Ika tidak sadar jika tangannya telah menyusup ke balik kaus Marshal dan mengelus kulit punggung dan bahkan naik hingga ke bahunya. Ia bisa merasakan setiap lekuk otot Marshal yang kekar dan padat.
Sekujur tubuh Ika menggelenyar. Ia merasakan detak jantungnya bergemuruh di dadanya. Napasnya tersengal-sengal seolah ia baru saja naik turun tangga.
Bibir Marshal melumatnya dengan lembut, mengirimkan getaran-getaran kenikmatan hingga ke bagian bawah tubuhnya. Tubuhnya seolah telah mengenal bibir Marshal. Ini pasti bukan ciuman pertama mereka.
Tentu saja. Seperti yang Marshal katakan tadi bahwa rumah ini menjadi saksi atas apa yang seringkali mereka lakukan dulu sebelum kecelakaan. Ika merasa nyaman atas setiap sentuhan bibir Marshal di bibirnya. Setiap sel di dalam tubuhnya seolah berkata 'yes'.
Bagi pikiran Ika yang sekarang, ciuman Marshal adalah pengalaman pertama baginya, tapi bagi tubuhnya, Marshal sudah seperti belahan jiwanya.