"Kota ini luar biasa." Tyr terkagum-kagum dengan kunjungan pertamanya di Kota Festival. Suasana masyarakat yang menggebu-gebu itu selalu berhasil membuat turis terperanjat ketika berkunjung untuk pertama kali.
"SELAMAT DATANG!"
"TERIMA KASIH, KAMI MENUNGGU KUNJUNGAN ANDA SELANJUTNYA!"
"Aku sepertinya akan sulit beradaptasi," Tyr mengorek-ngorek telinganya lalu meniup jari kelingking yang ia gunakan. Suara orang-orang Festival sungguh memekakkan, apalagi dengan cuaca sepanas ini. Namun hebatnya, semangat mereka dalam berdagang sama sekali tidak terpengaruh dengan cuaca.
Tyr sampai di Festival tepat pada siang hari. Pemuda itu datang berkunjung setelah mendengar kabar burung mengenai kota tersebut. Kota yang menjual banyak informasi mengenai negara lain. Tyr ingin mencaritahu tentang sejarah Rurall lebih lanjut setelah menemukan buku misterius di pasar loak. Tetapi pemuda itu sedang bingung saat ini.
"Di mana aku harus mulai mencari informasi?"
Sementara mencari petunjuk, Tyr sesekali melihat barang dagangan orang-orang Festival. Pemuda itu tidak dapat mengelak, rasa haus akan pengetahuan mengenai budaya lain selalu menghantuinya.
"Luar biasa, kualitas pedang di sini menyaingi kualitas senjata yang ditempa oleh keluarga Kraftres (Keluarga pandai besi nomor satu di Folois)."
"HEI ANAK MUDA, APA KAU TERTARIK DENGAN PEDANG ITU?"
"Eh? … sa-saya hanya meli--"
Baru beberapa menit Tyr singgah di toko tersebut, tiba-tiba seseorang menyerempet dan mengambil tas selempangnya.
"Hei!" Tyr meninggalkan toko dan segera berlari mengejar orang tersebut setelah menyadari bahwa buku misterius itu ada di dalam tas. Hanya saja, pencuri itu sangat gesit sehingga ia tidak bisa segera menangkapnya.
"Aku tidak bisa menggunakan kekuatanku di tempat seperti ini."
Pencuri itu semakin lama semakin menjauh, ia masuk ke gang sempit di mana tak seorang pun terlihat. Beberapa saat kemudian, ia akhirnya menghilang di ujung jalan. Tyr kepayahan setelah berlari dan gagal menangkap si pelaku. Pemuda itu menyeka keringat kemudian mengatur napas.
"Sial, aku tidak boleh kehilangan buku itu."
Di saat Tyr memikirkan cara mendapatkan buku tersebut, tiba-tiba muncul sosok dari langit dan mendarat tepat di depannya.
"Si-siapa?"
"Apa kau melihat orang bertudung cokelat di sekitar sini? Kalau tidak salah aku sempat melihatnya memasuki gang."
Tyr terkejut melihat pemuda dengan rambut acak-acakan itu. Ia muncul dengan sangat mencolok dan berbicara tepat di depan mukanya.
"De-dekat sekali," pikir Tyr muda kemudian mendorong mundur pemuda itu pelan.
"Ke-kebetulan aku juga mengejar seseorang yang bertudung cokelat. Baru saja, aku kehilangan jejaknya di tempat ini," jelas Tyr kepada pemuda asing yang sejak tadi memelototinya.
"Apa kau mengingat ciri-cirinya?"
Tyr mencoba mengingat-ingat. Selain tudung cokelatnya, ia sulit menemukan hal lain yang dapat dikenali. Dari segi postur, pencuri itu tidak begitu besar, dan ia juga mampu berlari dengan sangat cepat.
"Sungguh? Tak ada yang kau ingat, hal sekecil apapun, misalnya aroma atau—"
"Aroma … itu dia," Tyr seperti mendapat ilham. "Aromanya seperti lavender. Ia sempat menyerempet sebelum mengambil tasku."
Pemuda misterius itu tiba-tiba mengendus pakaian Tyr. Perilakunya benar-benar membuat anak keluarga bangsawan itu tidak nyaman.
"A-apa yang kau lakukan?"
Kemudian, si pemuda misterius meletakkan tangannya di bahu Tyr. Ia mulai merapalkan sebuah mantra untuk menemukan jejak dari pencuri tadi. Saat mantra itu mulai bekerja, tiba-tiba timbul reaksi penolakan. Kekuatan si pemuda misterius dinetralkan.
"Kenapa tidak bisa?" Pemuda itu menaikkan sebelah alisnya dan menatap Tyr lekat-lekat.
"Gawat, orang ini adalah penyihir," pikir Tyr.
Si bangsawan muda mulai memikirkan cara untuk kabur. Ia tidak ingin identitasnya sebagai pengguna kekuatan supernatural terungkap. Bisa sangat gawat jika orang-orang Rurall beralalu lalang di negeri asing. Entah apa yang akan terjadi kepadanya jika sampai ketahuan.
"Aku harus segera pergi," Tyr membalikkan badan dan berjalan meninggalkan pemuda itu. Tapi sayangnya ia dicegat.
"Tunggu---" pemuda itu memperhatikan sosok di hadapannya dari berbagai sisi. Tatapan yang benar-benar tidak menyenangkan. "Sihirku tidak bisa bekerja terhadapmu, apa kau---"
"Plak!"
"Apa yang kau lakukan?!" Pemuda itu kesal setelah dibuat terjerembap.
"Maafkan aku, tapi aku sedang terburu-buru." Tyr berlari sekencang mungkin agar segera menghilang dari pandangan pemuda aneh itu. Hanya saja, pemuda tersebut tidak membiarkannya lari begitu saja.
"Tunggu aku bilang!" Ia menyerang Tyr dengan melemparkan berbagai macam benda di sekelilingnya. Sedangkan Tyr muda, ia mencoba menepis satu per satu barang tersebut.
"Dia ngotot sekali," Tyr mulai kesal. "Kau akan menyesali ini," ucapnya kepada pemuda tadi dan mulai menggunakan kekuatannya. Wisteria bulan biru, tumbuhan rambat yang menjadi ciri khas keluarga Vysteria. Tumbuhan itu mulai melilit pemuda tadi dan menghentikan setiap serangannya.
"Berhenti!" Tyr tidak menghentikan serangannya. Ia terlihat serius menghabisi musuhnya. "BERHENTI AKU BILANG!" Secara refleks, Tyr akhirnya berhenti. Wajah korbannya merah padam dengan mata melotot hampir seperti akan keluar dari cangkangnya. Ini pertama kalinya Tyr dibentak oleh korbannya dengan sangat kasar. Korbannya itu seolah tidak memahami posisinya.
"Sekarang apa maumu?" Tanya Tyr terlihat kesal.
"Ayo bernegosiasi!" Ujar pemuda itu membuat Tyr Vysteria sedikit tertarik. Setelah melepaskan jeratannya, Tyr tetap membiarkan pemuda itu dalam kondisi terikat. Akan sangat menyebalkan bila ia mulai menyerang membabi buta lagi.
Pemuda dengan rambut kecokelatan itu mengusulkan, "Sepertinya kita mengejar orang yang sama, aku menawarkan untuk bekerja sama menangkap pencuri itu. Kebetulan, ia juga mengambil sesuatu yang penting dariku."
"Mengapa aku harus setuju dengan penawaranmu?" Tanya Tyr dengan nada yang sangat arogan. Sementara itu, pemuda tadi terlihat mengumamkan sesuatu. "Dasar udik," katanya.
"Apa kau bilang?" Tyr membuat lilitan di tubuh pemuda itu semakin erat.
Meski tersudutkan, pemuda tersebut tidak gentar sama sekali. "Kalian memang orang udik yang selalu mengurung diri di dalam kandang bukan?" Nadanya terdengar sangat mengejek.
Tidak terima dengan hal itu, Tyr akhirnya menghunuskan bilah pisau ke leher pemuda tersebut. "Sepertinya kau tidak memahami posisimu." Tyr dibalas dengan tatapan nanar.
"Aku tahu tempat mendapatkan informasi tentang pencuri itu. Jika kau bersedia melakukan gencatan senjata. Aku akan bekerja sama denganmu."
Tyr mendengus, ia kemudian berkata, "Bagaimana jika aku menolak dan memaksamu untuk memberitahuku tempat itu? Setidaknya, aku bisa mengampuni nyawamu."
Pemuda tersebut terkekeh mendengar penjelasan tersebut. "Kalau begitu, bunuh aku sekarang dan kita sama-sama kehilangan kesempatan emas untuk menangkap pencuri itu."
Si pemuda misterius sangat ngotot dengan pendiriannya. Tidak hanya mencoba memenangkan negosiasi, ia bahkan tetap kukuh mempertahankan harga dirinya. Melihat sikap keras kepalanya itu, Tyr hanya dapat menghela napas panjang.
"Kalian para penyihir, benar-benar serakah," ujarnya. Ia kemudian melepaskan jeratan yang melilit pemuda tersebut dan memutuskan untuk menerima usulnya. Setelah berpikir lebih jernih, perseteruan mereka merupakan tindakan yang sia-sia. Menyadari hal tersebut, Tyr melapangkan dada dan memilih hal yang lebih penting baginya saat ini, yaitu menemukan buku tersebut.
"Kita bukannya bekerja sama, kita kebetulan hanya memiliki tujuan yang sama." Tyr mempertegas relasi mereka berdua, lalu pemuda tersebut menyeringai. Keduanya akhirnya berjalan melewati gang sebelah.
"Kita sudah sampai." Setelah berjalan selama lima menit, mereka berdua akhirnya sampai di depan toko kelontong yang memiliki aura misterius. Toko dengan dinding berwarna oranye itu tampak mencolok meski berada di ujung gang.
"Kau yakin di sini tempatnya?" Tanya Tyr penuh curiga.
"Tentu saja." Keduanya kemudian membuka pintu dan mendengar bunyi kerincing dari lonceng yang ada di sudut pintu.
"SELAMAT DATANG!"
Tyr terlonjak setelah mendengar suara si pria bertubuh kurus yang menggunakan kacamata berantai. Tyr tidak bisa menyembunyikan wajah kesalnya karena dibuat terkejut. Kebiasaan orang-orang di Festival sangat tidak cocok untuknya.
"HAI TUAN! APA KABAR?" Si pemuda tadi mencoba mengikuti gaya bicara pria tersebut.
"SUPER SEHAT, AKU SENANG DIDATANGI PELANGGAN." Kemudian keduanya mulai tertawa terbahak-bahak. Melihat tingkah laku si pemilik toko dan pemuda misterius itu, Tyr hanya diam dan menunjukkan tatapan tanpa gairah.
"Begini Tuan, aku sedang mencari seseorang …," pemuda tersebut merangkul si pemilik toko dan mulai berbicara pelan. Ia akhirnya menunjukkan wajah serius. "… dia telah mencuri barang yang sangat penting dari kami, aku ingin tahu di mana bisa menemukan orang ini."
Pemilik toko menanggapi ucapan pemuda tersebut dengan serius. Air mukanya berubah kemudian mengajak kedua pemuda di hadapannya menuju sebuah ruangan.
"Kemari!" Pria itu memindahkan karpet yang menutupi pintu menuju ruang rahasia. Perlahan mereka menuruni tangga yang berderit. Di sana, mereka melihat berbagai macam benda aneh yang tidak dipajang di bagian toko utama.
"Anak muda, jelaskan kondisinya," pinta pria berusia paruh baya itu.
"Kami bertemu dengan sosok bertudung cokelat di jalan utama. Posturnya tidak begitu besar dan mampu bergerak sangat cepat. Pelaku itu juga memiliki aroma lavender. Apa kau tidak asing dengan ciri-cirinya?"
Si pemilik toko mengusap janggutnya yang mulai memutih berulang-ulang. Ia tampak seolah-olah berpikir kemudian memicingkan sebelah mata. "Sepertinya sulit untuk menentukan, dia bisa jadi siapa saja."
Pemuda dengan temperamen itu mengerutkan kening kemudian memberikan sekeping koin perak. "Bagaimana sekarang? Apa sudah ada di bayanganmu?"
"Bagaimana yah? Kota ini memiliki penduduk yang sangat banyak, pencurian adalah kasus yang umum terjadi."
Tyr yang dari tadi menyimak merogoh kantong di balik bajunya. Pemuda itu sudah terbiasa menyimpan uang di tempat-tempat yang sulit dijangkau orang lain. Seandainya buku itu tidak berada di dalam tas, mungkin ia hanya akan mengabaikan pencuri itu.
"Apa ini cukup?" Tyr menyerahkan dua keping emas kepada pemilik toko. Dengan tatapan yang berbinar-binar, pemilik toko tersebut mengambilnya.
Si pemilik toko menjelaskan bahwa pencuri tersebut merupakan gadis yang tinggal di perbatasan. Ia bernama Aria. Kasus pencurian adalah sesuatu yang biasa terjadi di Festival. Aria menjadi salah satu pencuri yang sering mengambil barang-barang orang luar. Setelah mengetahui kedatangan dua pemuda tersebut, mungkin saja ia sudah memasang target.
"Kau bisa menemuinya di dekat taman lavender. Dia sering menghabiskan waktu di sana bersama anak-anak gelandangan."
Setelah mendapatkan informasi penting, kedua pemuda tersebut bergegas. "Terima kasih Tuan," ucap si pemuda misterius. Keduanya menaiki tangga untuk ke atas.
Namun, saat akan ke atas tiba-tiba pintu terbuka. "Ayah, kau di sini rupanya?" Seorang pemuda dengan postur kecil dan pakaian berwarna cerah mengintip dari balik pintu.
"RUCKSSACK, KAU SELALU SAJA KELUYURAN, AKU MEMBUTUHKANMU UNTUK MENJAGA TOKO!"
Tyr lagi-lagi terlonjak. Ia mengelus dada dan mengatur emosi. "Bisa-bisa aku terkena serangan jantung," pikirnya.
Si anak pemilik toko tersenyum kaku kepada pelanggan ayahnya, kemudian kedua pemuda itu membalas dengan anggukan dan buru-buru meninggalkan toko kelontong tersebut.
Saat suhu semakin meningkat, mereka berdua berlari di atap rumah warga untuk memotong rute perjalanan. Keduanya terlihat sangat terburu-buru.
"Kau cukup hebat bisa mengikutiku," ujar si pemuda misterius.
"Apa kau bodoh, jelas-jelas aku menahan diri." Mendengar tanggapan tersebut, si pemuda dengan temperamen berdecak kesal. "Kau tidak lucu sama sekali," balasnya.
Tyr adalah keluarga bangsawan yang terhormat. Meski begitu, ia merupakan pemuda bersahaja yang dicintai oleh masyarakat. Berbeda dari kelihatannya. Tyr sebetulnya lebih pemalu. Namun, bersama si pemuda misterius ini, entah mengapa ia terlihat leluasa mengekspresikan diri.
Sejak dahulu, Tyr berpikir bahwa sosok penyihir merupakan musuh alami dari Rurall, tetapi pemuda bersamanya memiliki aura yang berbeda. Walau menyebalkan, Tyr tidak merasakan kebencian terhadapnya. Ia bingung dengan dirinya, sebab ini pertama kalinya ia merasakan hal yang demikian. Sembari menelaah perasaan, Tyr muda mempercepat larinya ketika mulai melihat perbatasan.
"Bukankah 'itu' yang dimaksud?" Si pemuda misterius menunjuk ke arah bunga lavender yang tumbuh dengan indahnya. Di sana, terlihat sosok gadis yang bermain dengan anak-anak. Tanpa menunggu lagi, kedua pemuda itu menghampirinya.
"Hei nona!" Si pemuda misterius menyapa. Setelah saling memberi isyarat, ia dan Tyr yakin bahwa gadis inilah yang telah mencuri barang mereka. Gadis itu menoleh, ia sontak melindungi beberapa anak yang berada di belakangnya.
"Kau tidak perlu takut begitu, kau hanya perlu mengembalikan barang-barang yang kau curi." Gadis berkulit gelap itu bergeming, ia menunjukkan tatapan tajam.
"Kau mencuri barang yang sangat berharga bagi kami, kami bahkan harus mengeluarkan uang hanya untuk menemukanmu," gerutu pemuda misterius itu. Si gadis pencuri kemudian berusaha menahan tawa.
"Apanya yang berharga dari benda-benda ini?" Gadis itu mengembalikan dengan melempar barang milik Tyr dan pemuda tersebut. "Itu hanya buku tua dan kompas biasa. Aku tidak bisa mendapatkan uang dengan benda-benda seperti itu. Aku pikir kalian adalah orang kaya karena pakaian kalian yang terkesan mahal, ternyata hari ini aku sial. Sayang sekali." Di luar dugaan, tampilan gadis itu berbeda dengan suaranya. Ia terlihat sangat tomboi, tetapi suaranya terkesan sangat feminin.
Si pemuda misterius tampak kesal setalah mendengar hinaan gadis tersebut, ia mulai berceloteh. Sedangkan Tyr, pemuda itu menghela napas lega setelah mendapatkan kembali buku miliknya.
Setelah kejadian singkat tetapi menguras tenaga itu berakhir, keduanya memutuskan untuk kembali ke jalan utama demi memenuhi misi masing-masing. Lucunya, mereka tetap berjalan beriringan seolah hal itu merupakan sesuatu yang lumrah.
"Ketidaktahuan benar-benar menakutkan," kedua pemuda itu tiba-tiba memecah keheningan dengan mengucapkannya bersamaan. Kemudian, mereka saling menatap. Beberapa detik setelah itu mereka mulai tertawa.
Si pemuda misterius menghapus air di ujung pelupuk matanya. Ia kemudian berkata, "Seandainya gadis itu tahu apa yang ia curi, mungkin ia tidak harus mengkhawatirkan hidupnya lima hingga sepuluh tahun ke depan." Pemuda itu kemudian memperlihatkan kompas kayu yang ia ambil dari sakunya. "Benda ini merupakan kompas yang diberikan oleh master kepadaku---yang ia peroleh dari masternya. Kompas ini adalah milik raja sekaligus penyihir pertama dari Ririas. Seharusnya, jika dijual harganya akan sangat mahal."
Tyr terkejut mendengar hal itu. Namun, ada hal lain yang lebih mengejutkannya. "Apa tidak apa-apa kau memberitahuku sesuatu yang penting seperti itu. Bisa saja aku merebutnya darimu."
Menyadari hal tersebut, si pemuda misterius terlonjak kemudian mengambil jarak seraya melindungi benda keramat miliknya. Melihat kelakuan pemuda itu, Tyr cekikikan. "Aku tidak akan mengambilnya," ujarnya. Pemuda itu lalu bernapas lega.
"Ka-kalau kau, buku itu---sambil menunjuk buku yang Tyr pegang. Apa buku itu berharga?"
"Ini?" Tyr melihat buku itu lekat-lekat lalu tersenyum, "Buku ini menyimpan rahasia suatu negara," imbuhnya.
Pemuda tersebut tampak melongo. Setelah beberapa detik terdiam, ia mulai tertawa terbahak-bahak. "Gadis itu benar-benar melewatkan sesuatu yang luar biasa." Tyr tersenyum kecut mendengarnya.
"Urd," pemuda itu mengulurkan tangan. "Itu namaku."
Tyr tidak bermaksud memberitahu identitasnya. Hanya saja, ia seolah terhipnotis. Seolah ada sesuatu yang di luar kuasanya menggerakan dirinya. Ia menjabat tangan pemuda itu kemudian menyebutkan nama.
Kisah tersebut merupakan awal pertemuan Tyr dan teman penyihirnya. Setelah kejadian pencurian itu, mereka mulai menghabiskan waktu bersama di Festival untuk mencaritahu berbagai macam informasi terkait tujuan masing-masing. Mereka akhirnya menjadi teman dekat. Sangat dekat hingga saat ini mereka kadang saling berhubungan secara rahasia.
~