Chereads / A Tired Love / Chapter 12 - 12. Batalnya Rencana Bianca

Chapter 12 - 12. Batalnya Rencana Bianca

"Apa makna anak perisak memurutmu?"

---------------------------------------------------------------

"Besok katanya ada ulangan harian dari Pak Jamal yah?" Tanya Valdi yang baru saja bergabung dengan ketiga sahabatnya di salah satu meja kantin.

"Pak Jamal itu siapa?" Tanya Steffani dengan bodohnya.

Tuk!!

Vallen memukul kepala Steffani dengan botol air mineral yang kosong. Tentu saja pelan. "Stef? Bisa nggak sih, agak pinter dikit gitu." Ujarnya dengan agak gemas.

Steffani nyengir saja. "Hehe maaf, emang gue selalu bego sih. Gue juga sebel sama kebegoan gue. Sumpah."

Audy dan Vallen hanya bisa menggelengkan kepala mereka secara bersamaan. Steffanu kalau dibilangin tidak bisa berubah rupanya. Tetap saja seperti itu.

"Bego!! Pak Jamal guru fisika. Lo kalau pikun terus lama-lama gue masukkin ke botol juga nih." Sungut Valdi yang gemas dengan Steffani yang memang kondisinya lagi lemot untuk berpikir.

"Gue kira Pak Jamal suaminya Bu Jamal." Ujar Steffani.

"Udah. Gak usah peduliin kebegoannya si Steff.. bisa-bisa gila ntar." Sahut Vallen menengahi. Steffani malah mengangguk saja seolah itu memang benar. Gadis itu lanjut memakan donat dengan baluran saus cokelat.

"Masa sih Val? Kata siapa?" Tanya Audy yang sejak tadi hanya mengamati.

"Gue dapet info dari ketua kelas. Barusan sih. Mana cepet banget masa baru juga sekolah lagi dan bahas cuman satu bab masa udah ujian aja.." Keluh Valdi.

"Dari pada lo ngeluh di hadapan gue. Mending lo ke lapangan sono!! Jauhin diri lo dari gue, deketin aja tuh diri lo ke basket. Eneg gue lama-lama kalau inget fisika pasti debat rumus sama elu!" Gerutu Vallen.

Valdi hanya mendengus saja mendengar itu, namun jari telunjuknya mendorong jidat Vallen dengan pelan. "Dasar barbie jelek." Olok Valdi kemudian berlari mundur dan menjauh sambil menjulurkan lidahnya ke arah Vallen dengan tatapan mengejek.

"Jengah lama-lama gue sebangku sama dia. Pengen gue semprot pakek semprotan insektisida. Biar mati." Gerutu Vallen sambil meremas-remes bekas botol air mineral yang sudah kosong.

"Ya sabar. Emang si Valdi cocok sih kalau jadi serangga. Ganggu." Sahut Steffani.

Audy hanya menatap Steffani dengan pandangan bertanya. Maksud Steffani apa coba?

"Gue jitak lu kalau lama-lama tambah ngeselin." Omel Vallen untuk Steffani.

"Lah, bener kan. Katanya lo mau semprot Valdi sama insektisida? Ya berat Valdi itu serangga. Bukan manusia."

"Serah lo deh Steff.. pusing gue bicara sama lo."

"Kalau pusing tiduran aja. Kan ini jam istirahat."

Melihat Vallen yang sudah ingin meledak, Audy mengelus bahu sahabatnya itu dengan terkekeh. "Udah. Biarin Steffani fokus sama donatnya dia. Jangan lo ajak ngobrol. Hahaha.." ujar Audy.

"Gila gue lama-lama." Keluh Vallen sambil bersedekap dada.

***

"Dari kelas mana si Audy resek itu?" Tanya Bianca pada Belva yang ini sedang menemuinya di ruang UKS.

Seperti biasa, Bianca memang suka membolos pelajaran dengan berbagai alasan dan tipu daya. Entah itu nyeri menstruasi, sakit maag, pusing, mual, masuk angin, dan kalau harus salto sekali pun pasti Bianca lakukan. Dan sebenarnya para guru sudah hafal dengan kelakuannya ini.

"Namanya Audrewna Sabella Basuki. Audy anak kedua dari keluarga Basuki yang memiliki perusahaan yang berjalan di bidang mesin impor cabang dari Aussie. Perusahaan bokapnya lumayan terkenal dam besar. Kayaknya dia cukup kaya tapi penampilannya sederhana deh Bi.." jelas Belva.

Biance berdecak. "Tetep aja. Yang berkuasa penuh di sekolah ini dan tentang Alan itu gue. Skip tentang informasi pribadi dia. Di mana dia sekarang?"

"Masih ngantin sama temen-temennya. Ini kan jam istirahatnya kelas 11."

"Stela mana?" Tanya Bianca.

"Dia udah siapin bahannya di pojokan bilik toilet. Tenang aja lo mah."

Bianca tersenyum puas. "Oke. Nanti kita pesta."

***

Jam dinding kelas sudah menunjukkan pukul 3 sore. Bel sekolah juga sudah berbunyi dan berdering nyaring, tanda bahwa semua murid sudah boleh pulang.

"Lo langsung pulang Dy?" Tanya Vallen sambil memasukkan buku-bukunya ke dalam tas ransel.

"Iya. Mau ngapain lagi." Jawab Audy.

"Gak mau belanja aksesoris gitu? Jepit rambut kembaran gitu.." ajak Vallen yang sepertinya memang sangat ingin main dulu sebelum benar-benar pulang ke rumah.

Hendak menjawab, ponsel Audy bergetar pendek. Tanda ada pesan masuk di sana.

From Alan :

Pulang bareng gue.

From Audy :

Kenapa Al?

From Alan :

Bukannya lo mau lihat perpustakaan rumah gue?

From Audy :

Eh, sekarang? Seriusan?

From Alan :

Cepet, atau gue berubah pikiran.

Audy kembali mendongak dan menatap Vallen dengan tatapan berbinar. "Len, Steff gue duluan yah.. hehe udah ditungguin Alan. Kalian jalan aja. Kalau mau beli gue beliin juga yah.." ujar Audy bersemangat dan segera menyambar tas ranselnya dan kabur begitu saja.

Audy berlari kecil dan hendak menuruni tangga namun kini Bianca menghadangnya dengan bersedekap dada dan memainkan rambut curlynya. "Hai.." sapanya.

Audy sebenarnya keheranan. Ia tidak mengenal Bianca sama sekali, namun gadis itu melirik ke arah bahu kanan Bianca yang memiliki bagde centang tiga, alias Bianca murid IPA kelas 12.

"Eh, hai juga kak.. permisi yah, mau turun ke bawah." Ucap Audy sopan.

Bianca terkekeh dan malah menghadang jalannya Audy. Tentu saja Audy tidak mengerti apa maksud Bianca.

"Woy, Dy.. tungguin gue." Ujar Valdi yang tiba-tiba muncul di belakang Audy.

Audy menoleh ke belakang dan menatap Valdi yang seperti ngos-ngosan habis berlari. Otomatis Bianca menjauhkan badannya dari posisi Audy yang berdiri di anak tangga.

"Valdi? Ngapain?" Tanya Audy dengan polos.

Valdi nyengir. "Lo lupa yah.. lo kan pulang bareng gue." Ujarnya dan langsung menyambar tangan Audy dengan cepat dan menggandeng Audy segera menuruni anak tangga.

Audy mengernyit tak mengerti dan melepaskan genggaman tangan Valdi. "Ada apa sih Val?"

"Lo kayaknya mulai hati-hati deh. Lo sementara ini jangan deket-deket sama Alan."

"Kenapa?"

"Ada yang mau bully lo. Kakak kelas yang lo sapa tadi, dia geng perisak. Plis, lo jangan deketin Alan dulu." Peringat Valdi dengan serius.

"Gue gak ngerti maksud lo. Gue udah ditungguin Alan di parkiran sebrang. Udah dulu ya.." pamit Audy namun Valdi berhasil mencekal tangannya.

"Plis Dy, lo pulang bareng gue yah.." pinta Valdi serius.

"Ish.. apaan sih lo kok maksa. Gue pulang sama Alan." Ujar Audy yang mulai kesal dan menghentakkan cekalan tangan Valdi hingga terlepas.

Namun ketika Audy membalikkan badannya, ia terkejut dengan hadirnya Alan.

"Astaga. A-alan? Sejak kapan kamu di sini?" Tanya Audy terbata.

"Sejak tangan lo dicekal." Jawab Alan singkat.

Alan menatap Valdi dengan tatapan penuh yang datar dan membuat Valdi sangat membencinya. Tangan Alan langsung menggenggam pergelangan tangan kanan Audy dengan cepat. "Masih baik gue mau nunggu dan samperin lo. Lain kali, jangan telat." Ujar Alan datar pada Audy, namun tatapan tajamnya tertuju pada Valdi.

Sedangkan, dibelokkan tangga Bianca menyaksikan itu semua dengan tatapan amarah. Alan menyentuh dan menggenggam Audy seakan tidak mau gadis itu dibawa Valdi. Geram. Rencananya batal hari ini.

***