Quebec, Kanada, enam bulan kemudian...
Waktu menunjukkan pukul 09.30 malam. Seorang gadis cantik dengan rambut merah sepundak yang tergulung bagaikan ombak tengah memperhatikan pemandangan kota dari dalam rumahnya.
Menghadapi atau bersembunyi? Gadis itu nyatanya lebih memilih untuk bersembunyi. Dia bukan hanya bersembunyi dari kejaran Tuan Adyatama maupun Yudistira. Namun, dia juga sedang mencoba untuk berdamai dengan dirinya sendiri. Terhitung, sudah tiga bulan Adeeva rutin untuk pergi ke psikiater. Dia terus bolak-balik ke sana untuk memeriksakan kesehatan mentalnya. Bagi Adeeva, kesehatannya sekarang lebih penting.
Gadis cantik itu menyesap secangkir kopi di tangannya. Laptop yang berada di atas meja sebelahnya memperlihatkan sebuah roomchat dengan seseorang yang dia beri nama Andra, seorang duda beranak satu yang ditinggal mati oleh istrinya.