Roka mengangkat tangannya mundur saat ujung runcing katana milik Hoku hampir membelah hidungnya yang bahkan tidak semancung itu. Anak berkacamata itu menelan ludahnya berkali-kali karena rasa gugup dan takut memandang katana dan juga tatapan tajam padanya.
"Aku hampir saja meremehkanmu, tapi justru kau yang paling diuntungkan dari pertaruangan ini." Hoku akhirnya berseru setelah beberapa saat suasana tampak hening. Kabut di dalam ruang arena sudah mulai menipis. Tiga anak lain juga sudah mulai bisa melihat dengan jelas.
"Eh… hehe… na-namamu siapa tadi, ah Hoku ya? Bukankah lencanamu ada di sana," Roka berucap dengan takut-takut seraya tangan kirinya menunjuk pada lencana yang diperebutkan Hoku dan Nova masih terus terbang di sekitar mereka.
"Itu benar. Tapi jika membiarkanmu terus berkeliaran, aku akan kehabisan banyak waktu."
Roka membelalak takut. "Ja-jadi, apa maksudmu? Apa yang akan kau lakukan padaku?"