Chereads / REYNERGA / Chapter 4 - DI RUMAH

Chapter 4 - DI RUMAH

Reyn bahagia karena dia merasa dia akan dijauhkan dengan Ferga. Tetapi pemindahan itu bertujuan untuk mempermudah pembagian kelompok belajar, jadi setelah ditentukan tempat duduknya, mereka tidak boleh untuk berpindah tempat lagi. Pemindahan tempat duduk tidak membuat perubahan besar, bahkan bisa dibilang sama saja seperti keadaan awal. Bu Ufa memanggil nama anak satu persatu secara acak. Setelah beberapa nama anak dipanggil, kemudian nama Ferga yang dipanggil. Ferga tetap duduk sebangku dengan Daichi, hanya saja yang awalnya berada di bangku paling belakang, sekarang mereka berada di bangku paling depan. Reyn berdoa di dalam hati agar dia ditempatkan jauh dari Ferga, agar dia tidak sekelompok dengan Ferga.

"Sheilafia Pamela Mabelle"

Ucap Bu Ufa, kemudian Sheila mengangkat tangannya

"Duduk di belakang Ferga bersama Reyn ya...."

Lanjut Bu Ufa

Reyn spontan mengucap

"Astagaaa...."

Sambil memegang kepalanya

"Ada apa Reyn? Apa ada masalah?"

Tanya Bu Ufa sedikit kebingungan

"Iya Bu, masalahnya sangat besar, jadi saya minta dipindah saja ya Bu, saya keberatan duduk di belakang Ferga...."

Ucap Reyn sedikit memaksa

"Oh tenang Reyn, kamu gak duduk di belakang Ferga kok"

Ucap Bu Ufa dengan tenang

Reyn menarik nafas lega

"Alhamdulillah..."

Ucap Reyn dengan pelan

"Tapi kamu duduk di belakang Daichi, sedangkan Sheila di belakang Ferga"

Lanjut Bu Ufa. Ekspresi Reyn yang sebelumnya lega berubah menjadi kecewa.

"Ya Bu, Reyn satu kelompok saja dengan saya Bu, soalnya kita tetanggaan, jadi belajar kelompoknya bisa lebih mudah Bu"

Jawab Ferga tiba-tiba

Reyn kesal, dia melotot kearah Ferga, sedangkan Ferga senyum gak jelas karena dia senang bisa satu kelompok dengan Reyn, dengan maksud agar dia bisa menyontek setiap ada PR maupun tugas kelompok.

"Oalah gitu, lebih baik kalau gitu, kalian bisa sering-sering belajar bersama"

Ucap Bu Ufa.

Dengan terpaksa, Reyn dan Sheila berjalan menuju tempat duduk mereka, dibelakang Ferga dan Daichi. Ferga membelikan badan, kemudian tersenyum kearah Reyn. Reyn memutar bola matanya, karena malas melihat pemandangan yang buruk baginya. Dia menidurkan kepalanya di atas meja, kemudian menutupinya dengan tangan.

Beberapa saat kemudian bel pulang berbunyi, anak-anak berhamburan keluar gerbang sekolah. Ada yang menunggu jemputan, ada yang langsung pulang karena sudah dijemput, ada yang mengendarai sepeda, dan ada yang berjalan kaki seperti Ferga dan Reyn. Reyn berjalan di belakang Ferga dengan jarak yang lumayan jauh, melewati warung-warung di dekat sekolah. Disana terlihat ada banyak anak-anak yang sedang menunggu jemputan.

Sesampainya di rumah, Reyn ganti baju kemudian makan. Selang beberapa menit, terdengar suara lelaki.

"Belii..."

Terdengar samar-samar

Reyn memang memiliki sebuah toko kecil yang berada di bagian depan rumahnya, tepatnya di sebelah ruang tamunya, tetapi terdapat tembok sebagai sekat pembatasnya. Reyn berjalan ke arah toko. Terlihat lelaki tinggi dengan senyumannya yang menjengkelkan (bagi Reyn), tidak lain itu adalah Ferga. Reyn sudah menduga, Ferga pasti akan mengusiknya lagi.

"Belii...."

Ucapnya lagi, padahal sudah ada Reyn di depannya

"Apaan"

Ucap Reyn dengan ekspresi datar

"Beliiiiiiiii....."

Ucap Ferga lagi lebih keras

"Lu beli apaan anjir?! Gua uda disini dari tadi lu malah bela beli bela beli gajelas! Buruan lu mau beli apa gausa buang buang waktu gua!"

Jawab Reyn dengan kesal

"Mie goreng"

Jawabnya singkat

Reyn langsung mengambilnya, karena dia tidak mau membuang waktu percuma hanya untuk meladeni si Ferga. Reyn mengambil dan meletakkannya di atas etalase. Ferga mengambilnya dan mengocoknya, ia mendengarkan suara remahan mie yang saling bertabrakan.

"Gamau, ganti yang paling depan, yang ini uda ancur"

Jawab Ferga sambil menunjuk mie paling depan

"Alah alah alah.... Udah lah sama aja, uda buruan pulang! Sini uang lu!"

Jawab Reyn ngegas dan mengusir Ferga pulang

Sedangkan Ferga tetap memaksa Reyn untuk mengambil mie yang paling depan. Akhirnya Reyn mengambil mie yang paling depan, agar si Ferga cepat pulang. Tetapi Ferga melakukan hal yang sama, dia mengocok mie tersebut dan mendengarkan suaranya.

"Lah sama aja.... Ya udah deh ganti mie kuah aja, gue maunya yang paling depan!"

Ucap Ferga yang ribet permintaannya, sambil menunjuk mie yang dipilihnya

"Ih ribet banget sih hidup lu! Tinggal makan aja susah!"

Jawab Reyn yang udah males menanggapi Ferga.

Akhirnya Reyn mengambil mie kuah yang ditunjuk Ferga, tentunya yang paling depan. Tetapi Ferga melakukan hal yang sama, dia mengocok dan mendengarkannya lagi.

"Apa lu mau ganti apa lagi?!"

Bentak Reyn sebelum Ferga berkomentar yang ga jelas

"Ga ah, gua gak jadi beli mie, gua beli shampo aja. Gua mau mandi."

Ucap Ferga dengan santainya sambil meletakkan mie tersebut di atas etalase.

"Itu, gue mau shampo yang itu, warna hitam"

Ucap Ferga sambil menunjuk shampo yang dimaksud

Tanpa basa-basi Reyn langsung mengambil gunting dan memotongnya.

"Eh nggak nggak nggak... Maksud gue itu, yang warna putih..."

Jawab Ferga dengan senyum liciknya

Reyn kesal, dia sudah kesal menanggapi Ferga. Reyn masuk ke dalam rumah dan berteriak memanggil ibunya.

"Ibu Ferga mulai lagi tuh... Usilin Reyn"

Ucapan kepada ibunya

Ibunya sudah tahu kebiasaan Reyn dan Ferga setiap bertemu, pasti selalu bertengkar, jadi ibunya tidak heran lagi.

"Ferga.... Kamu ini kenapa, seneng banget usilin si Reyn.."

Tanya ibu Reyn yang bernama Polina Thiara dan biasa dipanggil Thiara.

"Hehehe, enggak kok tan, Ferga ga usilin Reyn, Reyn nya aja yang ke PD an..."

Jawab Ferga sambil ketawa gajelas

Sedangkan Reyn tiba tiba menjawab dari dalam

"Hoax buk... Itu Ferga tiap hari usilin Reyn, tadi aja rok Reyn basah semua gara gara ketumpahan es teh"

Jawab Reyn membela dirinya

"Lah kan basah gara gara es teh, ngapa jadi nyalain gua..."

Jawab Ferga tidak merasa bersalah

"Alah gua ketumpahan es teh kan juga gara gara eluu!!!"

Jawab Reyn dari dalam tidak menampakkan diri

"Uda uda udahh... Jangan berantem mulu. Ferga mau beli apa?"

Ibu Reyn melerai, dan lanjut melayani Ferga

"Beli shampo tan... Itu yang warna putih"

Jawab Ferga, kemudian dia pulang.

Setelah itu ibunya masuk ke dalam rumah, Ibunya bertanya tentang roknya yang ketumpahan es teh.

"Kak gimana tadi kok roknya bisa ketumpahan es?"

Tanya Bu Thiara kepada Reyn.

Reyn dipanggil kakak karena dia memiliki adik. Adiknya laki-laki bernama Redova Agatha Parwez. Biasa dipanggil Dova. Adiknya baru berumur 4 tahun, selisih 10 tahun dengan Reyn. Reyn kemudian menjelaskan secara rinci, kejadian awal roknya ketumpahan es teh. Dan ibunya malah menertawakannya.

Tak terasa malam hari telah tiba, Reyn sudah selesai makan malam, sedangkan ibu dan ayahnya baru makan malam. Karena tadi masih nyuapin Dova, jadi baru sempet makan sekarang

"Beli..."

Ucap seseorang dari toko

Reyn melayani orang tersebut, dia adalah Ferga, Reyn awalnya uda males. Tapi mau bagaimana lagi ayah dan ibunya sedang makan, jadi terpaksa dia harus melayani Ferga.

"Buruan beli apa, gausa banyak basa basi!"

Belum apa-apa Reyn sudah membentak Ferga.

"Iya iya, santai aja kali gua mau beli kopi"

Jawab Ferga dengan santai

"Kopi apa?"

Tanya Reyn singkat

"Itu kopi susu..."

Reyn sudah mengambil gunting dan siap-siap untuk mengguntingnya

"Eh bentar-bentar, kalo itu kopi hitam berapa harganya?"

Tanya Ferga

Reyn mengurungkan niatnya untuk menggunting kopi susu tersebut dan menjawab pertanyaan Ferga.

"Rp.1000"

Reyn hanya menjawab dengan singkat

"Kalau itu Energen?"

Tanya Ferga lagi

"Rp.1500"

"Milo, Milo, Milo berapa?"

"Rp.2000 Buruan anjir lu mau beli apaan yang bener! Kerjaan gua ga cuman ngeladenin lu tau!"

Jawab Reyn mulai kesal

"Yaudah gua beli autan aja"

Jawab Ferga tanpa rasa bersalah

"Lah anjir lu gimana sih... Lu mau minum autan apa gimana?! Ya udah minum aja ikhlas gua..."

Jawab Reyn dengan kesal

"Cepetan gue beli 2"

Ferga menjawab dengan sedikit ngeGas

"Lah kan dari tadi lu yang lama-lamain... Sekarang malah nyuruh gua cepetan.. Gimana sih lu?! Perasaan idup lu gak pernah jelas deh..."

Jawab Reyn dengan nada tinggi

Reyn segera menggunting autan tersebut dan memberikannya kepada Ferga.

"Lah kok dua, kan tadi gue bilang satu... Gimana sih lu"

Jawab Ferga menyalahkan Reyn

"Tadi lu bilang 2 yaa!!! Gua nggak mau tahu, intinya lu beli itu semua!"

Jawab Reyn sangat kesal

"Gimana sih... Tadi gue bilang beli satu, telinga lu kali yang nggak bener"

Bantah Ferga

Reyn tidak ingin memperpanjang masalah, dia menggunting autan tersebut menjadi dua dan memberikan salah satunya kepada Ferga. Ferga membayar kemudian berjalan pulang. Tetapi baru sampai dipager Reyn, dia putar balik.

"Eh itu yang satu bawa sini sekalian gue beli!"

Jawab Ferga yang sengaja melakukan hal tersebut

"Lah gimana sih lu nggak jelas banget jadi orang..."

Tanpa basa-basi langsung memberikan autan tersebut.

Ferga memberikan uang kepada Reyn, tapi dia masih menggodanya. Setiap Reyn akan mengambil uang tersebut dia menariknya. Hal itu terjadi secara berulang-ulang dan Reyn tidak dapat menangkap uang tersebut. Reyn kesal dengan Ferga, dia mengadukan Ferga kepada ibunya.

"Ibukkk... Ferga mulai lagi nih..."

Ucap Reyn dengan sedikit berteriak

Ferga langsung memberikan uangnya kepada Reyn dan berlari pulang.

Hari-hari berjalan seperti biasa. Tidak terasa mereka sudah melaksanakan pembelajaran di sekolah selama seminggu.

Hari ini ada pelajaran matematika.....