"Mbak harus menyembunyikannya lagi sebelum Ayah datang, Yudis!" Sentakan Adenia terdengar sangat kencang. Yudistira yang mendengarnya terus membantah. Dia berjanji akan menjamin nyawa Adeeva apapun yang terjadi. Terlebih, ini harus dihadapi, bukan terus dihindari tanpa henti.
"Tidak. Yudistira akan menghadapi Ayah." Katanya dengan penuh penegasan setiap katanya. Adenia tertawa sarkas. Dia membanting tubuhnya ke atas sofa, melirik Adeeva yang masih terlelap dengan obat tidur dan penenang yang diberikan oleh dokter.
"Bodoh. Kau akan kalah dan membahayakannya, Yudis." Ketus Adenia. Cepat-cepat dia terbang ke Manhattan hanya untuk mempersiapkan segalanya. Menyembunyikan Adeeva kembali. Dia harus lebih cepat dari ayahnya. Namun, Yudistira malah tidak mengijinkannya. Menyebutkan banyak omong kosong tentang menghadapi ayahnya yang sangat mustahil.