Chereads / Chapter Start / Chapter 6 - Chapter Start 6

Chapter 6 - Chapter Start 6

"Apa nilaiku kok seginii???"

IPA: 10

MAT: 0

BI : 30

"Karena nilai kamu jelek. Mama sita hape kamu sampai selesai UN. Kamu cuma boleh tidur, makan dan belajar, Serena!"

".... Tiiiiidaaakkkkkkk!"

Serena terbangun.

Tepat saat ia lega itu cuma mimpi, suara panggilan ibunya membuatnya kembali merasa horor.

"Serena!!! Jangan telat les Matfis! Turun makan duluu!!" Teriak ibunya dari meja makan di bawah.

"Iya, Maaaa..." Balas teriak Serena dari kamarnya di atas.

***

"Kalau nilai try-out ku jelek, hape-ku bisa-bisa disita. Mama mikirnya aku keseringan mainin hape buat nge-game. Kalau entar beneran disita, aku gabisa upload novelku ke Chapone lagiii. Jadi, Rian... pleaseeee bantuinnn." "Kamu kan baru balik dari lomba Olimpiade Matematika."

"Lu kalau belom paham, tanya cici gua lah."

"Tapi.. Serem...."

Serena mengikuti les Matfis selama 3 kali dalam 1 minggu. Setelah beberapa minggu les Matfis, ia tiba-tiba melihat Rian. Seperti biasa, Rian meledekinya.

"Cupu belajar ya lu, makanya ada di sini"

"Kamu juga di sini."

"Beda. Gua tinggal di sini."

Rian ternyata adalah adik dari guru lesnya, Ci Rika. Ci Rika adalah mahasiswa semester akhir jurusan Matematika murni dengan beasiswa di Universitas Indonesia. Selain cerdas, ia memiliki rupa yang cantik, kulit putih mulus bersih, tinggi dan suaranya lantang. Mau tak mau, harus mengakui kalau Rian yang satu gen dengan Ci Rika, memang tergolong tampan untuk para anak-anak laki-laki di angkatannya.

***

Rian memang populer sebenarnya. Saat ia dan Yua ke kantin, mereka melihat Rian didatangi junior kelas SMA 1 dan SMA 2, ada beberapa dari SMP juga, mereka memberi dia cokelat saat perayaan Valentine Day. Ada yang bertuliskan "Love" besar-besar, ada yang buatan sendiri, cokelat bermerek dari Minimarket sampai yang Store mahal.

Cih.

Serena saja hanya dapat dari Yua.

Dasar pemerasan.

Kemudian Serena menengok Yua, ia teringat bahwa saat mereka memergoki Rian kebanjiran cokelat, Yua pun didatangi junior SMA 1 dan SMA 2, bahkan laki-laki yang seangkatan mereka, yang pasti saling kenal, memberi Yua. Hanya Yua, tidak Serena. Yua itu seperti versi perempuannya Rian, maksudnya tampang. Setidaknya, ia tidak iri sama Yua, soalnya Yua baik. Gak kayak Rian, anak nyebelin.

Saat Rian melihat Serena dan Yua di kantin, Rian mendatangi mereka. Ia memberikan senyuman menyeringai (bagi Serena, walau itu senyuman tulus Rian sebenarnya) dan melempar salah satu cokelat bertuliskan "Love" pada Serena.

"Hey bocil, for you. Belom dapet kan?" (Sepertinya memang dia tadi itu tersenyum menyeringai, bukan senyum tulus deh yaaa)

"Apa sih! Gak butuh!" Serena yang merasa tersindir, menarik tangan Rian dan meletakkan kembali cokelat yang ia tangkap ke telapak tangannya, dengan sekeras-kerasnya. Setelah berusaha menolak dengan sok keren, Serena menarik Yua untuk pergi. Belum puas dan masih kesal, Serena berhenti, menengok ke balik bahu dan menjulurkan lidah ke Rian. Kemudian, berjalan kembali ke kelas tanpa menengok lagi. Sehingga ia tidak tahu, kalau setelah ditinggal pergi, Rian menengok ke cokelat "Love" di telapak tangannya dan tersenyum. Tak lama, ia tertawa dengan nada sarkas dan meledek. (Hmm, kira-kira Rian suka Serena atau hanya sekadar iseng karena Serena ngambek itu menggemaskan, yaa?)

***

"Ayoo dong bantuin, Rian....."

"Hm."

"Ri-annnnnnn." Serena memohon dengan mata memelas dan penuh sparkling. Rian tak kuat melihatnya (entah dalam hal positif atau negatif, tampaknya keduanya).

Rian menghela napas, "Berisik. Lepasin tangan gua dah."

Serena tidak melepaskannya, melainkan mengeratkan genggaman kedua tangannya ke tangan kiri Rian.

"Aduh, duh, sakit woy. Gini ya kelakuan orang yang butuh????"

Serena tersenyum, mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah membentuk peace. Kemudian memohon bantuan dengan benar lagi. "Apa aja... kalau kamu butuh bantuan aku pasti bantu."

Seketika Rian dapat ide, "Apa aja?"

Serena mengangguk dengan polos tanpa terpikirkan masa depannya atau apapun. Saat ini di otaknya hanya ada novel Witte Uil dan kompetisi Chapone. Sementara, Rian lain, ia punya pikiran lain dan suatu rencana yang membuatnya tersenyum menyeringai.

"Deal. Satu pelajaran untuk tiga bantuan." Ucap Rian.

"Banyak amattt!" Keluh Serena yang langsung melepaskan dan melempar tangan Rian yang sebelumnya digenggam erat.

"Woy." "Yaudah kalau gitu gausah."

Serena cemberut dan menggigit bibir bawah, setelah berpikir sejenak, ia akhirnya memutuskan, "Em.. O, oke. Awas mahal-mahal." Pikir Serena ini tentang traktir makanan. Tapi lain dengan yang ada di benak Rian, yang membuatnya tersenyum puas saat membayangkan masa depan.

***

Nilai try-out sudah dibagikan dari wali kelas pada ketua kelas. Saat itu dibagikan saat sedang pelajaran olahraga, guru memanggil Rian, yang memang ketua kelas 12-IPA 4.

"Rian, bagikan masing-masing lembaran kertas pada anak-anak ya. Yang perempuan sedang pada ganti pakaian ya..? Jangan lupa diberi setelah mereka selesai ya. Jangan sampai tertukar, tidak ada nama mereka, hanya nomor ujian saja." Ucap Bu Tati, wali kelas mereka.

Rian diam-diam mencari nomor ujian Serena dari lembar daftar yang diberikan Bu Tati. Begitu menemukannya, ia memulai lagi keisengannya. Ia menyembunyikan milik Serena.

***

Para anak perempuan telah selesai bergantu pakaian olahraga menjadi seragam kemeja putih, rok abu-abu dan dasi abu-abu lagi. Serena dan Yua yang paling terakhir. Sebenarnya kelemahan Yua adalah....

"YUA AH LAMA."

Yua selalu senang terakhir masuk toilet karena ia selalu menyempatkan bermain sebentar, tergantung pelajaran apa hari itu. Seperti hari ini, basket. Ia akan memainkan basket itu dulu beberapa menit. Keluarga Yua memang keturunan atletis dan hobi olahraga. Berkebalikan dengan keluarga Serena. Kalau kata Serena saat ia tidak bisa memasukkan satu bola basket pun ke ring dan salah langkah melulu saat mencoba lay-up, "Gen keluarga saya untuk sastra dan jurnalis pak." Alhasil, ia dipelototi Pak Haloho, guru olahraganya.

"NANTI PAKET NASI KARAGE NYA ABIS!"

"Masih ada Nasi Goreng Pak Yatman kok. Entar aku traktir."

"Curang. Nasi goreng lebih murah dari Karage."

"Plus Panada. Dua."

Serena tersenyum puas dan berdeham, "Mm!"

***

Rian melancarkan rencana dan serangannya begitu melihat Serena dan Yua sedang mengantri tempat cemilan Tante Bunga. Kemudian Rian melihat Serena pergi mencari tempat duduk dan tidak melihat ke belakang. Ini saatnya beraksi, pikir Rian. Ia mendekati Yua.

"Yua ini hasil try-out lu."

"Punya Serena? Biar sekalian."

"Nanti lu tahu nilai Serena dong. Kan ini rahasia. Gua gak bakal bilang siapa-siapa nilai dia, termasuk lu, jadi perasaan dia bisa terjaga." Ucap Rian dengan sok bijak dan perhatian.

Mendengar Rian mau membantu sahabat dari kecilnya, ia tersentuh dan menerima tawaran Rian.

"Auw, Riiiaann. Gua pikir lu benci Serena. Mm, gak tahu sih kan kita gak sekelas, cuma Serena bilang gitu."

"Yaampun, parah banget. Padahal gua berusaha jadi ketua kelas yang baik. Gua selalu peduli, apalagi dia, gua memperhatikannya banget."

"Iya iya iya... Dia kan kecil, lucu, rentan banget... Rian... (Yua mengambil dan mengangkat tangan Rian, dengan mata penuh sparkling) jaga Serena baik-baik ya. Gua titipkan dia pada lu." Kemudian dia melempar tangan Rian. Rian sampai kaget, apaan lagi. "Awas kenapa-kenapa. Gua sabuk hitam taekwondo!" Sekarang mata sparkling-nya sudah berganti mata penuh aura membunuh.

Rian sempat merinding beberapa detik.

***

Sore hari, ketika baru tiba di tempat les Ci Rika, Serena dipanggil Rian.

"Mm?" Ucap Serena yang lemas karena khawatir dengan nilai try-out.

"Tadi gua lupa kasih kertas nilai lu. Tenang, yang tahu Cuma penilai, Bu Tati, sama gua."

"Makasih ya, Rian." Serena berdoa dulu sebelum melihat isi kertas yang ia tutup pakai tangannya dulu. Tapi rasanya percuma, gravitasi di sekelilingnya langsung runtuh, ia gemetar memegang kertas di tangannya. Ia mau berjalan maju tapi agak oleng, ia kesulitan mengontrol tubuhnya. Rian dengan sigap dan sok perhatian menahannya dan menawarkan bantuan.

Serena melihat isi kertasnya, lebih parah dari mimpinya:

IPA: 0

MAT: -70

BI : 50

"Nanti pura-pura ketinggalan aja kertas nilai lu kalo cici tanya." Ucap Rian sok memberi saran.

Serena mengangguk, dalam hatinya, ia merasa Rian makin hari semakin baik padanya. Walau agak tak terbiasa dengan perubahan sikap tersebut, Serena menghargainya.

Serena melakukan seperti yang diberitahu Rian. Semua berjalan lancar, setidaknya hari ini. Serena tidak siap untuk pulang ke rumah saat sore hari. Itu artinya, sore akan berganti malam, ia akan makan malam, habis itu tidur dan malam pun akan berganti menjadi pagi kembali. Ia memikirkan banyak rencana untuk menyembunyikan kertas nilai try-out, kemudian ia menyerah dan mempersiapkan mental untuk dimarahin, ia menggeleng dan kembali mencari rencana terbaik.

***

Sepanjang perjalanan pulang dan makan malam, ia bolak-balik berpikir dan bersiap. Ini sudah waktunya tidur. Ia tidak ingin tidur tapi matanya sudah tidak kuat di ajm 21.35. Tring~ 1 chat masuk.

Tadinya, Serena malas baca atau berhubungan dengan duniawi. Ia malas berkontak dengan siapapun karena lagi galau. Tapi akhirnya, ia menyerah pada rasa penasaran dan mengecek handphone-nya. Tidak mungkin Yua, jam segini ia bersama ibu dan kakaknya sedang yoga bersama. Lalu, siapa?

Muncul nama Rian saat ia membuka kunci layar handphone.

"Semangat Serena! Jangan sedih—" Sampai di titik itu, Serena terharu. ".. Gua akan bantuin kok. Anyway, tadi cuma bercanda, lu masih gak sadar? Kertas isi nilai lu yang asli ada di gua, besok gua kasih." Kemudian muncul 1 chat lagi, emoticon malaikat tersenyum.

Serena melempar handphone-nya ke atas ranjang dan meloncat ke ranjang. Ia mengambil bantal dan menutup wajahnya dengan bantal. Ia berteriak, "DASARR RIANN NYEBELINNNN!")

- Chapter Start, Chapter 6 -