Sabtu sore terlihat begitu cerah. Matahari bersinar cukup terik, namun sudah tidak sepanas saat pukul dua belas siang. Zack sedang duduk di sebuah sofa nyaman di ruangan privat.
Ia tidak suka menunggu, tapi tidak ada yang bisa ia lakukan selain patuh pada peraturan ayahnya. Ia tidak boleh datang terlambat jika bertemu dengan klien. Lebih baik ia menunggu daripada membiarkan kliennya yang menunggu.
Sikap macam apa itu? Zack sama sekali tidak menyetujuinya. Ia hanya ingin menjadi manusia normal dengan kehidupan normal, tapi dengan keuangan yang berlimpah.
Selama ini ia selalu hidup berkecukupan. Ia tidak pernah kekurangan suatu apa pun juga. Apa pun yang menjadi keinginannya selalu terpenuhi. Hanya saja, memiliki ayah seorang bos besar bukanlah perkara yang mudah.
Orang tuanya, terutama ibunya, sangat menginginkan Zack untuk menjadi pemimpin di perusahaannya. Hanya dalam hitungan hari, ia akan segera menjadi wakil direktur dari perusahaan Hardana.