Nick mengajaknya untuk masuk ke dalam kamarnya. Wajah Milly berbinar-binar saat melihat kamar president suite-nya. Ini memang sangat hebat. Charlos punya selera yang tinggi soal interior. Kamar ini khusus hanya untuk tamu-tamu tertentu.
"Silahkan duduk. Aku akan menyiapkan makan malam."
Sebenarnya ia telah meminta bagian dapur untuk menyiapkan bahan-bahan masakan untuk dirinya sendiri. Tidak disangka, ia malah akan memasak untuk kekasihnya juga. Nick memeriksa sayur-sayuran dan daging. Sepertinya cukup untuk mereka berdua.
Dapur di sini tidak begitu besar. Ia juga telah meminjam perabotan untuk memasak, seperti pisau, talenan, kompor, dan panci. Lumayan untuk menyiapkan sesuatu yang spesial untuk Milly. Nick tersenyum-senyum sendiri sambil menyiapkan bahan-bahan.
"Apa kamu perlu bantuan?" Milly menghampirinya.
"Kamu bisa memasak?"
Milly mengangkat alisnya. "Tidak sehebat kamu pastinya. Tapi selama aku tinggal sendiri di rumahku, aku selalu memasak setiap hari. Kamu mau aku bagaimana? Memotong sayur? Bawang?"
"Boleh." Nick menyerahkan kentang padanya. Dengan cepat Milly mengupasnya lalu memotongnya. Lumayan juga.
Ia berencana untuk membuat Potato Cream Soup, Kakap Lada Garam, dan Arugula Stroberi Salad.
Seingat Nick, Milly lebih suka makan kentang daripada nasi. Menu ini memang cocok sekali untuknya. Pekerjaannya jadi lebih cepat berkat bantuan Milly. Ternyata Milly memang bisa diandalkan. Mereka adalah kerja sama tim yang baik. Milly bagian memotong-motong. Nick yang meracik bumbu dan memasak.
Nick sedang menggoreng kakap dengan api sedang. "Milly, arugulanya dipotongnya jangan terlalu besar. Begini." Nick memegang tangan Milly dari belakang, sambil memeluknya, lalu mengarahkannya untuk memotong dengan ukuran yang lebih kecil.
Milly menoleh. Kebetulan wajah Nick dekat sekali dengan wajahnya. Perlahan Nick mencium hidungnya. Milly memejamkan matanya. Nick meletakkan pisau, meraih pipi Milly lalu menciumnya. Milly membalikkan badannya sehingga dada mereka saling menempel. Milly memeluk lehernya. Nick meraih pinggangnya dengan sebelah tangan.
Ia bisa merasakan betapa Milly juga merindukannya. Kali ini Milly yang lebih banyak bergerak. Ciumannya begitu bersemangat. Pangkal pahanya seketika menegang.
Hidungnya mencium sesuatu yang tidak wajar. Ikan kakapnya. "Oh tidak!" Nick segera mematikan kompor. Untung saja kakapnya masih bisa diselamatkan. Nyaris saja gosong.
Milly tertawa sambil menutup mulutnya. "Bagaimana bisa seorang Chef Nicholas melupakan masakannya? Bukankah kamu tadi habis melakukan demo masak? Masa menggoreng kakap saja tidak benar."
"Kamu yang membuatku lepas kendali."
"Apa? Kenapa jadi menyalahkanku?"
Nick segera menyelesaikan masakannya. Kakap lada garam yang nyaris gosong sudah siap. Sup dan salad sudah. Saatnya makan.
Mereka duduk bersebelahan di meja makan. Milly makan dengan begitu semangat. Kekasihnya itu pasti sudah lapar sekali. Nick juga lapar.
"Bagaimana?"
"Ini enak sekali, Nick." Milly menyendok sup dengan cepat sampai habis. "Aku suka sekali sup kentang. Oh ya dan juga bubur jagung."
"Bubur jagung? Baiklah. Lain kali aku akan membuatkan bubur jagung untukmu," janji Nick.
Milly tersenyum manis. Senang sekali bisa makan malam bersama Milly di sini. Bandung memang tempat yang sangat indah. Cuaca di sini juga jauh lebih sejuk daripada di Batam. Memang tidak sedingin Lembang, tapi jauh lebih baik daripada di Batam atau Jakarta.
Mereka makan sampai habis. Stoberinya masih tersisa di kotak. Nick mempunyai ide untuk membuat sate stroberi. Seingatnya ia masih punya coklat di tasnya. Ia melelehkan coklat, di microwave lalu mencelupkan stroberi ke dalamnya. Meskipun tidak ada tusukan tidak masalah. Ia menatanya di piring. Hingga berbentuk hati.
Nick menghampiri Milly yang sedang duduk di sofa sambil menonton film drama dari tv kabel.
"Waw. Lucu sekali." Milly menusuk stroberi itu dengan garpu, lalu memakannya. Ia mengangguk perlahan. "Enak."
Cita-citanya untuk memasak makan malam, lalu memakan stroberi bersama Milly benar-benar terwujud. Ia membayangkan jika Milly benar-benar menjadi istrinya. Tapi bagaimana mereka akan bisa terus bersama jika ia masih bekerja di Malaysia. Ia tidak mungkin membuat Milly harus melepaskan pekerjaannya. Ia harus pindah kembali ke Batam, tempat di mana Milly berada.
Milly menancapkan stroberi lagi dengan garpu. Nick menarik tangannya, lalu menarik lepas stroberi itu. Ia menahannya di mulutnya. Ia memberi tanda agar Milly mendekat untuk mengambilnya. Milly tersenyum malu-malu. Nick mengangguk lagi. Perlahan Milly mendekat untuk menggigit separuh stroberinya.
Cairan di dalam stroberi meledak, meleleh di bibirnya bersama coklat. Sensasi rasa manis dan asam berpadu, membangkitkan gairah di dalam dadanya. Mereka mengunyah stroberi itu bersama-sama. Nick menjilat bibirnya dan juga bibir Milly. Napasnya tersengal. Ini benar-benar nikmat sekali.
Nick terus maju untuk mencium Milly, mendorongnya hingga Milly terempas di sofa. Milly menyambutnya dengan pelukan erat di leher. Sekilas Nick melirik TV yang juga sedang menayangkan adegan berciuman panas, yang bahkan lebih panas karena sang artis tidak memakai busana. Nick tidak segegabah itu untuk melakukan hubungan seks dengan Milly.
Tidak ada kesiapan mental, kondom, ataupun aturan yang memperbolehkannya untuk melakukannya. Tapi mencium Milly sambil menyentuhnya sedikit tidak akan membuatnya hamil kan?
Milly menyentuh dadanya, rasanya geli sekali. Tanpa aba-aba Milly menarik lepas kausnya.
"Milly?"
"Katamu, aku boleh melihat tubuhmu sepuasnya. Aku ingin mencicipi roti sobek rasa keju."
Nick bisa melihat ada kilatan gairah di mata Milly yang membuat bulu kuduknya meremang. Jantungnya berdebar kencang, kulitnya memanas.
"Aku akan membuatkannya untukmu besok," jawab Nick polos.
"Kamu bisa membuat roti juga?" tanya Milly sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Aku bisa membuat apa saja." Nick menganggukkan kepalanya dengan gugup. "Termasuk membuatmu jatuh cinta padaku dan tergila-gila padaku."
Milly tersenyum miring. Wajahnya tampak begitu seksi. Ia duduk kemudian meraba abs-nya, lalu naik ke dadanya, tidak begitu memperhatikan kalimat godaan yang Nick lontarkan barusan. Milly menjilat bibirnya seolah sedang melihat makanan yang lezat. Nick tersenyum geli. Ia menyugar rambutnya.
Secepat sambaran kilat, Milly mendekat, duduk di pangkuannya, lalu menciumnya habis-habisan. Kejantanannya tertekan oleh tubuh Milly. Tangan Milly mengelus dadanya seolah merasakan ototnya yang kencang.
Syukurlah karena sekarang tubuhnya jadi lebih kencang, tidak seperti dulu. Kekasihnya melancarkan serangan tak terkendali. Nick nyaris tak kuasa menahannya. Ia hampir saja bertekad untuk melepaskan kemeja Milly.
Nick melepaskan diri untuk menatap wajah Milly. Hanya wajahnya. Napas mereka tersengal-sengal. Ia merasa bersyukur telah memiliki Milly di dalam hidupnya. Ia tidak menginginkan yang lain.
Nick tersenyum. Milly balas tersenyum. Lalu mereka berpelukan. Nick membenamkan wajahnya di dada Milly, mendengarkan detak jantungnya yang berpacu dengan cepat. Milly mengelus rambutnya, lalu mencium puncak kepalanya. Nick merasa sangat disayang.
"Milly… A-aku harus mandi," ucap Nick gugup.
"Baiklah."
Dengan enggan Milly berdiri dan melepaskan dirinya dari atas tubuh Nick. Keringat membasahi dahi dan tubuhnya. Sesungguhnya ia masih bergairah, ia bahkan bisa merasakan jika Milly juga merasakan hal yang sama.