( Perasaan cinta yang bersemi )
Keesokan paginya di kediaman keluarga Jamal. Alan sedang melatih teknik pedangnya, dia memotong karung tinju sebagai sasarannya.
Pelayan yang tidak jauh dari tempatnya berlatih, hanya memperhatikan Alan terlihat sangat serius saat berlatih.
Alan berlatih keras untuk masa depannya, dia akan mendaftar sebagai petualang bulan depan, dia hanyalah anak kedua dan diharuskan untuk menemukan jalan hidupnya sendiri.
Gita kaget dengan cita-cita Alan di masa depan, padahal menjadi petualang sama saja dengan bersiap mati sewaktu-waktu jika misinya gagal. Perlahan Gita menasihati Alan untuk mengurangi niatnya menjadi petualang.
"Tuan Muda, saya tidak setuju kalau Anda ingin jadi petualang karena banyak risikonya."
"Risiko? Aku ini cukup kuat dan menjadi juara satu di turnamen Akademi, jadi kau tidak usah cemaskan aku."
Keras kepala Alan dengan mudah menyangkal semua saran Gita yang bermaksud baik agar Alan memilih tujuan lain karena masih banyak jalan untuk masa depan.
Alan menancapkan pedangnya ke tanah, ia mendekati Gita dan mencubit pipi kiri Gita, Alan merasa kesal karena Gita begitu cerewet setiap kali Alan tidak setuju dengan sarannya.
Alan sangat menyadari bahwa Gita sangat mengkhawatirkannya, namun Alan ingin mandiri menjadi seorang petualang. Gita meraih tangan kanan Alan dan berkata, "Anda tidak boleh menjadi petualang karena itu sangat berbahaya!"
Mata yang teguh itu membuat Alan tersenyum, dia mencoba mendekatkan wajahnya untuk melihat lebih dekat.
Pelayan pribadinya berani berdebat dengannya bahkan kali ini lebih tegas dari biasanya. Alan mulai menyamakan Gita dengan Charlote, keduanya memiliki banyak kesamaan dalam hal sifat.
"Utari, kau mirip dengan seseorang," gumam Alan.
"..."
Gita pernah mendengar gosip tentang masa lalu Alan yang cintanya tidak pernah sampai karena pilihannya sendiri, Gita melirik ke kanan untuk memastikan tidak ada yang melihat tingkah aneh Tuan Muda-nya.
Alan meyakinkan Gita bahwa menjadi petualang adalah sesuatu yang luar biasa dan akan mendapatkan keistimewaan khusus jika berhasil mencapai peringkat S.
"Anda bertingkah seperti anak kecil. Anda mengambil terlalu banyak risiko jika menjadi petualangan, Anda hanya memikirkan masa depan yang bahagia."
Perkataan Gita sangat sulit dipahami Alan karena jarang terdengar dari seseorang. Gita berusaha keras untuk menunjukkan apa yang dia yakini sangat benar, tetapi Alan terdiam dengan tatapan tegas.
Putra kedua dari bangsawan mana pun akan memilih menjadi petualang karena cara hidup mereka yang bukan pewaris keluarga. Alan tidak dapat memikirkan cara lain selain menjadi seorang petualang karena dia adalah pendekar pedang terbaik.
"Anda harus mengetahui bahwa hidup ini tidak mudah dan tidak seperti yang kita bayangkan. Anda masih bisa menjadi orang yang lebih baik di bidang lain karena Anda pandai dalam mata pelajaran apa pun. Anda bisa menjadi guru jika Anda mau."
"Menjadi guru?"
"Ya, Tuan Muda. Daerah kita memiliki banyak orang yang tidak bisa membaca. Anda bisa mengajari mereka membaca dan berhitung. Anda dapat membuat orang-orang kita pintar dan membuat mereka mendapatkan pekerjaan yang lebih baik."
"Itu mustahil."
"Kita bisa mendirikan sekolah, Tuan Muda. Anda pasti akan jadi guru yang sangat sempurna!"
"Kita butuh dana kalau membuat sekolah dan juga pasti pihak bangsawan lain dan kerajaan akan menganggap hal itu adalah masalah nantinya," kata Alan.
Gita terkejut bahwa mendirikan sekolah akan mendapat masalah dari bangsawan lain dan bahkan pihak kerajaan. Alan melihat Gita yang tiba-tiba tidak bisa membantah lagi.
Cara berpikir Gita tidak sepenuhnya salah, sebenarnya sangat menguntungkan bagi keluarga Jamal, namun pada tahapan seperti itu butuh waktu lama. Alan membayangkan dirinya menjadi seorang guru dan menjadi orang biasa, ia tersenyum ketika membayangkan dirinya seperti itu.
Duduk di dekat pohon sambil menikmati donat dan secangkir teh. Alan melirik Gita yang terlihat kecewa karena masalah percakapan sebelumnya.
"Aku akan berpikir lagi tentang menjadi seorang petualang." Gita kaget dan melihat Alan. "Jika aku menjadi seorang petualang, aku pasti tidak akan bisa makan donat buatanmu lagi, Utari."
Menikmati semuanya setelah berlatih sangat membuat santai Alan ditambah pelayan wanita di sebelahnya sangatlah istimewa. Alan meminta Gita untuk duduk lebih dekat, Alan menyandarkan kepalanya di kepala Gita. Gita hanya tersipu malu karena tahu betul bahwa ini seperti di film klasik barat dan buku cerita dogeng yang pernah dia baca.
Jalan hidup yang berubah begitu banyak sehingga melupakan begitu banyak hal berbeda di dunia ini. Sukacita yang sulit dijelaskan membuat hati bersemi.
Gita Utari bertanya pada dirinya sendiri apakah dirinya telah jatuh cinta pada Alan, karena Gita begitu sadar akan perasaannya sendiri sehingga dia merasakan dadanya berdebar seperti wanita yang telah jatuh cinta.
Kata-kata cinta ingin dia katakan tetapi tidak bisa keluar dari mulutnya karena dia sangat menyadari siapa dia dan statusnya. Dia tidak dapat mengungkapkan perasaannya sampai dia ingat ketika di kehidupan sebelumnya dia telah mengungkapkan perasaannya ketika masih di sekolah menengah pertama tapi dia ditolak dan diejek jelek karena tidak pantas menjadi kekasih.
Suara dengkuran pelan membuat Gita sadar akan lamunannya, dari jarak yang sangat dekat dia bisa melihat dengan jelas wajah pemuda tampan di sebelahnya.
"Sumpah ni cowok ganteng banget," gumam Gita.
Pupil mata Gita membulat karena Alan yang tadinya memejamkan matanya tiba-tiba membuka matanya.
"Sumpah ni cowok ganteng banget?"
Gita tiba-tiba berbalik arah dan menutupi wajahnya dengan telapak tangan, dia malu sampai ingin mati karena tiba-tiba Alan bangun dan menanyakan maksud dari apa yang dia gumamkan barusan.
Alan bersikeras agar Gita menjelaskan maksudnya tapi Gita tidak mau mengatakannya karena sangat memalukan jika Alan tahu artinya.
"Saya tidak ingin menjelaskan apa artinya!"
"Cepat jelaskan. Aku ingin tau apa artinya!"
Alan yang geram karena tak mendapat penjelasan ia menggelitik pinggul Gita agar Gita bisa menjelaskan artinya. Gita yang tak tahan digelitik hingga ia meminta ampun kepada Alan yang semakin bersemangat mengelitik Gita, dan pada akhirnya terjadilah kecelakaan saat Gita menyikut Alan sehingga hidung Alan berdarah.
Gita yang panik meminta maaf, Alan memaafkan Gita karena perbuatannya tidak disengaja melainkan dengan syarat agar Gita menceritakan maksud dari kata sebelumnya, sehingga Gita mau menceritakan maksudnya. Dengan malu-malu Gita mengatakan bahwa arti kata itu adalah 'Alan pemuda sangat tampan.' Alan menyombongkan diri saat Gita memujinya sebagai pemuda tampan.
"Mau bagaimana lagi dulu semua siswi di Akademi sering bilang kalau aku yang paling tampan," kata Alan.
Gita yang tadinya tersipu malu beralih menjadi merengut karena melihat kelakuan Alan.
Alan mengoceh sambil membual tentang ketampanannya tanpa menyadari bahwa Gita Utari telah pergi dari sana, Alan merasa kesal ketika baru sadar kalau Gita sudah pergi.
"Sialan kau Utari!"
BERSAMBUNG