Karena kerja kelompok hari ini dibuat berdasarkan tempat duduk, ia sekelompok dengan Rian, Putra dan Nilam. Mereka memutuskan mengerjakan tugas olahraga yaitu membuat gerakan senam aerobik dengan lagu pilihan masing-masing kelompok di rumah Serena. Lagu opening Doraemon terpilih berdasarkan voting, pencetusnya Serena. Nilam merasa lucu-lucu saja pakai lagu itu. Putra tak mau ambil pusing kalau harus cari lagu lain. Hanya Rian yang menolak karena malu. Usai membuat gerakan dan merekamnya agar tidak lupa, Rian merasa lapar.
"Pendek. Ada jajanan gak deket sini?"
Serena melotot, "Panggil nama orang itu yang bener donggg, Riannn."
"Ihh Rian mah hobi isengin Serena. Jangan-jangan sebenarnya...." Ledek Nilam sambil tersenyum penuh makna dan memainkan alisnya ke atas sambil menyipitkan mata.
"Apaan sih. Ngayal." Ketus Rian.
"Aku ada popmie banyak. Jarang dimakanin." Ucap Serena.
"Terus ngapa dibeli." Balas Rian.
"Protes aja. Suka-suka dong. Ini rumah siapa. Yang beli siapa, pake uang siapa. Dasar.." Serena berpikir mau dibalas pakai ledekan apa, tapi tak ketemu. Dasar apa ya... e.... e.... Akhirnya Serena kesal sendiri dan langsung bangun ke dapur mengambil 3 popmie.
Rian tertawa puas karena tahu ia menang.
Serena sempat berdiam dulu di depan kardus popmie sambil meluapkan rasa malunya. Setelah siap menghadapi Rian si tukang protes, orang nyebelin dan bawel, ia kembali ke ruang tamu.
"Lama lu." Protes Rian.
"Protes mulu. Cepet tua! Dasar kakek-kakek." Balas Serena.
"Belajar lagi gih kalau mau ngebalesin gua. Masih noob." Ledek Rian.
"Noob?" Ucap Serena bingung.
"Udah anak kecil gabakal tahu. Urusan orang dewasa." Balas Rian.
"Bawel banget. Berisik!" Ucap Serena semakin panas.
"Hey... Udah dong berantemnya. Kalian kayak punya dunia sendiri deh. Padahal masih ada gue sama Putra loh." Ucap Nilam menengahkan.
"Biarin (krauk) ajha (krauk). Udwah biaha (krauk)." Ucap Putra santai sambil nyemil almond dark chocolate cookies buatan ibu Serena.
***
Rian yang makan duluan, Nilam ternyata sedang diet jadi porsinya untuk Rian. Kemudian Putra. Saat Putra menyeruput popmie yang sudah keburu dingin, Rian berkata, "Ini gua yang udah lama gak makan popmie atau emang gini rasanya? Daritadi gue makan asem luh. Jangan-jangan mau racunin gua ya lu." Protes Rian.
"Gak jelas.." Serena sudah bete dan malas menanggapi Rian.
"Anjir. Coba deh Put. Asem ga sih."
"Hmm kaga." Putra menyeruput. "Eh, ada dikit. Kan soto, Rian."
"Coba gue makan yang punya Nilam. Kalau sama, berarti bener."
Rian menyeruput popmie Nilam, "Sama deh. Maap ya, Cil."
Serena malas menanggapi, ia meminum jus melonnya saja.
"Gua kira lu ngasi yang udah expired. Kan asem kalau beneran gitu."
Rian dan Putra iseng melijat label expired popmie.
"ANJIR. WOY."
Serena dan Nilam kaget mendengar teriakan Rian.
"Ini mah beneran expired! Lu kok bilang kaga sih, Tra."
"Wah iya luh. Waduh! Beneran expired!"
Rian dan Putra panik. Lebih panik lagi Serena. Nilam cuma menertawai situasi seperti acara sitkom itu.
Hari hari Sabtu. Minggu pun berlalu. Putra membalas chat Serena bahwa ia sampai saat ini baik-baik saja. Hanya Rian yang tidak bisa dichat dan ditelepon. Serena panik selama akhir pekan.
***
Esokannya hari Senin. Serena tidak seperti kesehariannya yang suka telat, kali ini ia orang pertama sedari pagi. Ia tidak bisa tidur semalaman, baru tertidur jam 3 subuh tapi kebangun lagi jam 5 pagi. Ia terlalu mengkhawatirkan Rian, apalagi ia pelaku kejadian popmie basi dua hari lalu.
Murid sudah berdatangan hampir semuanya. Putra dan Nilam pun sudah ada, kecuali Rian.
***
Jam 07.30 waktunya kelas dimulai, pukul 07.29 Rian baru sampai. Hati Serena langsung lega. Ia buru-buru mendekati Rian tapi Bu Tati sudah sampai. Jadi semua kembali lagi ke tempat duduk dan Serena tidak sempat mencapai Rian. Untungnya mereka sekelompok, jadi Serena bisa ke Rian lagi. Saat sudah disuruh berkumpul berkelompok, Serena buru-buru mendekati Rian dan berbisik, "Kamu gak apa-apa?"
"Mana mungkin, Pendek."
Kali ini Serena tidak mau membalas, ia merasa bersalah. Setelahnya, Serena hanya menatapi Rian dan Rian sama sekali tidak berbicara padanya.
Masalahnya adalah tatapan Serena sangat kentara, leher, wajah dan sorotan matanya, semua orang tahu siapa yang lagi diperhatikannya. Rian pun sangat sadar dari tadi.
"Kalau lu gitu terus. Entar jadi gosip wey. Males gua kalau diledek bareng lu." Ucap Rian.
Serena langsung menundukkan kepalanya.
***
"Aduh." Rian menjerit kecil. Serena langsung menengok dan melihat jari Rian tergores pisau. Serena langsung menarik Rian dan berlari kencang ke ruang P3K. Kebetulan ia adalah tim Kesehatan jadi tahu lokasi dan bebas bolak-balik. Saat sampai, ia meneteskan betadine dan memberikn plester di jari Rian. Sesekali Rian mengernyit dan Serena meniup jari yang terluka saat selesai.
"Apaan sih pake ditiup." Protes Rian tapi sebenarnya ia hanya merasa kaget dan malu tiba-tiba dibegitukan.
"Biar gak perih." Ucap Serena yang hanya tahunya Rian marah lagi.
"Gara-gara popmie lu nih." Sindir Rian, hanya bercanda. Tapi Serena mengiranya betulan, jadi Rian melanjuti karena merasa respon Serena lucu.
"Popmie basi bikin gua pusing-pusing terus hilang fokus."
***
Saat diberikan kembali handphone setelah jam pulang sekolah, Serena buru-buru googling mengenai akibat makan popmie basi. Keluar banyak sekali informasi. Semuanya yang ia klik dan baca berujung berbahaya. Dari yang parah banget, operasi, hingga kematian. Serena buru-buru menuju Rian dan bilang maaf sambil berlinang air mata. Rian sebenarnya memang mules dan buang air besar cair kemarin-kemarin, namun sudah lebih baikan sekarang. Harusnya tidak akan seperti kata internet. Tapi ia ingin mengisengi Serena dan melihat respon lucunya.
"Lu waktu itu bilang kalau gua bantuin ambil handphone di kantor kepsek, lu mau lakuin apa aja. Boong ya." Ucap Rian menahan ketawa.
"Engga." Balas Serena serius.
Rian dapat ide licik, "Gara-gara kejadian bulan lalu, minggu kemarin dan hari ini, lu harus jadi babu, harus siap tiap gua minta sesuatu. Habis itu baru gua sembuh."
"Hahh?" Serena bingung.
"Iya atau engga." Ucap Rian sok serius.
"Tapi aku gak ngerti maksud kamu, apa hubungannya aku jadi babu kamu sama kesembuhannya kamu."
"Ada lah."
Serena hanya bengong bingung. Ia berusaha memproses di otaknya tapi tidak bisa, ibarat komputer, yang dimasuki invalid data, kemudian eror dan nge-lag... Mendadak prosesor otaknya beristirahat tidak mau bergerak. Sorot matanya bingung, bagian dalam alisnya berkerut ke atas.
"Iya atau engga, last question." Ucap Rian sok mendesak.
Serena yang masih bingung akhirnya pasrah dan berkata, "I, iya deh."
"Deh?"
"Iyaaa iyaa iyaaa! Tuh puas."
Rian tersnyum lebar.
***
Keesokannya menjadi hari yang melelahkan. Ia bolak-bolak mengikuti perintah Rian, ambil pen, balikin tip-eks, ambil buku, naik-turun tangga, balikkan mangkok bakso, beliin es teh... Begitu pulang, untungnya hari ini tak ada jadwal les Matfis, ia bisa mandi, makan malam, kemudian langsung tidur jam 7 malam. Namun terbangun jam 2 subuh, sambil terkaget.
***
Ia bermimpi bertemu topeng tengkorak jelek banget, di atasnya ada mahkota emas berkilauan, duduk di atas singgasana emas dan berjubah kain merah di belakangnya. Suaranya yang seram kayak kakek-kakek mesum, terus menerus menertawakan dan meledekinya.
"Dasar cupu! Berhenti aja jangan jadi penulis. Ngetik aja banyak typo!"
"Engga, aku gak pernah typo. Selalu di cross check, dasar kakek-kakek sotoy!"
"Bocah sendok nikel!"
"Nikel? Itu lagi muji? Kok kedengerannya keren."
"Itu bahan buat bikin perhiasan imitasi woy. Alias dasar palsu!"
"???!!!"
"Penulis palsu!"
"Jahat! Kakek udah tua mending jangan bikin banyak dosa. Kan bentar lagi..." Serena yang tidak pernah bicara kasar langsung terhenti dan tak berani melanjutkan kalimatnya. Ia teringat kakek-neneknya.
"Bocah sendok nikel gak pantes ikut ajang kompetisi Chapone. Gak pantes dapet emas. Gak pantes menang."
Kemudian Tengkorak Mahkota Emas itu menyodorkan tongkat bercorak rumit yang tak begitu ia ingat, yang pasti bahan dan warnanya emas juga. Kilatan cahaya putih-biru muncul dari ujung tongkat ke arahnya dan mementalkan dirinya jatuh dari singgasana yang melayang di atas awan. "Siapaaa sih kamu???"
"Grihikins! HAHAHA.. HA. HA. HA."
????!!!!!!???????!!!!!!!!
***
Serena pergi ke dispenser air mineral dan meneguk segelas air. Benar-benar bad day. Sudah dari pagi jadi babu sama orang nyebelin, sekarang dimimpiin saingannya. Malah sebentar lagi Chapone akan menyeleksi penulis yang lolos 50 besar. Ia memutuskan membaca novel buatan Grihikins yang masih menjadi top one favorit pembaca. Sementara dirinya berada di urutan ke 14. Setelah membaca, ia memutuskan untuk mengulas novel Grihikins dengan Rian besok, daripada mengulas novel miliknya.
Level Grihikins memang beda.
- Chapter Start, Chapter 7 -