Seminggu berlalu dan tubuh Milly pulih dengan cepat. Jika bukan karena bubur jagung buatan ibunya Martin, mungkin ia tidak akan pernah merasakan apa-apa lagi di lidahnya. Bubur itu begitu manis dan gurih. Ia sangat menyukainya. Ia harus berterima kasih pada ibunya Martin.
Hari itu Martin mengajaknya berjalan-jalan ke taman. Martin membawa banyak bekal makanan di tas. Rencananya mereka akan makan siang di bawah pohon rindang dengan beralaskan kain kotak-kotak berwarna merah dan putih.
Sejak kejadian di pesta pernikahan itu, Milly jadi semakin dekat dengan Martin. Ia malu sekali karena telah mencium Martin seperti itu dan mengaku-ngakunya sebagai tunangannya.
Lebih buruk lagi, Martin menganggapnya serius. Pria itu jadi lebih perhatian. Hampir setiap hari Martin datang ke rumahnya, mengirimnya makanan atau sekedar mengajaknya mengobrol.