Debby terlihat pusing. Beberapa hari ini dia terlihat kurang fokus. Hidupnya hanya tentang memijat pelipisnya yang terasa sakit dan linu. Sungguh, memikirkan mengenai pernikahan penuh keterpaksaan ini membuatnya sakit kepala.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Adeeva. Dia sedang bermain dari kamar hotel Debby. Kebetulan, anak-anaknya sedang bermain bersama kakek nenek mereka sehingga Adeeva bisa sedikit bebas dan bermain. Dan entah mengapa, dia memutuskan untuk menghampiri Debby.
"Aku menerima lamaran Zion." Jawab Debby. Adeeva sudah mengetahuinya. Zion memberi tahunya dengan penuh antusias. Dia merasa bahagia bukan karena Debby menerima lamarannya, melainkan karena tidak jadi dijodohkan dengan perempuan yang disebutnya pelacur.
"Berita yang baik. Apa yang perlu dipermasalahkan?" Tanya Adeeva. Sebenarnya, Ia merasa sedih mendengar hal ini. Bukan tanpa alasan, tetapi karena dia tahu sebenarnya Debby trauma terhadap sebuah pernikahan.