Chereads / Candy & Chains / Chapter 4 - Chapter 3 : Ketahuan

Chapter 4 - Chapter 3 : Ketahuan

Wajah cantik gadis tersebut seketika menjadi pucat pasi setelah melihat sesuatu di depan pagar rumahnya.

"Kenapa bunga Higanbana ada di depan pagar rumah?" gumam Yuki.

Bunga Higanbana atau bisa disebut Red pider lily adalah bunga yang melambangkan kematian. Selain melambangkan kematian, higanbana juga memiliki makna perpisahan. Sebagian besar warga negaranya percaya kalau melihat seseorang untuk terakhir kalinya, bunga-bunga higanbana akan bermekaran di sepanjang jalan. Namun kasus yang di alami dirinya sangat berbeda. Gadis tersebut bertanya-tanya apakah akan ada sesuatu yang terjadi pada keluarganya? Dan kenapa bunga higanbana ada di depan pagar rumahnya? Siapa yang meletakkannya di situ? Itulah yang gadis itu pikirkan saat ini.

Dengan berani gadis tersebut berjalan mendekati bunga tersebut seraya terus memperhatikan keadaan sekitar. Setelah lebih dekat dengan bunga tersebut, Yuki melihat sebuah surat di tengah-tengah bunga itu. Karena penasaran ia mengambil surat tersebut dan membukanya.

Tidurlah dengan nyenyak! Karena mungkin saja malam ini akan menjadi malam terakhir bagimu, jadi bersiaplah!

Setelah membaca surat tersebut. Seketika tubuhnya bergetar sangat hebat. Ia terus saja diam seraya memperhatikan keadaan sekitar dan berharap agar semua yang ia lihat saat ini hanyalah mimpi.

Karena rasa takut yang begitu besar, Yuki langsung membuka pagar rumahnya kemudian mengunci pagar tersebut dari dalam agar tidak ada orang yang masuk.

Sudah tiga kali gadis tersebut menekan bel rumahnya. Tapi tidak ada yang membuka pintu untuk dirinya. Terlebih lagi pintu tersebut di kunci, entah dari dalam atau dari luar. Apakah ibu dan kakak tidak berada di rumah? Pikirannya saat ini seraya terus menekan bel rumah.

Gadis tersebut terus menekan bel rumahnya. Karena dalam pikirannya tidak mungkin ibu dan kakaknya tidak berada di rumah. Setelah lama menekan bel, akhirnya pintu tersebut di buka oleh ibu.

"Ternyata kau pulang juga. Aku pikir kau mati tadi," ucap ibu seraya menatap gadis di depannya dengan penuh kebencian. Yuki tau bahwa ibu angkatnya sangat membenci dirinya. Tapi ia tidak menyangka bahwa ibu angkatnya tega berkata seperti itu pada dirinya. "Apa kau sudah membawa uang yang Haru minta saat itu? " tanya ibu dengan tatapan yang masih sama.

Gadis tersebut menundukkan kepalanya. "Aku belum mendapatkan uangnya, Bu. " Yuki masih dalam posisi yang sama. Ia tidak berani menatap wajah wanita yang menjadi ibu angkatnya itu.

"Kalau begitu, pergilah dari rumah ini sekarang juga!" geram ibu, "Tanpa membaca barang apapun,"

Ingin sekali Yuki meminta kesempatan kepada ibu angkatnya. Namun ia mengurung niatnya itu dalam-dalam.

"Bukankah selama ini kau selalu berdoa, agar semua hal yang membebani keluarga ini hilang. Jadi sudah saatnya kau pergi dari rumah ini!Karena beban terbesar keluarga ini adalah dirimu! Apa kau mengerti?" teriak ibu dengan penuh emosi kepada Yuki.

Gadis tersebut sudah tidak bisa berkata apapun lagi. Ia memutuskan untuk pergi dari rumah tersebut. Walaupun ia tidak tau akan tinggal di mana nantinya.

Saat Yuki hendak pergi. Tiba-tiba saja Haru berteriak. Dia meminta kembali ponsel yang ayah belikan untuk Yuki. Awalnya Yuki tidak ingin memberikan ponsel tersebut, karena ponsel tersebut adalah satu-satunya harapan untuk dirinya dan juga merupakan pemberian ayah. Tapi karena Haru merebutnya secara paksa, ia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

******

Hujan mulai turun dan perlahan membasahi tubuhnya. Ia sudah tidak tau harus kemana sekarang. Yang tersisa hanyalah tote bag dan dompet berisi uang yang ia sisakan bulan lalu. Bagaimana ini, apa yang harus aku lakukan saat ini? Pikirnya seraya terus berjalan di pinggir jalan dengan tatapan kosong dan berlinang air mata.

Setelah berjalan cukup jauh. Tiba-tiba mata gadis tersebut tertuju pada taman yang berada tidak jauh dari depannya. Dulu ia sering mengunjungi taman tersebut bersama ayah angkatnya, dikarenakan taman tersebut tidak terlalu jauh dari rumahnya.

Yuki segera menghampiri tempat berteduh yang ada di taman tersebut. Baru saja ia ingin merebahkan diri di kursi tersebut, tiba-tiba saja ia mendengar suara teriakan seorang gadis. Awalnya ia mengira itu hanya halusinasinya saja. Namun semakin ia mengabaikan teriakan tersebut, teriakan tersebut malah semakin jelas ia dengarkan.

"Siapa yang berteriak di malam hari begini?" gumam gadis tersebut seraya terus memperhatikan hutan yang berada di belakang tempat ia berteduh. Tempat ia berteduh memang di taman, tapi taman tersebut bersebelahan dengan hutan yang tidak jauh dari tempat ia berteduh saat ini.

Karena rasa penasaran yang terus menghantui dirinya. Akhirnya Yuki memutuskan masuk ke hutan yang berada di belakang tempat ia berteduh.

Saat sudah berada hampir di tengah hutan. Sekilas ia melihat cairan yang berwarna merah seperti darah. Awalnya ia tidak tau karena cairan tersebut hanya sekilas ia lihat. Tapi setelah ia menyentuh dan mencium aromanya. Tidak salah lagi bahwa itu adalah darah.

Yuki terus mengikuti jejak cairan darah yang tertinggal. Setelah berjalan cukup jauh hanya karena rasa penasarannya. Ia malah dibuat kaget oleh pemandangan yang sekarang ia lihat.

Kedua mata biru bagaikan permata itu sedang melihat seorang pria tengah memainkan pisau penuh darah di hadapan wanita yang terlihat lemah itu.

Wanita seksi yang ia lihat itu sedang terluka di bagian perutnya. Jadi sudah bisa ia tebak, bahwa darah yang membawanya sampai berada di sini adalah darah wanita seksi yang ia lihat sekarang.

"Jadi kau ingin aku bunuh seperti apa? Melempar mu ke jurang, membubuh mu dengan pisau. Atau kau mau aku memerkosa dirimu lalu membunuhmu, begitu? Ah, tidak mungkin aku akan berhubungan dengan wanita seperti dirimu. Karena kesucian tubuhku akan aku simpan untuk wanita yang tepat dan pastinya wanita tersebut tidak bekas seperti dirimu," ucap pria tersebut panjang lebar seraya berlutut di depan wanita yang ada di depannya.

"Aku mohon padamu, tolong lepaskan aku. Aku berjanji tidak akan memberitahukan hal ini kepada siapa pun. " Wanita tersebut menatap  pria yang ada di depannya dengan tatapan berharap.

Pria tersebut menusuk perut wanita itu untuk kedua kalinya. "Kau tau bukan. Bahwa aku sangat benci barang bekas. Apalagi wanita jalang seperti mu yang sudah ditiduri oleh banyak pria. Jadi lebih baik kau mati saja! " Pria tersebut menancapkan pisau lipatnya tepat di jatung wanita tersebut dan wanita itu langsung mati di tempat.

Biasanya ia akan menyiksa korbannya terlebih dahulu sebelum membunuhnya. Tapi karena merasa jijik terhadap wanita tadi, ia lebih memilih untuk langsung menghabisi wanita tersebut daripada harus melihat wajah wanita jalang itu terus-menerus.

Berbeda dengan Yuki. Ia tidak menyangka bahwa dirinya akan melihat pembunuhan secara langsung seperti ini. Pria tersebut adalah seorang psikopat gila. Dia tidak mengenal yang namanya ampun. Yuki segera pergi dari tempat tersebut, sambil berharap bahwa pria itu tidak menyadari keberadaannya.

Sialnya ia malah menginjak sesuatu saat hendak melarikan diri. Dan yang pastinya suara tersebut dapat didengar dengan jelas oleh pria itu.

"Pilihanmu ada dua. Tunjukkan dirimu sekarang juga, atau aku yang akan datang menghampiri mu," ucap pria tersebut seraya terus membersihkan pisau lipatnya. "Aku beri waktu 3 detik untuk memilih," ucap pria tersebut dengan santainya.

Satu, dua, tiga ....

"Waktumu sudah habis. Jadi apa pilihanmu?" ucap pria tersebut seraya memasukkan pisau lipatnya ke dalam saku jaket miliknya.

BERSAMBUNG ....