"Siapa kamu? dan aku ada di mana?" tanya Annisa dengan suara yang terdengar lembut di telinga Danar.
Danar mengangkat wajahnya merasa heran dengan jawaban Annisa seolah-olah dalam keadaan bingung.
"Kenalkan Neng.. namaku Danar aku menemukan kamu dalam keadaan pingsan di mobil kamu di atas puncak. karena kamu terluka aku membawamu kemari." jawab Danar dengan jujur.
Annisa terdiam berusaha mengingat apa yang terjadi pada dirinya. Tapi semakin dia ingin mengingat sesuatu dia tidak tahu apa-apa, selain hanya bisa menatap wajah dan dengan tatapan tak mengerti.
"Kalau boleh tahu siapa namamu?" tanya Danar untuk memastikan kalau Annisa itu adalah nama dirinya.
Annisa mengusap tengkuk lehernya, sambil menatap wajah Danar dengan tatapan tidak mengerti apa-apa.
"Namaku? siapa namaku? mengapa aku tidak ingat namaku?" tanya Annisa pada Danar dengan tatapan semakin bingung.
"Apa kamu tidak ingat dengan namamu Neng?" tanya Danar dengan tatapan tak percaya.
"Ya..aku benar-benar tidak tahu siapa namaku, Apa kamu tahu namaku?" tanya Annisa menatap Danar dengan tatapan rumit.
"Mungkin ini akan bisa membantumu." ucap Danar sambil menyerahkan sebuah dompet pada Annisa.
"Apa ini dompet ini milikku? apa ada sesuatu yang bisa membantuku dalam dompet ini?" tanya Annisa seraya membuka perlahan dompet yang dipegangnya.
"Seorang perawat menemukan dompet ini di celana panjang kamu, mungkin bisa membantumu untuk mengetahui siapa nama kamu." ucap Danar dengan tatapan penuh.
Dengan ragu-ragu Annisa mengambil sebuah Kartu tanda pengenal yang ada di dompetnya.
"Annisa Fatma! apa namaku benar-benar Annisa Fatma? nama yang sangat indah tapi mengapa aku tidak merasa mengenal namaku sendiri?" tanya Annisa masih mengamati sebuah kartu tanda pengenal yang dipegangnya.
"Aku juga tidak tahu apakah nama kamu benar-benar Annisa Fatma atau tidak. Sebaiknya kalau kamu sudah sembuh kamu bisa mendatangi alamat yang ada di kartu tanda pengenal kamu." ucap Danar memberi saran pada Annisa.
"Begitu ya.. berarti dompet ini aku yang menyimpannya atau kamu yang menyimpannya?" tanya Annisa merasa sangat percaya pada Danar.
"Karena dompet itu ditemukan celana panjang kamu, berarti dompet itu adalah milikmu sebaiknya kamu yang menyimpannya. Kalau kamu merasa yakin sudah sehat kembali, kamu tinggal datang alamat itu." ucap Danar memberikan solusi yang terbaik pada Annisa.
"Aku rasa aku sudah baik-baik saja, hanya saja aku masih belum mengingat namaku." jawab Annisa sambil memasukkan kartu tanda pengenalnya ke dompetnya lagi.
apakah keadaanmu sekarang sudah tidak merasakan kesakitan lagi tanya dengar memastikan keadaan Annisa baik-baik saja dan tidak perlu pergi ke rumah sakit besar di kota.
"Aku sudah baik-baik saja hanya terasa sakit sedikit pada kakiku dan lenganku saja." jawab Annisa sambil mengusap pelan keningnya yang terluka.
"Apa kamu masih merasakan sakit? kalau masih terasa sakit sebaiknya kamu tidak pulang menginap saja di Puskesmas ini. Tapi kalau kamu sudah baikan, sebaiknya kita pulang. Aku akan mengantarmu ke rumah kepala desa setempat kamu bisa tinggal di sana." ucap Danar yang tidak ingin ada masalah dengan adanya seorang wanita ada di rumahnya.
"Jangan!! jangan bawa aku ke tempat yang lain, bawa saja aku ke rumahmu. Saat ini hanya kamu yang bisa aku percaya karena kamu yang telah menolongku." ucap Annisa dengan tatapan memohon.
Danar menghela nafas panjang tidak tahu apa yang harus diperbuatnya.
"Masalahnya kita tidak ada hubungan apa-apa Neng? Aku tidak ingin ada ucapan dari para tetangga yang tidak pantas ditujukan pada kamu. Kalau kamu tinggal di tempat kepala desa itu akan baik untuk kamu." ucap Danar menjaga nama baik Annisa.
"Katakan saja kepada mereka semua, kalau aku adalah kekasih atau calon istri kamu. Bagaimana?" ucap Annisa dengan tatapan penuh harap.
"Menurutku hal itu bukan jalan keluar yang baik, karena ada sebuah kebohongan. Kalau mereka tahu...mereka akan kecewa padaku, karena di tempatku kepercayaan itu sangatlah penting." ucap Danar sambil berpikir keras untuk mencari jalan keluar buat Annisa.
"Untuk sementara biarkan saja seperti itu. Semoga saja aku bisa mengingat diriku dengan cepat. Jadi aku tidak akan tinggal lama-lama di tempatmu." ucap Annisa dengan nada memohon.
Setelah berpikir cukup lama dan merasa kasihan pada Annisa akhirnya Danar pun mengalah untuk menerima Annisa tinggal di tempatnya dan tentu saja dan akan tetap lapor pada kepala desa untuk memberi tahu tentang Annisa yang akan tinggal di rumahnya beberapa hari saja sampai Annisa sehat kembali.
"Kamu tinggal di tempat ku hanya beberapa hari saja bukan? sampai kamu sehat dan bisa pulang dengan mendatangi alamat yang ada di kartu tanda pengenal kamu?" tanya Danar memastikan Annisa tidak terlalu lama tinggal di tempatnya.
"Ya...setelah aku sehat...aku akan kembali pulang ke rumah." ucap Annisa dengan perasaan lega karena Danar bisa menerimanya tinggal di rumahnya.
"Tapi kalau kamu tinggal di tempatku kamu pasti tidak akan betah di sana. Karena tempat tinggalku tidak layak untuk ditempati. Apa kamu mau tinggal di sana?" tanya Danar tidak ingin Annisa merasa kecewa, karena memang tempat tinggalnya sangat kecil dan cukup untuk mereka bertiga saja.
"Aku sudah terima kasih banyak karena kamu sudah menolongku dan memberikan aku tempat tinggal. Jadi kamu jangan kuatir kalau aku tidak akan betah tinggal di sana." Jawab Annisa dengan sebuah senyuman.
Danar sedikit merasa lebih melihat senyuman ada di wajah Annisa, Danar pun membalas senyuman Annisa yang tersenyum padanya.
Annisa menatap tak berkedip saat Danar membalas senyumannya.
Entah kenapa hati Annisa merasa berdebar-debar melihat senyuman Danar, dan senyuman Danar begitu sangat menenangkan hatinya.
"Kenapa senyuman Danar begitu sangat menenangkan hatiku ya? apakah Aku jatuh cinta padanya? jatuh cinta pada pandangan pertama?" tanya Annisa dalam hati sambil menatap wajah Danar yang begitu sangat tampan yang putih bersih.
"Apa kamu mau pulang sekarang Neng?" tanya Danar mengalihkan pembicaraan merasa gugup dengan tatapan Annisa yang tak lepas dari wajahnya.
"Ya...Aku ingin pulang sekarang dan beristirahat di tempatmu saja. Aku merasa tidak nyaman berada di tempat ini." jawab Annisa dengan sangat tenang.
"Baiklah, tunggulah di sini sebentar. Aku akan mengurus ke tempat administrasi untuk kepulanganmu sekarang." Jawab Danar kemudian keluar dari kamar rawat Annisa.
Setelah mengurusi semua administrasi dan ada beberapa pemeriksaan pada Annisa untuk memastikan Annisa baik-baik saja. Akhirnya Danar dan Annisa bisa pulang ke rumah Danar.
Ketika tiba di rumah, Anggi yang melihat kedatangan Danar mulai menangis karena Danar pulang tidak sesuai dengan janjinya.
"Abang Danar sudah melanggar janji! Aku tidak percaya lagi dengan Abang." Ucap Anggi berlari dalam pelukan Shina.
Annisa hanya berdiri terpaku melihat Anggi yang menangis apalagi melihat keadaan rumah Danar yang terlalu kecil dan sempit.