Di kota D, Alya sedang uring-uringan karena tanggal pertunangannya akan berlangsung dua minggu dari sekarang.
"Calon manten mukanya kok di tekuk gitu?" Rani mengupaskan apel untuk adik iparnya.
Wanita itu terlalu keibuan, sehingga memanjakan semua anggota keluarga.
"Kak, gimana kalau aku batalin aja?" Tanya Alya menggebu.
Sejak pria itu mengikrarkan dirinya, tidur Alya tidak pernah nyenyak walaupun sehari.
Anehnya, pria itu ingin melamarnya tapi sekalipun tidak pernah menghubunginya.
Bukan Alya rindu, hanya saja aneh tidak berkomnunikasi padahal akan menikah dan hidup bersama.
'Apa dia normal?' Batin Alya ragu.
"Kenapa? Udah di ujung mata lo dek." Rani menyuapkan apel kemulut Alya.
Alya mendesah pelan sambil memandang hamparan bunga di taman rumahnya, saat ini ia dan Rani duduk di kursi taman yang dulu di jadikan tempat pernikahan Anna dan Sebastian.
"Alya takut, tidak ada pengalaman sedikitpun." Resahnya.