Chereads / BUKAN SALAH JODOH 2 / Chapter 28 - Teman kampus baru

Chapter 28 - Teman kampus baru

Pergi ke kampus bareng dengan pria tampan, itu adalah impian para gadis, baru juga sampai di pintu gerbang, semua orang sudah terkejut memandang tunggangan mahal Aoran, padahal ke kampus bisa jalan kaki, tapi Aoran malah memilih beatley limited edition peninggalan ayahnya itu.

Siapa yang tak tahu Aoran, salah satu dari keluarga crazy rich Asian, karena film itu cukup meledak, jadilah sekarang Aoran juga naik pamor, dia menjadi target gadis gadis di sini.

Dan hari ini dia menggandeng seorang wanita?

"Lihat, dia dengan siapa itu?"

"Orang kaya hanya dengan orang kaya, itu adalah hukum alam!"

Orang orang mulai bergosip di belakang mereka, tentu saja mereka tak mendengar dan tak peduli, terserah orang saja mau bilang apa. Akan beda ceritanya kalau Lily memakai pakaian murah seperti kemarin itu.

Baru juga Lily menaruh kakinya di lantai dan dua orang wanita cantik dengan rambut pirang dan mata terang menghampirinya.

"Ah, bukankah kau si anak baru?" Tanya seorang diantara dua gadis itu. Lily mengangguk dengan senyuman kecil.

"Perkenalkan, namaku Naomi, dan ini Luna.." keduanya mengulurkan tangan dan Lily menyambut secara bergantian.

Tatapan ramah dari kedua gadis berambut pirang ini tentu saja disambut dengan senyum bahagia oleh Lily, sangat berbeda dengan kemarin saat ia mendapat pelecehan di sini, hari ini dia disambut dengan senyuman ramah.

"Bagaimana kau bisa berangkat dengan mobil mahal itu, kau pergi berdua saja dengan Aoran?"

Tepat seperti dugaan Lily, namanya Aoran dimana mana selalu seperti madu, yang dihinggapi banyak lebah.

"Ah, ka, kami tak sengaja bertemu.." kebohongan macam apa itu, tentu saja sulit untuk diterima dengan akal pikiran sehat gadis gadis ini.

Sudah berapa kali mereka berpapasan dengan Aoran dan tak sekalipun pemuda itu menawarkan tumpangan apalagi secara cuma cuma. Bahkan Naomi, sebagai bidadari kampus, angel kampus, pernah menabrakkan dirinya ke mobil Aoran agar dapat perhatian, tapi pemuda itu sengaja mengerem mendadak, dan diam saja. Sampai sampai Naomi diomelin oleh orang lain karena menurut mereka memang naomi yang salah, berjalan tak lihat lihat lampu merah pejalan kaki yang sudah menyala.

Mendengar alasan Lily membuat kedua gadis itu hanya tersenyum getir. Kau setidaknya memiliki alasan yang masuk akal dong, kau pikir kau sedang menipu anak usia tujuh tahun!

Naomi dan Luna saling melirik, lirikan yang mengandung banyak arti di balik senyuman bibir mereka yang tampak sinis.

"Lily, sebagai mahasiswa tingkat satu, emm.. jadi begini, Naomi akan mengadakan pesta kecil di rumahnya.." Luna mengambil alih pembicaraan.

Gadis berambut pirang dengan kulit gelap ini menarik senyuman yang tampak ramah meski dalam hatinya jelas terpaksa.

"Kau bisa datang ke pesta itu, ini undangannya, kita akan bersenang senang dan lebih saling mengenal lagi nanti. Bagaimana?"

Mendapati sambutan ramah, bahkan diundang ke pesta perkenalan, apa lagi ini, tentu saja Lily merasa senang, ya ampun.. apa penampilan memiliki impact sedahsyat ini, pantas saja Miran sangat peduli dengan penampilannya selama ini, ternyata sangat menyenangkan menjadi orang yang fashionable dan stylist.

Naomi mengambil undangan dari tas mahal di tangannya, dia mengulurkan dengan menjepit kertas kotak kecil berwarna perak itu diantara jari jemarinya, dia mengulurkan pada Lily ragu ragu, sebelum undangan berpindah ke tangan Lily, Naomi menarik kembali undangannya. Dia tersenyum singkat.

"Mm.. bisa kau datang bersama Aoran, karena ku lihat kalian tampak dekat!" Ujarnya kemudian dengan sorot mata buruh kepastian.

Lily tampak ragu menerima undangan itu, apa mungkin?

Dia dan Aoran tak sedekat itu, Lily sendiri merasa sungkan saat Aoran mengajaknya pergi ke kampus bareng, lalu.. bagaimana ini, apa dia harus menolak ajakan Naomi dan Luna?

"Baiklah!" Luna mengambil alih undangan dan memberikannya pada telapak tangan Lily. "Ini artinya kau akan datang bersama Aoran, okey!"

Kedua gadis itu melambaikan tangan pada wajah melongo Lily, hah!

Lily cuma bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Tanpa Lily sadari sejak tadi Aoran memperhatikan gadis itu, melihat dua orang yang tampak ramah menyapa dan bicara pada Lily membuat Aoran lega.

Pria itu membawa backpack pada pundaknya dan meninggalkan Lily menuju ke gedung kelasnya, dia merasa sedikit lebih tenang, apa itu artinya Lily akan melewati hari hari menyenangkan di kampus ini? Aoran berharap banyak.

Kenapa dia peduli? Entahlah, dia sendiri bingung.

****

Lily menemukan kelasnya, ada Naomi dan Luna juga di sana, kedua gadis cantik itu melambaikan tangan ramah pada Lily.

"Hay! Maaf tadi meninggalkan mu, soalnya ada beberapa urusan sebelum aku dan Naomi ke kelas.." ujar Luna membuat alasan.

"Iya.. tidak apa apa.." balas Lily, mengambil tempat duduk kosong di paling depan.

Ketika wajah Lily tidak bisa lagi menatap air wajah Luna dan Naomi, kedua gadis cantik itu merubah raut wajah mereka, tampak begitu kontras, sinis dan jijik.

Naomi melirik pada seorang pria yang duduk tak jauh dari kursinya, dia memberi kode dengan alis menukik tajam lalu menunjuk pada arah Lily dengan rahangnya yang tampak tegas itu.

Pemuda itu tersenyum, itu artinya dia sangat mengerti dengan tugas yang Naomi berikan padanya.

Pemuda itu menurunkan kakinya, keluar dari balik meja, dia memperbaiki penampilan pada pakaian dan sedikit mengatur rambut sebelum akhirnya kedua tangannya bertumpu pada meja Lily, mengejutkan gadis itu.

"Oh, hai.. namaku Clark, kau?" Sapanya ramah pada Lily, tangannya mengulur dan senyuman itu tampak tulus.

Lily merasa bingung harus membalas apa. Dia tak punya pengalaman menghadapi pria, apalagi modelan seperti.. siapa tadi? Clark?

Aoran adalah pemuda satu satunya dalam hidupnya, dan Aoran bukan tipe ramah yang banyak bicara, mereka satu sama dulu, dan seperti tak saling mengenal saja.

Melihat tangannya tak mendapat sambutan dari Lily, Clark hanya tersenyum sambil menarik tangan Lily, memaksa gadis bingung ini untuk saling berjabat tangan.

"Siapa namamu?" Sambar Clark, tak cukup hanya bertumpu dengan kedua tangannya di meja, pria itu menggeser posisi duduk Lily dengan menaruh bokongnya di atas meja, dengan sangat santai dan halus. Seakan dia sudah biasa seperti ini. Lily tak bisa membayangkan bisa berhadapan dengan lawan jenis sedekat ini.

Dia jelas gugup, melihat Clark duduk di depannya, di atas mejanya, gadis itu menarik kepala, memundurkan punggung, tapi sayang posisi tubuhnya sudah mentok di sandaran kursi.

Lily menarik kedua tangannya dari meja, menyimpan di sisi tubuhnya dengan kikuk.

"Ah, apa itu! Kau juga mendapat undangan dari Naomi!" Suara Clark setengah berteriak, dia menggamit ujung undangan di dalam tas Lily, bukankah itu tidak sopan, ah ya.. ini bukan di timur Lily, mungkin ini biasa saja.

"Apa kau akan datang?" Tanya Clark lagi, dia seperti robot yang bicara sendiri tanpa perlu sahutan dari lawan bicaranya.

Lily ragu harus mengangguk atau menggeleng, dia tampak bingung.

Clark menurunkan kepalanya, mengambil tempat di atas pundak Lily, mendekatkan bibir nya di daun telinga milik Lily, tentu saja gadis itu sedikit menghindar, dia mengangkat pundaknya canggung, tapi Clark begitu yakin dan percaya diri.

"Kalau kau butuh teman dansa, minum atau tidur.. jangan sungkan untuk mengatakannya padaku.."

Tap!

Clark turun dari meja, meninggalkan Lily yang mematung, pria itu melambaikan tangan dan kembali ke mejanya.

Naomi dan Luna menyambut Clark, keduanya memberikan senyum diiringi tawa geli tanpa suara.

Apa itu tadi? Desis suara Clark masih terus menggema di Indra pendengaran Lily, apa dia bilang?

~Kalau kau butuh teman dansa, minum atau tidur.. jangan sungkan untuk mengatakannya padaku..~

Sssttt..

Bulu Roma berdiri kompak, darah Lily berdesir panas, jantungnya berdetak kencang. Dia ingin tertawa tapi dadanya sesak.

Apa dia bilang? Dia pikir aku serendahan itu!

Lily menggelengkan kepala, mencoba menahan diri, dan bersabar seperti biasa.

Jangankan melakukan semua itu, bahkan ciuman kecil di UKS beberapa tahun yang lalu masih membuatnya kikuk dan salah tingkah.

Memikirkan hubungan lebih daripada ciuman kecelakaan itu?

Please!

Lily hanya bisa mengumpat dalam hati. Ah, kampus ini membuatku gila!

***

Naomi berbisik pada Luna.

"Apa menurutmu pesona Clark bisa mengacau imajinasinya?" Tanya Naomi.

Luna mengangguk cepat, "aku rasa gadis seperti itu terlalu beruntung didekati oleh Clark, aku yakin Aoran hanya iba dan kasihan padanya, tapi dia malah berharap lebih.."

"Kau benar!" Dukung Naomi senang. "Aoran itu bukan pria gampangan, seleranya juga tinggi. Mana mungkin suka dengan gadis culun dan jelek seperti itu. Kau lihat tidak, bagaimana dia menarik rok nya, aku yakin seseorang mendonaturkan rok itu padanya, dia tampak sedang meminjam pakaian orang!"

Naomi menatap tajam ke arah Lily di depan sana.

"Kau tenang saja, Aoran itu hanya pantas untukmu, bahkan senior pun mendukung, aku heran kenapa bisa pria sekelas Aoran memberi nya tumpangan." Luna melirik penampilan Lily yang menurutnya masih di bawah dia.

"Aku juga heran, bahkan, meski dia telanjang aku yakin, Aoran tidak akan tergoda.."

"Ahahaha… kau sedang melawak ya, apa yang menarik dari tubuhnya yang kurus, kulitnya yang pucat itu, bahkan rambutnya juga tipis, dia sangat tak menarik. Kenapa sih dia bisa ngampus di sini!" Gerutu Luna memihak sahabatnya.

"Pikirkan pesta di rumahku, bagaimana caranya agar gadis itu malu dan menyesal sudah masuk ke kampus ini!"