Jilid 2 | Chapter 16 - Kembalinya Makhluk Mitologi.
Beberapa menit kemudian…
Aku dan Elizabeth dibawa kedalam kastil baja dinamakan—«Kastil Katerina». Saat ini, kami sedang berada di ruang entah dimana, bisa di sebut ini adalah ruangan tamu.
"Lesfina kita disini mungkin tidak terlalu banyak bicara, tapi dia masih setengah buruk," ucap Lady's Synthirty Elaina pada aku dan Elizabeth.
"Jadi, inikah pangeran Achiles kandidat Synthirty kelima, sekaligus tunangannya kakak!?"
Lesfina telah memberitahunya bahwa kandidat Synthirty kelima adalah Pangeran Achiles of Blasius. Blasius adalah negara tetangga Anastasia yang maju dengan teknologi, terletak di balik pegunungan. Selain itu, pangeran Achiles datang bukan hanya karena kandidat Synthirty melainkan untuk melamar tunangannya dengan Elaina, Lady's Synthirty I.
Kastil kerajaan Katerina adalah salah satu Kastil terbesar di dunia ini, yang kokoh dan indah.
"Ya benar sekali. Jangan lupa bagaimana kalau kamu baru saja mencoba membunuh aku! Tunggu, kamu adalah Lady's Synthirty Lesfina kedua, bukan?"
"Ha, itu benar. Apakah kamu merasa bersalah, sekarang?"
"Tidak. Tidak sedikitpun. Eh tunggu, kenapa kamu yang menyalahkan diriku!? Seharusnya kamu yang bersalah!"
Mereka tampak seperti sepasang anjing galak yang saling menggeram di depan pertarungan udara bawah tanah. Bukan pemandangan yang diharapkan untuk melihat antara mereka saling bertikai.
"Senang bertemu denganmu, Pangeran Achiles. Aku putri kedua Katerina, Lesfina Lady's Synthirty II of Catherine. Karena kamu orang yang lumayan menarik, jadi kubiarkan kamu menginjakkan kaki di kastilku."
Setelah beberapa menit melotot tajam, Lesfina memperkenalkan dirinya dengan senyum palsu dan perkataannya tajam tidak lebih ataupun kurang seperti orang yang ada disebelahku. Itu hampir cukup untuk membuat Achiles bahwa dia baru saja ingin mengejar kepalanya beberapa saat yang lalu. Dia sekarang tidak lain bukanlah karakter heroineku.
"Ya ampun. Aku tidak mengharapkan ini dari Anastasia, negara yang saat ini berada di atas puncaknya. Di sini aku pikir kamu hanya akan menjadi gorila besar dan ganas, tetapi aku harus mengakui— bahwa penampilanmu tidak cocok dengan tingkah lakumu."
Lesfina tidak tersentak mendengar komentar kasar Achiles. Senyuman palsunya tetap utuh kelihatan aneh, bahkan tatapan mempertanyakan semua orang.
"Apakah ada masalah?"
Masalahnya seperti bukan bagaimana dia baru saja mencoba membunuhnya. Juga bahkan matanya yang menawan saat dia memiringkan kepala sepenuhnya dengan bingung. Masalah yang sebenarnya adalah sesuatu yang sama sekali tidak kupahami.
"Bukannya kakak seharusnya datang kesini sebulan lagi?"
"Ah, itu. Aku pikir aku harus pulang kesini dulu."
Lesfina jelas bertanya-tanya, aku pun. Jika ini adalah suatu tindakan, maka dia bisa membodohi semua orang bahkan ahli detektif conan sekalipun.
"...hm," dia menyilangkan lengannya dan memikirkan situasi. Sekarang yang ada di sini bukanlah rakyat jelata, melainkan seorang pangeran. Jadi dia mungkin bisa membuat alasan yang terbaik, pikirku.
"Aku sangat senang akhirnya bisa bertemu dengan tunangan kakak, sehingga aku datangnya sedikit lebih awal! Menyambut kalian! Hehe!"
Kalau dilihat lagi, Lesfina tampak seperti gadis yang sangat santai untuk seorang putri memikul nasib seluruh negara.
Gadis berambut perak dan bermata biru itu membusungkan dadanya dengan bangga. Setelah memberikan alasan yang seharusnya sempurna untuk kedatangannya lebih awal, tetapi bahkan dengan senyum indah di wajahnya, alasannya sudah terlihat jelas.
"Terlihat begitu menyedihkan, cacing rendahan."
Suara itu timbul dari sebelahku, begitu datar dan membisik.
"Cacing rendahan? Apakah dia menyebut gorila yang menjengkelkan ini 'cacing rendahan'!?" Pangeran Achiles itu tertawa lepas.
"Apa?"
Lesfina menatap tajam ke arah Elizabeth, yang sepertinya tidak menyadari amarahnya. Dengan pertukaran pandangan itu, Lesfina memutuskan untuk menanyakan sesuatu padanya.
"Kenapa waktu itu, mantra sihirku tiba-tiba lenyap? Bagaimana caramu meniadakan sihir murni tersebut? Sejak awal, aku bisa merasakan kehadiran yang tidak biasa hawa dari kalian berdua."
"Lalu? Kau penasaran dengan itu?"
"Ya, sepertinya kau bukan wanita yang sembarangan."
"Asal kau tahu saja, sihir es mu itu terlalu lemah. Hanya dengan tatapan saja, mantra sihirmu langsung lenyap? Kalau begitu, karena kau penasaran tentangku, akan kuberitahu. Aku juga sama sepertimu, salah satu pengguna sihir es."
Pada saat itu, Lesfina benar-benar terkejut dan membuka matanya lebar-lebar.
"Tidak mungkin. Kau hanya menatap saja? Dan... kau juga salah satu pengguna es? Tidak, itu tidak mungkin. Di negara ini, hanya aku satu-satunya orang yang bisa menggunakan mantra sihir es."
"Apa yang dikatakan adikku itu, benar lho."
"Rumor mengatakan bahwa Lady's Synthirty II adalah seorang pendekar pedang wanita yang diberkati kekuatan sihir oleh Dewi Es, sementara dia bisa menggunakan mantra tanpa menggunakan artefak yang tak terhitung batasnya," lanjut pangeran Achiles.
Elizabeth terlihat bingung untuk menjawab mereka atau tidak. Tapi satu masalah adalah bahwa kami tidak bisa keluar dari kastil ini. Banyak penjaga di luar sana yang membawa tombak, busur, dan pedang. Apalagi mereka berkostum baja atau besi logam.
"... Hehh," responnya tidak percaya. "Aku terkejut, ternyata kau seorang pendekar pedang."
"Kalian berdua juga sepertinya seorang ksatria pedang, dengan seragam legiun cocok untuk bertempur. Terlebih jahitannya begitu rapi dan realitis."
"Akhirnya kau menyadari itu." Elizabeth tersenyum superioritas. Senyuman yang mendominasi menghina dan membuat orang lain merasa lemah.
"Kudengar... makhluk Mitologi dihutan Nelka, Hecantoncheiris telah dikalahkan. Apa kalian tahu tentang itu?"
Suara itu berasa dari mulut Elaina.
"A—ah! Kami tidak tahu itu." Sentak aku terkejut, namun berbeda dengan Elizabeth terlihat diam.
"Bagaimanapun, terima kasih sudah menerima tawaran kami untuk ikut kedalam kastil. Kami adalah negara yang membosankan dengan tidak banyak yang bisa dilihat, tetapi aku harap kalian akan menyukainya. Lina tolong tunjukkan mereka kamarnya."
Lina, pelayan kastil, pelayan yang waktu itu berteriak di tengah kota. Sejak tadi dia berdiri dibelakang mereka dengan penuh pakaian penuh pelayan putih biru. Menunggu untuk mengawal kami menuju ke suatu kamar, sementara dia tampak seusia dengan kami. Dia telah melayani keluarga ini selama bertahun-tahun. Dia adalah gadis yang benar-benar misterius.
"Tentu, lady's Elaina."
Lina menundukkan kepalanya.
"Ini ketua pelayan kami, Lina Vispose. Jangan ragu untuk memanggilnya, jik kalian membutuhkan sesuatu."
Sebenarnya sampai saat ini, aku masih bingung kenapa mereka mengajak kami tinggal di kastil seindah dan segila ini. Mereka mengatakan kalau ini hanyalah kastil murahan? Tidak bisa dipercaya, ini benar-benar sesuatu.
"Terima kasih."
Aku akhirnya berhasil mengumpulkan ketenangan untuk memberikan respon setengah hati terhadap tindakannya yang membingungkan.
Itu adalah pengantar yang cukup intens, tapi itu masih bukan alasan untuk meraba-raba salam aku. Setidaknya untuk sekarang aku akhirnya bisa beristirahat.
Tapi ketika aku berpikir bahwa…
Ding, ding, ding! Sebuah suara seperti bel, atau mungkin sebuah bel peringatan terdengar keras di luar, membuat kami semua yang ada disini sejenak membatu.
"Ah…"
"Apa yang terjadi?"
Kami mengatakan hal sama dan melihat satu sama lain, kedua mata kami terbuka lebar.
Aku pernah mengalami ini beberapa kali selama di Kekaisaran. Ini adalah «Tanda Bahaya» yang dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah bel. Aku tidak punya senjata yang dibutuhkan dan aku juga tidak menyiapkan apapun untuk bertempur.
Ketika aku sedang berpikir, cahaya di sekeliling kota ini bergetar dan bergemuruh dan kabut menyelimutinya.
Kami semua menengok keadaan dari balik jendela yang terbuka. Karena kabut tebal, penglihatan kami menjadi terhalang. Namun.
Elizabeth mengangkat tangannya sejajar dengan dadanya, lalu.
"Tarian roh angin, nafas sylph."
Itu adalah sihir angin Astral Elizabeth. Dengan grimoire terbuka, pengguna memanggil Sylph, roh angin, dan kemudian meluncurkan peluru besar aliran angin terkonsentrasi dengan bantuan roh.
Di situasi saat ini, kami tidak sempat untuk memikirkan hal lain.
Saat kabutnya memudar, sekeliling penglihatanku menjadi jelas lagi. Tapi, ini bukan pemandangan yang mencerminkan kota yang damai.
Sebuah makhluk raksasa berjalan menembus tembok baja, jalan abad pertengahan yang dikelilingi oleh lampu jalan, dan rumah air mancur dan perkotaan, memancarkan sinar dari pantulan pedang raksasa yang ada ditangannya dengan kakinya begitu besar terlihat di kejauhan.
itu adalah…
"Hecantoncheiris."
Berlanjut...
Note: Selalu berikan dukungan pada Authornya, dengan cara memberikan «vote» kalian. Agar si Author lebih bersemangat dalam melanjutkan ceritanya!