"Makasih ya nak Alan, udah anter Tamara pulang." Ucap Clara, Ibu Tamara.
Alan mengangguk. "Iya tante.. sama-sama. Apa keadaan Tamara semakin kayak gini?"
Wajah Clara terlihat lelah. Wanita itu mengangguk dengan lemah. "Iya. Moodnya semakin berubah-ubah. Dan setiap bicara sama dia harus hati-hati, harus lembut, dan harus bisa jaga perasaannya."
"Apa Tamara masih gak mau home schooling aja?"
"Itu yang sulit. Dia mau nyelesaikan SMA dengan sekolah tatap muka. Padahal, dokter sudah menganjurkan untuk home schooling. Obat Tamara dosisnya naik satu minggu lalu. Tante minta maaf kalau obsesi Tamara ke kamu semakin menjadi-jadi. Tante merasa nggak enak."
Alan tersenyum tipis mendengarnya. Ada rasa kasihan dan ada rasa kesal menjadi satu. "Tan, sebaiknya Tamara ditenangin dulu. Efeknya gak baik di sekolah. Dia juga seperti ngikutin aku gitu di sekolah." Ujarnya memberi saran.