Dunia tidak pernah berjanji selalu membahagiakan, jadi jangan bencinya saat kamu kecewa -ocean
Sang rembulan sebagai saksi sebuah takdir terjalin. Tangan hangat itu menggenggamnya, menyalurkan kehangatan kedalam hati. Tangan pucat penuh luka itu tergapai, dan di genggamnya dengan ringan. Tubuh kurus diseretnya dengan mudah menuju permukaan.
"Hah.... Gila! Untung masih hidup lo!"katanya sembari memeluk gadis kurus itu.
Melihat gadis itu yang tak kunjung membuka matanya, Yudistira panik dan segera memberikan pertolongan pertama. Tak ada pilihan lain selain merelakan ciuman pertamanya kepada gadis malang ini.
Setelah memberikan napas buatan, gadis malang itu batuk dan mengeluarkan air yang menggenang dalan tubuhnya. Matanya perlahan membuka menatap dunia yang dibencinya lalu kembali pingsan.
"Woi Yud!" teriak seseorang.
Yudistira mencari sumber suara sembari mengangkat tangannya memberi isyarat. Seseorang keluar dari semak tinggi yang menutupinya. Dilihatnya Bastian dan Zion berjalan bersamaan menghampirinya.
Saat keduanya tiba di hadapan Yudistira, Bastian dan Zion terkejut melihat seorang gadis di pangkuan temannya.
"Lo gila?! Di semak-semak, malem-malem, hujan pula." teriak Bastian heboh. Di sisi lain, Zion hanya diam membisu dengan mulut menganga hingga liurnya menetes.
Yudistira berdecak malas,"Ini gak seperti yang kalian pikir."
"Jangan drama deh lo pada." kata Zion.
"Dia bunuh diri terus gue tolongin."jelas Yudistira.
Bastian menepuk jidatnya,"orang bunuh diri ngapain di tolongin? Kan itu kemauan dia sendiri bego."
"Lo lupa dahulu sok-sokan bunuh diri pada akhirnya minta tolong bawa ke rumah sakit?!" balas Zion.
Ingatan Bastian terlempar pada beberapa tahun yang lalu saat pertama kali bertemu dengan Zion dan Yudis. Saat itu, dirinya sengaja berada di tengah jalan berharap ada kendaraan yang menabraknya. tetapi, Bastian salah waktu. Bukannya tertabrak truk dan membunuhnya langsung, dia malah tertabrak motor Zion saat balapan dan memohon tolong untuk membawanya ke rumah sakit. Insiden itu membuat mereka akhirnya bersahabat hingga detik ini.
***
Gadis di pangkuan Yudistira tiba-tiba terbatuk,"Uhuk.. Uhuk.."
Dia membuka matanya perlahan dan mengerjakannya pelan. Sesuatu yang pertama dia lihat adalah wajah seorang laki-laki yang seumuran dengannya. Wajah tampan itu seperti menghipnotis dirinya untuk tidak berkutik.
"Lo gak papa?" tanya laki-laki itu.
Gadis itu pikir, dirinya sudah berada di surga dan menemukan seorang pangeran tampan sebagai penjaganya.
"Gue baru sadar kalau dia cantik." celetuk seseorang. Gadis itu segera menoleh, melihat ke sumber suara dan menyadari satu hal. Dia tidak jadi mati.
"Sialan." gumamnya.
Air matanya tiba-tiba menetes, dia bangun dan menampar laki-laki tadi. Setelahnya, gadis itu mengamuk sembari menangis histeris.
"Woy anjir bar-bar!" kata Zion.
"mengapa lo tolongin gue?! mengapa lo biarin gue hidup?! Gue harusnya mati. Mati. Lo tau kan mati? Gue gak layak hidup, asal lo tau!!"
Yudistira terdiam ditempat. dia memperhatikan gadis di depannya itu dengan saksama. Bagaimana gadis itu memukulinya tanpa ampun, bagaimana kacaunya keadaan gadis itu, dan banyaknya bekas luka yang ada di kedua lengannya.
Yudistira tidak bodoh, dia tau itu luka hasil self-harming. Luka goresan Yang bahkan belum mengering itu pasti menyakitkan. tetapi, sepertinya luka di hatinya lebih daripada hal sepele itu.
Gadis itu beranjak, lalu berlari menuju danau dengan brutal. Bastian, Zion dan Yudistira segera mengejarnya.
"Sialan, gue ternyata masih punya hati nurani.." oceh Bastian sembari berlari.
"Yudis lari kek ngepet, cepat amat." balas Zion.
Tanpa mereka sadari, Yudis sudah berhasil menarik gadis itu. Tentu saja gadis itu memberontak bukan main. dia terus minta dilepaskan. Jika saja Bastian tak berinisiatif menggendongnya, pasti Yudistira sudah kecolongan.
"Lepasin gue! Gue harus mati!!" oceh gadis itu terus-menerus.
"ENGGAK. MATI ITU JALAN TERAKHIR YANG HARUS LO PILIH! Tanpa lo sadari, masih banyak jalan yang bisa lo tempuh. tetapi lo buta! Mata lo gak liat tuh jalan!!" teriak Bastian.
Bastian pernah ada di posisi itu. di mana mati adalah hal yang benar menurutnya. tetapi, tanpa dia sadari banyak kebahagiaan yang menantinya selain dijalan tersebut.
Setelah gadis itu sedikit tenang, Bastian menurunkannya. Gadis itu melirik Yudistira sejenak lalu meninggalkan mereka bertiga begitu saja dengan raut wajah kesal.
"Adeeva Afsheen Mahesa." kata Yudistira tiba-tiba.
Bastian dan Zion saling lirik.
"Bastiaan Geovanni Schiaparelli!" kata Bastian.
"Zanipolo Vegard." timpal Zion.
"Gue gak minta lo mengenalkan diri." balas Yudistira.
Bastian dan Zion saling pandang kembali meminta penjelasan.
"Oh, tadi itu nama cewek tadi. Cantik ya?" jawab Yudistira.