang baru saja meninggal dan tidak menghadiri pemakaman-Nya membuat semua orang tidak menyukai-Nya.
Alena tidak peduli. Ia juga sudah cukup memiliki banyak uang dan saham dari sang kakak. Ia hanya perlu duduk dan uang akan terus mengalir ke kartu milik-Nya. Hanya saja yang Ia inginkan saat ini adalah Marvel bisa menerima-Nya lagi.
Sebelum itu. Ia harus menjauhkan Ivana dengan Marvel dan akan mendekati Marvel dengan secara perlahan. "Baiklah Alena. Kau harus profesional sekarang. Tapi, siapa klien penting itu?". Batin-Nya bertanya-tanya.
-
-
-
Skip
Duscha kini berada di hotel yang sama dengan sang adik untuk keperluan bisnis. Mereka tidak sengaja bertemu. Mereka berdua kini di AS karena urusan masing-masing.
"Kau mau menemui siapa ?". Tanya Sang kakak.
"Klien". Jawab Alena singkat.
"Siapa?".
"Tidak tau".
"Kau seharusnya tau siapa yang akan menjadi klien mu Alena..".
"Aku tidak peduli".
Ivana masuk ke dalam hotel dan membuat mereka yang berada di sana terkejut dengan kedatangan pengusaha muda itu. Mereka buru-buru mengambil foto-Nya. Ivana tidak datang sendirian. Ia bersama Marvel yang kini menemani-Nya.
Alena juga kini ikut bersama mereka. Dan menggandeng Monica di tangan-Nya.
"Siapa dia?". Tanya Alena tidak mengenali mereka.
"Aku tidak tau. Seperti-Nya mereka mentri?". Racau Duscha.
Ivana berhenti tepat di hadapan Alena dan Duscha. Ia lalu menurunkan kacamata hitam-Nya dan menatap mereka lalu tersenyum.
"Kau!!". Tunjuk Alena di wajah Ivana.
"Ivana". Gumam Duscha.
"Sedang apa kalian kemari?". Tanya Alena mencoba menahan amarah-Nya.
"Aku kesini untuk menemuimu Alena". Jawab Ivana membuat Alena paham.
"Ohhh. Jadi kauu klienku? ".
"Bukan aku. Tapi kakakku. Dia memilihmu untuk menjadi model iklan produknya di korea. Aku tidak berminta membuatmu menjadi model diperusahaanku". Jawab Ivana membuat Alena geram.
"Hallo. namaku Avina.. aku direktur dari Vinacompy". Ucap Avina memperkenalkan diri-Nya sambil menjabatkan tangan-Nya ke Alena.
Alena membalas-Nya jabatan tangan itu. "Akulah yang ingin mengadakan pertemuan denganmu. Ivana tidak ada keterlibatan apapun tentang ini".
Duscha kini mamandangi Ivana dengan tatapan rindu. Sedangkan Ivana tidak membalas tatapan-Nya. "Sedang apa kau disini?". Tanya Ivana tiba-tiba.
"Ah. Aku ada pekerjaan disini. Dan kalian sedang apa?". Tanya Duscha sambil tersenyum.
"Hanya menemani Avina. Dan Marvel ada urusan bisnis disini". Jawab Ivana .
"Tapi. Kenapa kalian bisa barengan?". Tanya Marvel.
"Alena adikku".
Sedangkan Alena yang melihat ekspresi wajah Ivana dan Marvel kini menatap sinis kearah mereka. "Kenapa?". Tanya kesal Alena.
Ia sebenarnya masih tidak menyukai Ivana. Ia cukup kesal melihat Mereka berdua bergandengan saat ini. Sedangkan Duscha ia mencoba menahan kekesalan-Nya dengan Marvel karena sudah berani menyentuh Sang wanita-Nya.
"Hari pertama rencana berjalan dengan lancar". Batin Duscha yang masih tersenyum.
-
-
-
-
-
Masion Leonard
Ivana kini sudah berada di kamar dengan sang kakak. Mereka baru saja pulang dari hotel. Avina sepakat dengan Alena untuk bekerja sama dan Alena akan menjado model selanjut-Nya dari perusahaan Avina.
Sedangkan Ivana kini tengah melamun memikirkan apa yang terjadi dengan Duscha yang kemarin sangat berambisi untuk mendapatkan-Nya dan sekarang terlihat nampak santai dengan-Nya. Marvel pun juga merasakan hal yang sama. Ada sesuatu yang di sembunyikan oleh-Nya sekarang.
Dan untuk Alena adalah adik dari Duscha. Mereka sudah mengetahuinya sejak lama dan tidak terlalu mempermasalahkan hal itu.
"Siapa orang-orang tadi van ? Mengapa mereka mengikuti kita". Tanya Avina sambil memakai Skincare nya.
"Yang pasti-Nya mereka bukan orang yang baik. Aku akan menyelidikinya". Jawab Ivana.
Flacs back
Saat pulang. Diperjalanan mobil mereka diikuti oleh sekelompok pria memakai kendaraan bermotor dan adapula yang menggunakan mobil. "Kak. Apa mereka mengikuti kita ?". Tanya Monica melihat ke arah belakang mobil.
Ivana dan Avina sontak melihat kebelakang dan benar saja ada yang mengikuti mereka dari belakang. Marvel yang melihatnke arah kaca spion. Ivana sontak menghubungi anggota-Nya untuk menghentikan Orang-orang yang mengikuti mereka.
Marvel menanjap gas untuk mempercepat kendaraan-Nya. Monica yang kini terbiasa dengan hal seperti ini nampak tidak ketakutan sama sekali. Sedangkan Ivana melihat sang adik dengan khawatir takut sang adik menangis.
"Mereka sudah datang.". Ucap Avina melihat para anggota DOM sudah menghalangi mereka dan membuat Ivana melanjutkan perjalanan mereka dengan aman.
"Apa menurutmu mereka dari Duscha?". Tanya Marvel.
Ivana nampak berfikir ."kurasa tidak. Dia menyukaiku, dia tidak akan menyakitiku bukan?". Ucap Ivana membuat Marvel mendesis.
"Ya. Dia memang menyukaimu. Tapi perlu di ingat sayang. Duscha memiliki sifat obsesi yang tinggi dan cenderung posesif. Kau tidak usah mempercayainya lagi".
Ivana tampak berfikir. Apa yang dikatakan Marvel memang benar. Tapi, ia memiliki pendapat lain tentang Duscha. Entah kenapa.
-
-
-
-
Kembali
"Apa menurutmu itu pesaing bisnis Daddy?". Tanya Avina lagi.
"Kita belum tau Kak. Aku cukup khawatir akhir-akhir ini. Setelah aku mengumumkan hal itu. Aku takut beberapa kejadian ini berhubungan dengan para dalang distrik namja".
"Apa? Mereka tidak tau kan? Kau yang memiliki file dan dokumen itu? Lagipula Marvel sudah mengatakan bahwa, Jackson tidak terjadi apa apa waktu itu. Mana mungkin mereka tau jika tidak ada yang memberitahu". Kata Avina.
Ivana terdiam. Apa ia cukup khawatir sekarang sampai-sampai memikirkan hal itu terus menerus?"kau benar ka. Seperti-Nya aku yang cukup kepikiran hehe".
"Yasudah. Tidurlah. Sepertinya kau sangat kelelahan sekarang". Ucap Avina lalu menghampiri sang adik dan menyelimuti-Nya.
"Kakak mau kemana ?". Tanya Ivana melihat Avina membawa jaket.
"Mau keluar. Aku mau membeli ramyeon. Entah kenapa aku menginginkan-Nya sekarang". Ucap Avina.
"Aku ikut".
"Tidak! Kau istirahat saja sekarang!!".
"Tidak!! Aku mau ikutt! Ada beberapa barang yang ingin aku beli juga".
Avina tampak berfikir. Ia sebenarnya malas membawa sang adik ini.
"Hmmm baiklah. Cepatlah". Ucap Avina.
Ivana lalu bangkit yang dari tadi ia sudah menyelimuti dirinya. Ivana lalu mengambil Hoodie dan memakai-Nya.
"Kenapa kau tidak memakai celana panjang?! ". Tanya Avina melihat Ivana memakai celana diatas lutut.
"Kenapa? Ini tidak terlalu pendek!! Kenapa kau mengomentari pakaianku!! ". Kesal Ivana.
Avian hanya menghela nafas kasar menghadapi sang adik. Ivana tipe orang yang tidak menyukai jika ada yang mengomentari apa yang ia kenakan.
"Aisss kau ini! Cepatlah". Pasrah Avina. Jujur saja ia kesal sekarang.
Mereka berdua keluar dari Masion dan menggunakan Kendaraan untuk ke Minimarket. Butuh 5 menit mereka baru sampai di minimarket.
Mereka lalu memarkirkan motor-Nya lalu memasui minimarket. Avina mengambil banyak Ramyeon yang berasal dari tempat nya memulai pekerjaan-Nya itu. Ia juga mengambil beberapa cemilan dan daging.
Sedangkan Ivana tidak membeli apapun. "Apa barangmu tidak ada ?". Tanya Avina melihat sang adik tidak membeli apapun.
"Tidak. Aku tidak berniat membeli apapun". Jawab Ivana.
"Jadi, kau hanya ikut saja?".
"Ya".
"Kau membohongiku? Kau hanya menambah beban sajaa!!".
"Yaaa!! Aku yang membawa motor!! Aku yang menahan beban kakak!! Ingat itu!!".
"Aisss. Bawalah ini". Kata Ivana sambil memberikan barang belanja-Nya ke Ivana.
Ivana sengaja untuk ikut dengan sang kakak. Ia khawatir jika terjadi sesuatu dengan Avina saat keluar malam-malam. Apalagi status mereka ang sebagai pengusaha. Dan Ivana yang memiliki banyak musuh dari dunia gelap.
"Berhentilah kak. Berapa banyak lagi yang akan kau beli! Kita hanya menggunakan motor!!".
Avian tidak mendengarkan perkataan Sang adik. Sekarang ia memilih beberapa sayuran. Ivana yang geram melihat sang kakak tidak mendengarkan-Nya hanya menghela nafas. Apa yang bisa ia lakukan sekarang? Apa ia harus menyeret sang kakak keluar sekarang? Jika bukan di luar sekarang. Ivana sudah menyeret sang kakak saat dimasion.
"Nahh sudah. Bawa semuanya ke kasir!". Ucap Avina membuat Ivana menghela nafas pasrah-Nya.
Ivana lalu meletakan semua barang di meja kasir untuk melakukan pembayaran. Di saat Avina yang kini menunggu pembayaran-Nya. Ivana melihat ada beberapa pria yang mencurigakan memperhatikan mereka berdua. Saat Ivana berhasil melihat mereka. Beberapa pria itu lalu mengalihkan padangan-Nya dari Ivana.
"Sudah. Van tolong bawa beberapa barang ini dibelakng ya".
"Hmm".
Ivana lalu melihat ada beberapa pria yang sedari tadi memperhatikan mereka dari luar. Ivana berniat menghampiri-Nya.
"Tunggu sebentar kak. Aku mau memastikan sesuatu. Kau disini saja dulu. Jangan keluar! Kakak mengerti? Tapi, jika aku lama. Hubungi saja Ghani". Ucap Ivana lalu meninggalkan Avina.
"T-tapi".
Ivana lalu mendatangi beberapa pria itu. Saat memanggil mereka. Pria itu lalu berlari begitu saja membuat Ivana mengejar-Nya.
Nafas Ivana naik turun. Ia kehilangan jejak pria itu. "Sial!! Kemana mereka pergi". Gumam Ivana.
Kini Ivana berada tidak jauh dari minimarket. "Aku yakin mereka mengawasi ku dengan kakakku tadi. Mereka pasti orang yang sama!!". Gumam Ivana.
Setelah pesta Vanscoll. Ivana terus saja merasa di awasi saat berada di luar. Ivana lalu kembali ke minimarket dan melihat sang kakak yang kini tengah menunggu-Nya.
"Kenapa? Ada apa denganmu?". Tanya Avina melihat sang adik mencoba mengatur nafas-Nya akibat berlari.
Avina lalu mengambilkan air di kantong belanja-Nya dan memberikan-Nya ke Ivana. " apa yang kau kejar tadi". Tanya Avian sambil memberikan Air ke Ivana.
"A-ada orang yang mengawasi kita. Tapi, aku kehilangan jejaknya". Jawab Ivana dengan suara yang hampir hilang.
"Apaa?! Jadi bagaimana sekarang".
"Ayo kita berangkat. Tidak baik keluar saat malam seperti ini. Dan tadi kakak tidak ingin membawaku bukan? Entah apa yang terjadi saat aku tidak ikut".
"Jangan menakutiku!". Kesal Ivana.
"Sudahlah. Ayo kita pulang. Dan lihatlah semua barang ini. Rasa-Nya aku ingin menangis sekarang". Kata Ivana melihat banyak belanjaan yang harus di bawa. Bukan karena Sang kakak banyak membeli. Hanya saja, ia memikirkan cara membawa-Nya bagaimana. Mereka hanya menggunakan motor dan belanjaann mereka cukup banyak.
"Aku akan membawa ini. Kakak yang mengendarai motor-Nya". Ucap Ivana di angguki Avina.
Ivana lalu meletakan beberapa barang di depan dan 2barang di belakang. Ia bahkan tidak bisa menggerakan kedua tangan-Nya karena harus memegang barang yang baru saja mereka beli.
Mereka kini sudah berada di Masion. Ivana cukup lega karena tidak ada sesuatu yang terjadi saat mereka dalam perjalanan. Akan sulit melawan mereka dalam keadaan Avina yang membawa motor dan ia yang harus memegang barang.
"Aghhhh!! Kalau mau beli barang itu tu Siang!! Bukan malam!! Huh tanganku sangat sakit!". Teriak Ivana lalu meletakan belajaan Sang kakak di dapur.
"Ya maaf. Kan tadi kakak pengen beli ramyeon aja. Tapi ya sekalian beli yang lain ".