Gadis tersebut terus diam di balik pohon. Ia sudah tidak tau harus berbuat apa lagi. Bila ia menyerahkan dirinya, itu sama saja seperti ia menyerahkan diri ke alam kematian. Jadi satu-satunya cara adalah kabur.
"Hei, kenapa kau diam saja? " tanya pria tersebut seraya berjalan ke arah pohon tempat Yuki bersembunyi.
Saat dirasa bahwa pria tersebut semakin mendekat. Saat itulah Yuki langsung berlari meninggalkan pria tersebut, tanpa memikirkan apa yang ia lakukan saat ini akan berhasil atau tidak.
"Kau ingin bermain kejar-kejaran rupanya," ucap pria tersebut seraya berlari tidak kalah cepat dari Yuki.
*****
Jalan semakin gelap dengan udara yang terasa begitu dingin. Hujan turun begitu deras, menimbulkan bau tanah basah tercium pekat.
Karena merasa sangat kesal. Pria tersebut mengambil pisau dari sakunya, kemudian melempar pisau tersebut ke arah gadis yang sedang berlari di depannya. Pisau tersebut berhasil menggores kaki Yuki dan membuatnya langsung terjatuh. Luka yang ia dapatkan akibat lemparan tersebut lumayan besar. Ia tidak bisa lagi berpikir bagaimana nasib nya setelah ini.
"Tidak aku sangka bahwa aku akan bertemu secepat ini denganmu. " Pria tersebut menatap wajah gadis yang ada di depannya itu dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. "Apakah ini sakit?" tanyanya seraya menekan luka di kaki Yuki.
Gadis tersebut hanya dapat meringis kesakitan akibat tindakan yang pria itu lakukan pada lukanya. "Jawab aku!" teriaknya seraya menekan lebih kuat luka Yuki.
Karena merasa sangat takut, Yuki langsung mengambil sticky note dari kantong celananya dan menuliskan sesuatu di sana dengan tangan yang bergetar akibat dingin dan rasa sakit yang ia rasakan secara bersamaan.
Setelah selesai menulis. Yuki langsung memperlihatkan sticky note yang terdapat tulisan yang hampir luntur akibat air hujan, namun masih bisa terlihat jelas oleh pria yang ada di depannya saat ini.
"Aku mohon ampunilah aku. Aku berjanji aku tidak akan memberitahukan kejadian ini kepada siapa pun." Pria tersebut terkekeh setelah membaca isi sticky note tersebut.
"Apa kau pikir aku akan percaya padamu. Aku lebih percaya kepada mayat. Jadi bila kau ingin aku percaya padamu, pilihanmu hanya ada satu. Yaitu mati."
"Jangan membunuhku, aku mohon." Tulisnya lagi seraya berharap belas kasihan kepada pria yang ada di depannya saat ini.
"Kenapa? Kenapa kau masih saja ingin hidup setelah apa yang kau alami selama ini?" tanya pria tersebut geram."Kenapa kau malah memilih tetap hidup walaupun kau tau, bahwa selama ini hidupmu sangat menyedihkan dan dipenuhi masalah?" tanyanya lagi seraya memegang erat lengan gadis yang ada di depannya.
Seketika mata biru bagaikan permata itu meneteskan air mata. Ia tau bahwa kenyataan hidupnya selama ini sangatlah menyedihkan. Namun dengan adanya kenyataan tersebut, ia tidak pernah berniat untuk bunuh diri atau mati. Karena bila ia melakukan hal tersebut, sama saja seperti ia melarikan diri dari kenyataan.
Ikhlas menerima kenyataan bisa menjadi pembelajaran dalam hidup. Beragam masalah hidup terkadang membuat seseorang harus ikhlas menerima keadaan.
Roda kehidupan akan terus berputar. Ada kalanya kamu senang, ada saatnya kamu mendapat masalah dan rintangan.
Kamu hanya perlu menyiapkan hati yang ikhlas. Mungkin tak mudah menerapkan rasa ikhlas saat ada masalah. Tapi Yuki percaya bahwa Kebahagiaan adalah jalan sedangkan kesedihan adalah ujian. Hidup adalah seberapa ikhlas kita menjalani kenyataan.
Ikhlas menerima kesalahan dan belajar dari setiap kesalahan karena itu yang akan menjadikan dirinya lebih kuat dalam menjalani kehidupan.
Hidup ini bukan hanya mencari yang terbaik, namun lebih kepada menerima kenyataan dengan ikhlas bahwa kamu adalah kamu, maka jadilah dirimu sendiri.
Percayalah bahwa segala sesuatu masalah akan berakhir dengan kebahagian apabila kita bisa sabar dan ikhlas menghadapinya.
Walaupun ia tau bahwa ikhlas itu sulit. Tapi, hidup tanpa keikhlasan jauh lebih sulit. Satu di antara cara untuk tetap bertahan hidup adalah dengan cara menerima kenyataan hidup dengan keikhlasan
Lagi-lagi dirinya mulai menggerakkan tangannya untuk menulis sesuatu di sticky note miliknya, dan kemudian memperlihatkannya kepada pria yang ada di depannya.
"Karena aku percayalah bahwa segala sesuatu masalah akan berakhir dengan kebahagian apabila aku bisa sabar dan ikhlas menghadapinya." Tulis Yuki panjang lebar di sticky notenya seraya terus menahan air matanya yang dari tadi telah membasahi wajahnya bersamaan dengan air hujan yang turun sangat deras.
"Sabar dan ikhlas, katamu." Pria tersebut tertawa setelah membaca kata demi kata yang Yuki tulis. Ia tidak menyangka bahwa jawaban yang ia dapatkan diluar dugaan dari pikirannya. Pria tersebut sudah tidak tau gadis yang ada di depannya ini pintar apa bodoh.
Pria tersebut mempererat genggamannya."Baiklah. Aku tidak akan membunuh dirimu. Tapi sebagai gantinya, aku ingin melihat seberapa sabar dan ikhlas nya dirimu menghadapi siksaan yang akan aku berikan ke depannya. Aku akan terus menyiksa mu sampai dirimu sendiri yang meminta untuk di bunuh olehku," ucap pria tersebut dengan wajah yang tidak dapat diartikan.
Takut, itulah yang Yuki rasakan saat ini. Ia tidak tau apa ini sebuah pilihan atau tidak. Pria yang saat ini berada di depannya tidak mempunyai belas kasihan sedikit pun. Ia tau bahwa pria itu adalah seorang psikopat, tapi seperti apapun dirinya dia tetaplah manusia yang memiliki perasaan dan hati nurani. Tapi ke mana perasaan dan hati nurani yang ia miliki itu?
"Jadi kau harus ikhlas dan sabar ke depannya." Pria tersebut menarik lengan Yuki agar gadis tersebut berdiri. Tapi bukannya berdiri gadis tersebut malah masih tetap dalam posisi yang sama. Entah apa yang terjadi pada Yuki saat ini. Tapi pria tersebut mengetahui apa yang terjadi kepada gadis itu. Selain luka yang disebabkan oleh dirinya, pria tersebut juga melihat bahwa Yuki bernafas tidak seperti sebelumnya.
"Apakah dia menderita penyakit asma?" tanya pria tersebut dalam hati seraya terus melihat Yuki yang dari tadi sedang memegang dadanya karena rasa sesak yang ia alami, ditambah hawa dingin dari hujan yang turun dengan deras membuat tubuhnya menggigil.
"Cih, merepotkan saja." Pria tersebut mulai mengangkat Yuki dan menggendong tubuh mungil gadis itu di punggungnya. "Jangan salah paham. Aku melakukan ini supaya kau tidak mati. Karena kau hanya boleh mati di tanganku saja. " Pria tersebut mulai berjalan seraya terus menahan tubuh mungil gadis tersebut dengan tangan kanannya, dan tangan satunya lagi memegang erat tangan kiri Yuki.
"Kata-katanya sangat persis seperti wanita itu," gumam pria tersebut seraya mengingat masa lalunya. "Aku berjanji bahwa aku akan memberikan penderitaan yang sangat menyakitkan untukmu, agar kau tau bahwa kata ikhlas dan sabar tidak bisa kau katakan begitu saja. Dan bila kau sudah mengatakan kedua kata tersebut. Maka kau siap menanggung risiko apapun yang terjadi ke depannya." Lanjut pria tersebut dengan wajah yang tidak dapat diartikan. Namun di matanya terdapat kesedihan yang bercampur rasa penyesalan. Entah itu dari masa lalunya atau masa sekarang.
BERSAMBUNG ....