Author - kalian bisa lihat karakter Masa lewat komentar terlebih dahulu sebelum baca.
( Pelukan pertama, dan Masa yang cemburu )
Gita Utari merasa canggung karena Alan Vander Jamal mengawasinya saat membuat donat. Tidak ada pelayan lain yang berani masuk saat Alan ada di dapur setiap kali Gita membuat donat.
Jemari lentik gita dengan terampilnya membuat donat dan berhati-hati agar tidak sampai salah karena dilihat secara detail oleh majikannya, dulu dia sering diawasi ketika dia bekerja di masa lalu tapi yang mengawasinya kali ini adalah pria yang tampan walaupun dia masih remaja tetapi postur tubuhnya terlihat seperti pria dewasa.
"Tuan Muda, saya akan memanggangnya di oven," kata Gita.
"Ya," balas Alan.
Oven yang digunakan Gita berbeda dengan yang dia tahu di masa lalu, dia tidak dapat menggunakannya untuk pertama kali karena tidak ada listrik untuk menyalakannya tetapi dia harus menggunakan batu ajaib untuk menyalakannya.
Batu ajaib yang bentuknya seperti kelereng biru tua ini biasanya dibutuhkan untuk peralatan masak seperti kompor, oven, lemari es, dan air hangat dalam teko dengan batu ajaib di bagian bawah dalam teko. Setiap ingin mengaktifkannya terdapat tombol yang telah disediakan pada alat yang telah di beri batu ajaib.
Gita Utari menilai teknologi di dunianya saat ini sangat praktis dan sangat canggih menurutnya.
Jika dibandingkan dengan apa yang Gita ketahui, semua yang dilihatnya sekarang seperti mimpi orang-orang di kehidupan sebelumnya, memasak lebih mudah, tidak perlu repot membeli tabung gas saat memasak di atas kompor, apalagi tidak ada resiko.
"Utari, kenapa kau senyum-senyum sendiri! Dasar aneh, lihat itu donatnya mau matang!"
"Aduh, maaf Tuan Mudah, saya melamun!"
"Apa!"
Lima pelayan wanita yang ada di luar dapur, diam-diam menatap Alan dan Gita. Rasa iri dan cemburu muncul di benak salah satu pelayan yang kini mengepalkan tangan kanannya.
Hanya Gita yang bisa dekat dengan Alan, sementara yang lain yang begitu nyata tidak akan bisa bergaul dengan baik dengan Alan yang berstatus sebagai putra kedua keluarga Jamal.
"Sedikit sekali, kasih lebih banyak!"
"Ah, iya Tuan!"
Pelayan yang sedang memicingkan mata itu bisa dengan jelas melihat senyum mengembang di wajah tampan Alan Vander Jamal, yang selalu bersikap dingin terhadap siapapun.
Seorang pelayan bernama Masa, telah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Alan, namun Masa harus menyadari bahwa status sosialnya hanya sebagai pelayan keluarga Jamal. Ia tak terima karena Gita mudah dekat dengan Alan, meski statusnya sebagai pelayan ditambah sebagai mantan budak.
Masa bisa melihat dengan jelas dia bisa menyadari bahwa Alan tertarik pada Gita, karena kelakuan Alan sangat berbeda. Masa pernah mendengar seseorang yang sedang jatuh cinta, karakternya pasti akan berubah secara drastis.
"Utari, kau harus menyuapi."
"Ba-baik," kata Gita.
Gita menuruti kata-kata Alan, dan menyupinya. Bagian ini merupakan sesuatu yang sangat merepotkan Gita, bukan karena permintaannya tapi ia tidak tahan setiap kali harus melihat sosok pemuda tampan di hadapannya, Gita sendiri di kehidupan sebelumnya tidak pernah memiliki seorang kekasih, dalam benaknya dia ingin memiliki seorang pria yang tampan, namun jika dia ingat bahwa di masa lalu dia selalu ditolak dan diejek karena wajahnya yang jelek. Gita kembali mengingat masa lalunya sebagai wanita yang selalu di pandang sebelah mata oleh lawan jenis. Wajah yang penuh dengan bekas jerawat dan tubuh yang gendut, pria mana yang akan mengatakan cinta terhadapnya waktu itu? Dia hanya bisa menyasikan oranglain saling mencintai namun ia hanya terpaku dengan pekerjaan tanpa merasakan bagaimana rasanya di cinta oleh seorang pria.
Dadanya terasa sesak setiap kali dia memikirkan saat dia ingin marah pada dirinya sendiri, tetapi dia harus kuat karena itu adalah takdirnya dan dia tidak boleh marah karena alasan seperti itu.
Alan dapat melihat bahwa Gita kembali ke kebiasaan buruknya melamun, kemungkinan besar karena Gita mengingat kehidupan sebelumnya sebagai budak. Alan mendapat budak karena keisengannya untuk melepaskan patah hati dengan Charlote. Dari seratus budak yang dipilih, Alan memilih Gita karena dia tertarik padanya.
Mata yang berkaca-kaca membawa Alan dari lamunannya, ia terkejut karena matanya menunjukkan wujud kesedihan yang dalam. Sebagai pria yang sebelumnya memiliki hati yang lembut, dia hanya bisa menatap apa yang dilihatnya.
Kelima pelayan yang mengintip mereka pun kaget karena tiba-tiba Alan memeluk Gita. Masa menjadi geram dalam diamnya ia tak terima karena Gita diperlakukan sebagai sesuatu yang istimewa meski status Gita lebih rendah darinya.
Di dunia ini para pelayan harus memberikan apapun yang tuannya inginkan jika perlu tubuh mereka akan mereka berikan jika tuan mereka menginginkannya. Masa sangat cemburu, kenapa dia tidak dalam posisi Gita.
Masa merasa posisi Gita sangat menguntungkan, dia bisa mendapatkan posisi yang bagus untuk menjadi calon kekasih Alan. Masa mendecakkan lidahnya ketika dia mengira kalau daya pikat mantan budak perempuan itu menjijikkan.
Gita hanya bisa terdiam saat mendapat pelukan dari Alan. Sesuatu menggelitik seperti arus listrik yang mengalir melalui tubuhnya. Dia selalu bertanya-tanya seperti apa jadinya jika dia memeluk seorang pria dan akhirnya dia tahu bahwa perasaannya akan begitu tidak menentu sampai jantungnya berdetak dengan tempo yang tidak teratur.
Gita baru sadar bahwa dirinya sedang diawasi oleh para pelayan lain saat ingin menghentikan pelukan Alan, Alan semakin memeluk Gita. Memejamkan mata untuk mengabaikan semuanya dan membalas pelukan yang Gita lakukan, dia tidak ingin melepaskan kesempatan yang sudah lama diimpikannya meskipun nanti pelayan lain akan memanggilnya sebagai wanita murahan.
Alan tidak bisa mengerti apa yang dia lakukan sekarang dia memeluk seorang pelayan yang menjadi pelayan pribadinya. Menurut Alan, mantan budak itu pasti sudah berpengalaman, tapi dari respon saat memeluk Gita, Gita seperti wanita lugu karena hanya berpelukan saja sampai bisa membuat tubuhnya sempat gemetar? Gemetar karena senang atau takut, Alan mulai mengajukan pertanyaan tentang hal itu karena statusnya, akan menjadi kesempatan bagi wanita kalangan bawah untuk mengangkat status mereka, tetapi Alan menepis pemikiran tersebut karena Gita bukanlah wanita seperti itu.
"Jangan terlalu memikirkan masa lalumu, semuanya sudah berakhir," kata Alan.
"… Ya, Tuan Muda," jawab Gita. Saat pelukan berakhir, Gita berusaha untuk berdiri tegak, tidak menyangka pelukan tersebut akan berdampak sekeras itu pada tubuhnya. Kakinya entah bagaimana terasa sangat lemah hanya untuk berdiri seolah-olah semua kekuatannya telah terkuras.
Debaran yang tak kunjung reda dan sensasi merinding yang entah bagaimana membuat Gita tersenyum bahagia, tak bisa ia sembunyikan. Senyuman yang terlihat jelas oleh orang lain, dan rona merah di pipinya juga terlihat begitu jelas. Alan mengambil donat yang ada di piring dan menggigitnya, sambil melihat gelagat Gita yang menggemaskan untuk Alan Vander Jamal lihat, karena sesuatu yang polos itu mengingatkannya terhadap Charlote.
.
.
.
.
BERSAMBUNG