Martin merasa bingung dan hilang arah. Susah payah ia mengangkat ibunya dan membawanya ke dalam mobil. Ia menangis sepanjang jalan. Ia terpaksa berhenti sejenak di pinggir jalan untuk menarik napas dan mencoba menenangkan dirinya.
Ia terus menerus menoleh ke belakang. Ibunya diam, bergeming di atas jok mobil. Matanya terpejam. Wajahnya tampak putih pucat tak bernyawa. Martin menyentuh tangan ibunya yang terasa sangat dingin seperti es.
Akhirnya ia sadar harus membawa ibunya ke rumah sakit. Meski ia tahu bahwa ibunya sudah tiada, tetap saja ia harus berpikir rasional dengan mengurus surat visum dokter.
Ia terlalu takut untuk memberitahu Milly tentang kematian ibunya. Sebenarnya tidak banyak saudara Martin yang diundang ke acara pernikahannya. Saudara ibunya hanya sedikit yang ada di Batam dan di Riau.