Warning!!!
Mungkin ada beberapa istilah medis yang aku masukin di dalamnya. Jika ada yang salah dan kalian lebih paham, mohon dikoreksi bersama ya.
Happy Reading
.
.
.
"Aku tidak menyangka jika cinta itu manis dan lengket seperti permen"
"Perumpamaanmu seperti anak kecil yang baru pertama kali memakan permen, sangat kekanakan"
Keduanya tertawa setelahnya. Entahlah, ini bukan pertama kalinya mereka berkencan. Mereka menjalani hubungan sebagai sepasang kekasih bahkan lebih dari dua tahun lalu.
Tapi Chanyeol selalu saja seperti itu, melontarkan kata-kata yang kadang terdengar aneh.
.
.
.
Keduanya bertemu tiga tahun lalu saat Baekhyun tidak sengaja menjatuhkan beberapa bungkus permen mint yang ia bawa. Bukan hanya menjatuhkan permen-permen yang masih terbungkus rapih, tapi gadis itu juga menjatuhkan permen yang ada di mulutnya karena menunduk dan tanpa sengaja permen itu jatuh dan mengotori sepatu seorang pria dengan dandanan rapih.
Tentu saja itu membuat Baekhyun sangat ketakutan. Jika dilihat dari sisi manapun, sepatu yang pria itu kenakan adalah sepatu bermerk dengan harga yang sangat mahal.
Bukan di situ masalahnya, jika hanya sepasang sepatu mahal, Baekhyun sangat mampu untuk menggantinya dengan membelikan pria itu sepatu yang baru, orangtuanya kaya, dan ia sendiri berprofesi sebagai seorang Dokter yang cukup kompeten dengan upah tinggi, terlebih ia adalah seorang Ahli Bedah, usianya tidak lebih dari 31 tahun, tapi ia bisa meraih itu semua berkat kecerdasan dan kecakapan dalam melakukan pekerjaanya.
Baekhyun ketakutan karena semata wajah pria itu sangat menyeramkan. Dandananya sangat rapih, dan Baekhyun memperkirakan jika pria itu adalah salah satu petinggi perusahaan terkenal yang entah perusahaan apa.
"Maafkan saya Tuan, saya tidak sengaja" Baekhyun menunduk berkali-kali dan meminta maaf.
Baekhyun terbiasa memakan permen mint untuk menghilangkan bau anyir yang sering kali ia cium saat melakukan pembedahan, ia sudah menjalani profesinya beberapa tahun, tapi tetap saja aroma tidak menyenangkan itu kadang mengganggunya dan merasa jika bau itu menempel di pakaian dan rambutnya. Tentu saja itu hanya perasaan Baekhyun saja.
Baekhyun memunguti permen yang tercecer di lantai, juga mengambil permen yang masih menempel di sepatu pria itu.
Pria itu tidak mengatakan apapun walaupun gadis itu sudah meminta maaf padanya.
"Sekali lagi aku minta maaf" Baekhyun menatap wajah pria itu saat ia bangkit dan menyimpan permen-permen nya kembali ke saku Sneli (Jas putih yang biasa dipakai Dokter) yang ia kenakan.
Pria itu hanya menatap dingin gadis yang mungkin sedikit gemetaran saat ini, dan setelahnya pria itu pergi begitu saja.
"Astaga, menyeramkan sekali" Baekhyun memegangi dadanya yang terasa berdebar dan dabaran itu bertambah cepat saat ponsel yang ada di sakunya bergetar karena sebuah panggilan.
"Aish!" Baekhyun mengumpat saat melihat nama yang ada di layar ponselnya "...aku akan datang secepat mungkin!" Baekhyun sambil berlari ke arah Lift yang akan mengantarnya ke lantai 4.
"Memangnya sepenting apa pasien VIP itu?" Baekhyun pasrah karena ditunjuk untuk melakukan Operasi pada pasien VIP yang merupakan Kolega Ayahnya "...bukankah banyak Spesialis lain yang lebih baik dariku" Baekhyun menghela nafas.
Baekhyun berjalan menyusuri koridor lantai 4 menuju sebuah ruangan yang berada di ujung koridor. Ia tidak ingin diperlakukan istimewa di tempat kerjanya hanya karena ia adalah anak dari pemilik yayasan yang menaungi Rumah Sakit ini. Terlebih saat ini ia datang ke kantor Direktur untuk menemui seorang pasien VIP.
Ia diberitahu jika ini hanya tindakan sederhana, tapi Baekhyun tetap saja tidak ingin dibebani oleh status pasien itu.
"Masuklah"
Suara itu terdengar saat Baekhyun mengetuk pintunya beberapa kali.
Baekhyun masuk ke ruangan itu dan melihat ada beberapa orang yang sudah duduk di deretan sofa yang ada di ruangan itu. Direktur Kim menghadap pintu tempatnya masuk, dan dua orang pria lain yang duduk membelakangi Baekhyun.
"Duduklah Baek, mereka sudah menunggumu"
Baekhyun menuruti Direktur Kim dan mengambil tempat duduk di samping pria itu yang berhadapan dengan dua pria dan kemungkinan salah satunya adalah pasien VIP yang akan ia rawat.
Baekhyun berusaha menyunggingkan senyum terbaiknya, tapi tak lama setelahnya, senyumnya kembali turun saat melihat wajah salah seorang pria di hadapanya. Ia menelan ludah saat melihat pria itu adalah pria yang sama yang tak sengaja ia tabrak di lantai bawah. Seketika itu juga, Baekhyun menelan permen mint yang baru ia masukan ke mulutnya sesaat sebelum mengetuk pintu. Baekhyun tersedak karena bentuk permen yang ada di mulutnya masih terlalu besar.
"Kau baik-baik saja?" Direktur Kim memberikan segelas air yang ada di meja pada Baekhyun.
"Aku baik-baik saja, maafkan aku" Baekhyun masih memukul-mukul pelan dadanya yang terasa sedikit sakit .
Dua kali bertemu, dua kali itu juga Baekhyun mengalami kejadian aneh. Itu hanya kecelakaan kecil sebenarnya, hanya saja wajah pria itu membuat Baekhyun merasa tidak enak dan sedikit takut. Dan gadis itu hampir saja memuntahkan kembali permen yang tertelan beberapa saat lalu saat mendengar jika pria berwajah seram itu adalah pasien yang harus ia rawat.
Oh Tuhan, kebetulan macam apa ini?
Tapi Baekhyun cukup bersyukur karena operasi yang harus ia lakukan bukanlah operasi besar.
Mereka sepakat jika operasi akan dilakukan dua hari kedepan. Tidak banyak kendala karena hasil pemeriksaan darah dan pindai X-Ray yang dilakukan menunjukan hasil yang normal. Baekhyun hanya perlu konsultasi dengan Ahli Anaesthesi (pembiusan) saja, mengingat usia pria itu baru menginjak 33 tahun.
Baekhyun keluar ruang Direktur lebih awal karena ada pasien yang harus ia visitasi (kunjungan pada pasien).
"Park Chanyeol, 33 tahun" Baekhyun melihat catatan rekam medis pria itu "...aku pikir usianya 45tahun" Baekhyun terkekeh.
"Aku mendengarnya" Pria yang Baekhyun bicarakan berjalan mendahuluinya dan meninggalkan Baekhyun yang hanya berdiri menganga.
"Mulutmu Byun Baekhyun!" Baekhyun menepuk-nepuk bibirnya yang tidak bisa mengontrol perkataanya.
.
.
.
Hari itu datang, Pria bernama Park Chanyeol itu masuk rawat inap untuk persiapan operasi yang sudah dijadwalkan. Puasa 6 sampai 8 jam sebelum operasi.
"Apa kau gugup?" Seorang wanita berambut panjang berwarna keemasan melihat Chanyeol yang terlihat sedikit gugup.
"Chaeyoung-ah, apa ini tidak apa-apa?" Chanyeol memang merasa gugup.
"Semua akan baik-baik saja" wanita itu menenangkan.
"Kenapa bukan kau saja yang melakukanya?" Chanyeol sembari menanggalkan pakaianya dan menggantinya dengan pakaian pasien Rumah Sakit itu.
"Itu bukan keahlianku" wanita itu mengatakan yang sebenarnya "...ini Operasi sedang, lusa kau sudah bisa pulang" Chaeyoung membantu Chanyeol memakai pakaianya.
"Dan--" wanita itu menjeda kalimatnya "...bukankah dokter Byun sangat cantik?"
Chanyeol menghentikan kegiatan mengancing bajunya. Sejenak ia mengingat bagaimana rupa dokter yang akan merawatnya dan melakukan Operasi padanya satu jam yang akan datang.
"Dia, biasa saja" Chanyeol merapihkan kerah pakaianya.
Mendengarnya, Chaeyoung hanya tertawa. Itu bukan hal baru, Chaeyoung sudah puluhan kali mendengar perkataan seperti itu dari mulut Chanyeol. Pria manapun akan mengatakan jika Baekhyun cantik, dan di usianya saat ini, banyak orang yang mengira jika ia adalah Co Asisten.
"Apa aku mengganggu?"
Suara itu membuat tawa Chaeyoung terhenti dan membuat Chanyeol menoleh ke arah suara itu berasal.
Ditatap seperti itu, wanita yang muncul tiba-tiba itu terlihat salah tingkah, ia bingung, dan ia merasa ini bukan saat yang tepat untuk datang ke kamar pasien. Tapi ia selalu memastikan keadaan pasien sebelum ia melakukan tindakan, tapi ia tidak pernah segugup ini sebelumnya.
Salahkan saja pertemuan pertama mereka yang cukup aneh, tapi itu semua di luar kuasa Baekhyun, itu terjadi begitu saja.
"A-aku akan keluar--"
"Tak apa, bukankah kau harus memastikan keadaanya?" Chaeyoung mengerti tujuan Baekhyun.
"Ah-ya, aku-pasti itu-anu" Baekhyun tergagap saat melihat wajah Chanyeol yang tidak bersahabat.
"Tak apa, katakan saja" Chanyeol Berusaha tenang saat mengatakanya.
"Ap-apa" Baekhyun menarik nafas dalam "...apa kau sudah mengikuti instruksi untuk persiapanya?" Baekhyun terdengar lebih percaya diri.
Tapi itu semua hilang dalam sekejap saat melihat Chanyeol hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaanya. Bahkan ekspresi datar dari pria itu membuat nyali Baekhyun kembali menciut.
"Lalu, apa itu-itumu" Baekhyun kembali tergagap.
"Heh?" Chanyeol tidak mengerti maksud Baekhyun. Dan Chaeyoung pun menunggu apa yang akan Baekhyun katakan.
"Itumu-anumu"
"An-anuku?" Chanyeol terkejut dan refleks melihat bagian bawah tubuhnya.
"Anumu-itu, anu-sudah kau potong?"
"Anuku dipotong?" Chanyeol menutupi area pangkal pahanya saat mendengar Baekhyun mengatakan hal itu.
"Tidak! maksudku itu" Baekhyun menyadari perkataanya yang keliru karena rasa gugup dan canggung.
Chaeyoung yang mendengar dan melihat interaksi Baekhyun dengan Chanyeol hanya tertawa keras.
Bagaimana tidak?
Baekhyun terlihat benar-benar gugup saat bicara dengan Chanyeol. Dan Chanyeol yang sedang gugup dengan tindakan yang akan dilakukan harus mendengar perkataan Baekhyun yang tidak jelas. Chanyeol dan Baekhyun sama-sama kebingungan.
"Oppa, maksud dokter Byun, kau harus memotong dan mencukur habis rambut di kemaluanmu" beruntung Chaeyoung mengerti dengan apa yang ingin Baekhyun katakan.
"Ah! itu-sudah!" Chanyeol pun terdengar canggung. Pria itu menghela nafas lega.
"Maaf, aku permisi"
Baekhyun berlari keluar kamar Chanyeol tanpa basa-basi, ia terlalu canggung dengan situasinya.
Baekhyun sudah puluhan kali bahkan mungkin ratusan kali berhadapan dengan seorang pasien laki-laki, bahkan usia mereka ada yang lebih muda, bahkan lebih tampan ketimbang Park Chanyeol. Tapi baru kali ini ia merasa gugup saat berhadapan dengan seorang pasien. Entahlah, mungkin ia hanya segan karena kejadia permen yang mengotori sepatu pria itu, atau apapun itu.
Setelah Baekhyun keluar, tawa Chaeyoung semakin meledak, wanita itu tidak pernah melihat Chanyeol berada pada situasi canggung seperti itu. Dan saat ini wajah pria itu masih terlihat syok saat mengingat pembicaraanya dengan Baekhyun.
Situasi macam apa ini?
"Apa kau bisa diam?" Chanyeol terlihat kesal dengan tawa Chaeyoung yang terdengar meledeknya.
"Apa kau melakukan sesuatu yang buruk padanya?" Chaeyoung penasaran "...biasanya dia tidak seperti itu, dia biasanya bersikap tenang dan manis" Chaeyoung tahu sikap Baekhyun pada pasienya.
Chaeyoung seorang Internist (spesialis penyakit dalam) dan kerap kali merawat pasien bersama Baekhyun jika pasien yang akan dilakukan tindakan memiliki riwayat penyakit tertentu. Dan ia tahu pasti bagaimana Baekhyun biasa berlaku.
"Jangan mengatakan sesuatu seolah aku adalah penjahat, aku baru bertemu denganya dua hari lalu" Chanyeol duduk di sofa yang ada di kamar itu "...bagaimana bisa aku berbuat buruk padanya, tck!"
Sementara itu, Baekhyun terus saja mengutuk mulutnya sendiri yang terus saja berkata konyol pada pria itu. Ia tidak seperti ini, Chanyeol bukan pasien pertamanya dan ia tidak pernah merasa segugup ini.
"Tenang Baek, jika sudah dilakukan anaesthesi, dia tidak akan terlihat garang lagi" Baekhyun menenangkan dirinya "...ini operasi sedang, Appendictomy (Operasi pengangkatan usus buntu yang mengalami peradangan atau infeksi) adalah biasa"
Baekhyun mengganti pakaian dan bersiap-siap setelah meminta perawat mengirim pasiennya ke ruang Operasi.
Baekhyun terlihat lebih tenang saat keluar menuju ruang operasi, ia terlihat percaya diri seperti biasanya.
Setelah hampir tiga jam, Chanyeol dibawa kembali ke ruang perawatan. Ia tidak diperbolehkan bangun hingga 24 jam kedepan dan hanya diperbolehkan mengangkat kaki dan miring ke kanan dan kiri. Yang benar saja?
Salahkan dirinya sendiri, saat Ahli Anaesthesi menawarkan dua pilihan, ia memilih anaesthesi setengah badan, ia sudah dijelaskan segala risikonya, termasuk tidak diperbolehkan duduk selama 24 jam.
Ia banyak mencari tahu di internet tentang jenis pembiusan itu, dan ia sempat berdebat dengan petugas ruang pemulihan jika tidak harus 24 jam. Dan berakhir dengan ocehan panjang Chaeyoung yang memintanya agar menurut saja dengan instruksi.
"Ini hanya untuk antisipasi, menurutlah"
Kalimat terakhir Chaeyoung membuatnya bungkam dan hanya menurut saja.
Baekhyun diminta tidak merawat pasien lain selain Chanyeol. Ia sempat keberatan, tapi ia berpikir jika pria itu akan pulang dengan cepat dan membuatnya kembali beraktifitas normal.
Setelah menulis laporan operasinya, Baekhyun memilih duduk diam merenung di belakang meja kerjanya. Ia lagi-lagi merutuki dirinya yang bersikap aneh sekalipun pria itu berada di setengah kesadaranya. Baekhyun sudah meminta jika Chanyeol di bius keseluruhan, tapi nyatanya pria itu tetap terjaga saat jalanya operasi karena pembiusan hanya dilakukan setengahnya, bukan masalah besar, tapi kenapa Baekhyun terlihat frustasi.
"Apa ada masalah di meja operasi?" Chaeyoung duduk di depan Baekhyun.
"Heh? Ah, tidak" Baekhyun terlihat yakin "...tidak ada, itu peradangan biasa, dia akan cepat pulih"
"Apa aku saja yang merasa jika operasinya sangat lama?" Chaeyoung memastikan"...hampir 3 jam berikut recovery"
"Biasanya kurang dari 2 jam, mereka sudah kembali, tapi--"
"Itu salahku Chaeyoung-ssi, maafkan aku" Baekhyun bangkit dan menunduk berkali-kali pada Chaeyoung.
"Jangan dipikirkan, aku cukup lega jika tidak ada masalaha apapun" Chaeyoung bangkit dan menahan bahu Baekhyun agar ia tidak lagi membungkuk padanya.
"Semuanya baik, suamimu akan pulih dengan cepat, aku berjanji" Baekhyun bertingkah aneh.
"dr. Byun" Chaeyoung menahan tawanya "...aku Park Chaeyoung, dan dia Park Chanyeol, dia bukan suamiku, dia kakak laki-lakiku"
Mendengar jawaban Chaeyoung, Baekhyun menganga. Bagaimana ia berpikir bodoh, dia tidak menyadari jika nama belakang mereka sama.
"Chaeyoung-ssi maafkan aku, maafkan aku, maafkan aku, aku bodoh" Baekhyun memukul-mukul kepalanya.
"dr. Byun, aku tidak mengerti"
"Itu-tak apa, aku-aku lapar, jika kau belum makan, aku akan mentraktirmu"
Memangnya apa yang ada di pikiran Baekhyun?
.
.
.
Chanyeol sudah sadar sepenuhnya, ia hanya sendiri di kamar rawatnya. Ia memutar kembali ingatanya saat di ruang operasi. Ia memang dalam pengaruh obat bius, tapi ia masih sadar dan bisa mengingat dengan baik semuanya.
Chanyeol tersenyum setelahnya, benar apa yang Chaeyoung katakan jika Baekhyun memang manis. Selama tindakan berlangsung, ia memperhatikan sikap Baekhyun yang tenang dalam melakukan semuanya.
Tapi ada satu hal yang tidak ia mengerti, jika tidak salah ingat, ia melihat Baekhyun mematung beberapa saat, dan tidak juga memulai tindakanya. Jika saja sebagian wajahnya tidak tertutupi masker bedah, mungkin ekspresi wajahnya akan sangat lucu. Setiap gadis itu terkejut, Chanyeol selalu memperhatikanya, ekspresinya sangat lucu.
Hanya saja ia terlalu kaku untuk menertawakan hal semacam itu. Tapi, saat ini ia terus saja tersenyum hingga tawanya meledak. Kejadian dua hari lalu, dan kejadian saat Baekhyun masuk ke kamarnya dengan wajah bodoh, ia baru merefleksikanya saat ini. Dan sialnya, ini bukanlah waktu yang tepat. Tawa Chanyeol meledak, dan seketika itulah ia merasakan nyeri hebat di perut bagian bawahnya. Ia baru saja menjalani prosedur bedah, dan ia tidak bisa menahan tawanya, itu bencana.
Karena tertawa membuat lukanya terasa nyeri luar biasa. Tertawa bukanlah suatu larangan, hanya saja hal itu memberikan tekanan ke perutnya dan menimbulkan rasa sakit luar biasa hingga ia berteriak menggeram kesakitan.
Seorang perawat laki-laki yang hendak memberikan obat pada Chanyeol terkejut saat mendengar teriakan pria itu.
"Ya Tuhan! Rasanya seperti mau mati!" Chanyeol berteriak.
Perawat laki-laki itu berusaha menenangkan Chanyeol dan menyuntikan obat pereda nyeri agar pria itu merasa lebih baik, dan menghubungi seseorang setelahnya.
"Apa yang terjadi?" Baekhyun dan Chaeyoung datang tak lama setelahnya. Keduanya dalam perjalanan ke kamar Chanyeol saat perawat laki-laki itu menghubunginya.
"Tuan Park berteriak saat aku masuk, sepertinya ia merasakan nyeri hebat"
Mendengarnya, Baekhyun mendekat dan membuka selimut yang menutupi Chanyeol. Tujuanya baik, hanya saja Baekhyun berteriak setelahnya. Teriakanya menular ke semua orang yang ada di kamar itu dan membuat suasana kamar menjadi sangat berisik.
.
.
.
Tbc.