"Kepada Tuan Tyr Vysteria" Sebuah amplop berwarna kekuning-kuningan ditujukan kepada pria tua itu. Ia tengah duduk di meja kerjanya ketika surat itu diantarkan oleh pelayan. Ia mengambil bilah pisau untuk membuka segel dan segera membacanya.
"Pertama-tama, saya ingin meminta maaf karena telah bersikap lancang dan pergi begitu saja. Bagaimanapun saya merasa tidak dapat segera memberi jawaban apalagi Anda telah mengetahui identitas yang selama ini saya sembunyikan. Oleh karena itu, saya ingin meminta Anda menemui saya di bawah lonceng besar yang ada di tengah kota tepat tengah malam nanti. Saya juga meminta agar tidak membawa siapa pun bersama Anda. Pertemuan ini hanya boleh diketahui oleh Anda seorang. Saya ingin menanyakan sesuatu secara langsung, tergantung dari jawaban yang Anda berikan, saya akan memutuskan untuk menerima atau menolak permintaan yang Anda ajukan."
Albert
Tuan Tyr merobek-robek surat itu kemudian membakarnya di perapian. Pria tua itu memastikan agar tak satu pun orang membaca surat yang Albert kirimkan. Sewaktu surat itu sampai, jam dinding menunjukkan pukul satu siang. Masih ada sekitar sebelas jam sebelum waktu pertemuan. Meski begitu Tuan Tyr terlihat bersiap-siap dan mengenakan pakaian rapi.
Tuan Tyr tidak memberitahu siapa pun alasan ia keluar termasuk pelayan pribadinya. Namun, ketika hendak keluar dari pintu, Aran terlihat mencegat kepergian ayahnya dan memandangi pria tua itu dengan serius.
"Ayahanda …,"
"…."
Aran mengerutkan dahi. "Ayah. Kau ingin kemana siang-siang begini? Tidak biasanya kau keluar kecuali Yang Mulia sendiri yang memintamu untuk menemuinya. Apa kau mendapat panggilan? Aku dengar ada surat yang datang barusan."
Tuan Tyr cekikikan mendengar cara bicara anaknya yang mengintrogasi. "Sudah lama aku tidak mendengarmu berbicara seperti itu," Tuan Tyr tersenyum simpul dengan tatapan lembut. "Aku hanya ada urusan sebentar, kau tidak perlu khawatir."
Tuan Tyr berangkat dengan kereta kuda. Melihat kepergian ayahnya, Aran tidak bisa menahan diri untuk tidak khawatir. Sejak Nyonya Vysteria meninggal, Tuan Tyr berada dalam duka yang mendalam. Ia mengurung diri di dalam mansion dan tidak pernah keluar rumah kecuali Raja Rurall langsung yang memanggilnya. Anak pertamanya pun sering bepergian dan jarang berada di rumah. Pada akhirnya, Aran yang bertanggung jawab menjadi delegasi keluarga Vysteria jika harus bertemu dengan orang-orang penting.
"Di sini saja, tidak perlu mengantarku lebih jauh." Tuan Tyr berhenti tepat di depan sebuah kedai. Tempat yang tidak terlihat begitu spesial, tidak juga ramai. Namun, bagi Tuan Tyr, sepertinya tempat itu memiliki arti tertentu.
Bunyi bel terdengar ketika ia memasuki kedai tersebut. "Selamat datang!" Sambut si pemilik. Seorang pria tua berambut putih yang memiliki postur kecil dan kurus. "Tuan Vysteria?" Si pemilik kedai memperbaiki posisi kacamata yang bertengger di hidung mancungnya.
"Apa kabar Tuan Gritth?"
"Seperti biasa Tuan Vysteria. Aku tidak menyangka kau akan datang berkunjung. Sudah lama sekali tidak melihatmu, terakhir kali kau kemari lima belas tahun yang lalu."
"Benarkah? Waktu berjalan begitu cepat." Tuan Tyr terkekeh. Ia kemudian memesan secangkir kopi kepada si pemilik.
Sembari menyiapkan minuman, si pemilik kedai dan Tuan Tyr tampak berbincang-bincang. Mereka membahas hal-hal yang terjadi di masa lalu dihiasi dengan gelak tawa. Mereka berdua adalah teman dekat sejak masih muda.
"Tapi aku tidak menyangka bahwa kau benar-benar bisa mendapatkan Nyonya, padahal dulu kau hanya pria kurus pemalu." Tuan Gritth lagi-lagi tertawa. "Kau selalu kemari dan duduk dekat jendela hanya untuk mengawasinya."
"Kau benar. Dia selalu berbelanja di toko yang berada di seberang, sayangnya toko itu sekang sudah tutup."
Tuan Tyr merupakan seorang bangsawan yang memiliki prestasi luar biasa. Sang Raja pun mengakuinya dan memberikan penghargaan secara langsung. Sewaktu ia berusia dua puluhan, ia mampu membangkitkan Rurall dari krisis ekonomi dengan strategi dagang yang ia pikirkan. Selain itu, ia merupakan seorang kesatria dengan kekuatan seribu prajurit. Sosoknya tidak tergantikan. Namun, di luar dugaan, Tuan Tyr lebih pemalu dari kelihatannya. Terutama jika berurusan dengan wanita. Selama dua tahun, ia menghabiskan waktu hanya untuk memandangi pujaan hatinya dari balik jendela.
"Tuan Gritth, kalau begitu aku permisi," Tuan Vysteria meletakkan uang koin di atas meja. Selama sejam lebih ia menghabiskan waktu di kedai itu.
"Selanjutnya kau mau kemana?"
"Aku ingin menemui istriku." Ucapnya seraya tersenyum simpul. Rambut peraknya yang diikat kesamping tampak berkilau.
"Kalau begitu aku titip salam."
Tuan Tyr keluar dari kedai tersebut dan bunyi belnya terdengar lagi ketika ia membuka pintu. Rupanya, dari awal ia sudah berencana mengunjungi makam istrinya sebelum bertemu dengan Albert. Pria itu akhirnya berjalan menuju makam. Berniat menghabiskan waktu sebelum waktu pertemuan.
Tepat tengah malam. Albert tengah duduk di atas pagar yang mengitari lonceng besar di tengah kota. Anak itu memandangi kota yang hampir keseluruhan lampunya padam. Orang-orang Folois sepertinya sudah tertidur lelap, tetapi bagi hewan nokturnal, mereka justru beraktivitas
"Kau sangat kejam memilih tempat seperti ini untuk bertemu orang tua." Meski ia berkata demikian, Tuan Tyr tidak terlihat kelelahan menaiki menara setinggi lima puluh meter itu.
Albert berbalik dan cekikikan. "Lelucon yang tidak lucu."
"Jadi …," Pria tua itu tampak mengubah mimik wajahnya, terlihat lebih serius. "Apa yang ingin kau tanyakan anak muda?"
Albert diam untuk sesaat, lagi-lagi menikmati angin malam. "Tidak usah terburu-buru, malam masih panjang." Kalimat yang sama dengan kalimat yang sering Iriel ucapkan kepada lawan bicaranya. Sepertinya, anak itu terpengaruh kebiasaan masternya.
Tuan Tyr tidak menampik dan memilih untuk diam. Membiarkan keheningan di antara mereka berdua untuk sementara.
Siliran angin di Kota Folois terasa begitu nyaman. Tidak kelewat dingin dan tidak berembus kencang. Hanya angin lemah lembut yang terasa penuh kepedulian bagi setiap orang yang diterpanya. Tidak salah jika orang-orang Folois begitu mencintai kotanya. Terlalu aman dan nyaman, sampai-sampai memberi ketakutan jika suatu waktu semuanya menghilang.
"Mengapa kau mencoba untuk menjalin hubungan yang rapuh seperti kepercayaan? Berapa kali pun aku memikirkannya, aku tidak bisa percaya bahwa kau tidak memiliki motif apapun Tuan Tyr."
Tuan Tyr mendengus, kemudian menggaruk-garuk kepala. "Mengapa kau begitu meragukan niat baik orang lain? Aku tahu bahwa aku tidak berada pada posisi yang tepat untuk mengatakan ini, tapi tidak semua orang yang ada di sekelilingmu memiliki niat buruk. Jika kau telaah baik-baik, bahkan jauh sebelum itu, aku bisa saja melukaimu."
Albert tetap menyimak, membiarkan Tuan Tyr mengatakan semua hal yang ingin ia katakan.
"Lagi pula kepercayaan itu bukan dipikirkan anak muda, tapi dilakukan." Sebuah ucapan yang terdengar menggelitik kesadaran Albert.
"Kau mudah saja mengatakan itu, lagi pula kau yang sedang mencoba bernegosiasi denganku. Apapun yang kau katakan masih tetap terdengar mencurigakan." Albert turun dari pagar dan berdiri di hadapan Tuan Tyr sembari menatapnya lekat-lekat. "Yang ingin aku dengarkan adalah motifmu. Mengapa kau mencoba menjalin kepercayaan?"
Albert membalikkan badan, memunggungi Tuan Tyr dan memegang penyanggah yang menopang atap menara tersebut. Ia terlihat memandangi Folois dengan saksama seperti mencari-cari sesuatu.
"Aku mungkin saja kabur dari Rurall malam ini. Meski kau punya kekuatan yang lebih besar, apalagi dengan sokongan seluruh penduduk Rurall, tetapi bukan berarti hal itu mustahil. Bagaimanapun kami masih dalam posisi yang menguntungkan sebab kau membutuhkan kami, atau lebih tepatnya membutuhkan seorang penyihir untuk membuka portal menuju lembah terlarang. Tapi kau sekarang ada di sini, datang sendirian."
Albert membalikkan badan kemudian sekali lagi memandangi Tuan Tyr dengan tatapan tajam. Pria tua itu tidak lagi tersenyum atau mencoba bercanda. Ia hanya mendengarkan.
"Ketimbang menangkapku, kau justru memilih jalan yang tidak praktis seperti membangun kepercayaan. Alasannya ada dua. Pertama, kau tidak yakin mampu menangkapku hidup-hidup, apalagi setelah melihat kekuatan Fuguel. Aku yakin Nona Roxanne sudah menyelidiki kekuatan pria itu sewaktu memintanya melakukan sparing dengan orang-orang Wohnheim. Sekali pun kau mencoba menangkapku untuk kedua kalinya---sama seperti yang dilakukan Mithyst, aku yakin itu tidak akan berhasil. Lagi pula penangkapan yang dilakukannya juga gagal sebab ia tidak menyangka masterku akan muncul. Dengan kata lain, kekuatan kalian saja tidak cukup untuk menangkap kami hidup-hidup. Lantas mengapa kau tidak mencoba untuk menggunakan kekuatan orang-orang Rurall, bukan hanya kau dan orang-orang Mithyst? Alasannya sederhana, karena aku adalah seorang penyihir. Tentu mereka tidak akan membiarkanku hidup, apalagi jika ia mengetahui identitas asliku. Dan, hal ini berhubungan dengan alasan yang kedua."
"…."
"Jika seorang bangsawan kelas atas diketahui telah menjalin kontak dengan penyihir, maka kedudukanmu benar-benar dalam bahaya. Tapi bukan hanya itu masalahnya. Seseorang yang berasal dari keluarga kerajaan secara langsung memasukkan seorang penyihir ke dalam Rurall bahkan meminta tolong kepadanya. Hal itu jelas-jelas akan dipandang sebagai pengkhianatan. Aku tidak yakin hukuman apa yang akan diberikan kepada Mithyst nantinya."
".…"
"Tetapi jika dipikir-pikir, mengapa mereka tidak mengikuti saja rencana kalian. Toh, ini semua demi kepentingan Rurall, menyelamatkannya dan membangkitkan kejayaannya. Sayangnya, masalah ini tidak sesederhana itu. Sejak pesta malam puncak kemarin, aku sudah merasakannya. Di Rurall, bahkan di keluarga kerajaan sendiri orang-orang memiliki pandangan yang berbeda-beda. Ini bukan lagi masalah menyelamatkan Rurall, ini masalah kepentingan masing-masing. Apakah dengan mengembalikan kondisinya akan menguntungkan pihak-pihak tertentu? Aku rasa jawabannya akan bermacam-macam. Karena itu, kau ingin agar perjalanan ini bersifat rahasia. Makanya, secara pribadi kau memintanya kepadaku. Jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, setidaknya nyawa Mithyst dapat diselamatkan."
"Kau sepertinya menyelidiki banyak hal," Tuan Tyr akhirnya mulai berbicara.
"Ini adalah kesimpulanku berdasarkan cerita-cerita kalian dan pengamatanku selama setengah bulan di sini …," Albert menarik napas perlahan sebelum melanjutkan penjelasannya. "Ini hanya hipotesisku. Menurutku, di antara pemegang kekuasaan di Rurall, beberapa orang mungkin berpikir bahwa mengembalikan Rurall seperti semula bukan merupakan solusi, justru hal yang berbahaya. Keinginan kalian merupakan keegoisan secara sepihak yang menentang banyak orang."
Tuan Tyr bertepuk tangan dengan senyum merekah, Albert dibuat bingung karenanya. "Luar biasa anak muda. Aku mengaku kalah," ucap pria tua itu sambil memperlihatkan deretan giginya yang putih. "Aku tidak menyangka kau bisa menangkap permasalahan Rurall sampai sedalam itu hanya dalam beberapa hari di sini. Tapi, kau hanya benar setengahnya."
Albert mengangkat sebelah alisnya, "Setengah?"
"Benar. Kau bilang ingin mengetahui motifku bukan? Baiklah, aku akan menceritakan semuanya."
~