Matanya terlihat sangat tajam. Bagaikan ujung belati yang terasah dengan rapi dan dibakar dengan api. Kemarahan jelas terlihat dari sana, seakan tak membiarkan siapapun mengusiknya saat ini. Pria paruh baya ini hanya memperhatikan satu di antara banyaknya orang di acara pernikahan yang digelar dengan mewahnya. Dan itu adalah si cantik berambut merah yang berstatus sebagai menantunya.
Tak hanya Tuan Adyatama, di sisinya terdapat Clarina yang terlihat sama tidak sukanya dengan Adeeva. Sungguh, nyali Adeeva terlihat sekuat baja. Dia bukannya lari atau bersembunyi di balik tubuh Yudistira, justru berdiri kokoh dengan kedua kakinya sendiri.
Sebuah lengkungan tipis di bibirnya terbentuk. Gadis itu tersenyum. "Selamat datang Tuan Adyatama." Sapa Adeeva dengan sopan. Meskipun diperlakukan dengan tak layak, Adeeva tetap harus tahu sopan santun terhadap orang tua.
"Yudistira... kau melawan orang tuamu?" Geram Tuan Adyatama dengan suaranya yang serak dan pelan.
