"Kau licik sekali, lalu apa tujuanmu sebenarnya? Bahkan dengan sengaja mengundang Kazo masuk ke dalam sini." Arga kini tampak berapi-api. Dia tidak habis fikir dengan sikap Raito yang menurutnya tidak bisa berpikir jernih. Sikapnya yang menganggap Kazo bukan adiknya membuat Arga muak. Bagaimana bisa seseorang yang mempunyai ikatan darah memperlakukan saudaranya seperti itu.
Raito tersenyum sinis."Jadi kau Arga, ya. Kakak yang selama ini selalu menjaga adikku?"
"Bukankah kau tidak menganggapku adikmu. Jadi Hentikan omong kosongmu itu," sahut Kazo tajam. Kali ini ia tidak akan melibatkan perasaannya, meskipun terasa begitu sakit. Kazo menatap tajam netra biru itu dengan Ruby merahnya. Entah kenapa keduanya memang terlihat begitu berbeda sekali, berbeda dari segi fisik dan tentu saja kepribadian.
"Aku lebih penasaran dengan apa yang membuatmu rela menukar lima tahun hidupmu? Aku ingin tahu hal penting apa yang kau cari hingga kau memilih jalan itu?"