Lepas semua beban yang tadi menumpuk di pundak Rafka, pembacaan doa yang saat ini di lakukan seakan seirama dengan perasaannya yang mulai tenang kembali.
Hal yang sama juga terjadi pada Aisyah, keraguan dan kegelisahan yang tadi mengumpul dalam hatinya kini meluap sudah entah kemana. Rasanya ia sudah terlepas dari rasa sesak yang tadi menghampirinya, kini Aisyah bisa bernafas dengan lega.
Hal yang sama terjadi pada Latifah, Rahima, dan Umar. Sebagai keluarga mereka merasakan kegelisahan yang hampir sama, hanya saja tidak separah pasangan pengantin itu. Kini mereka semua terbebas dari beban yang sempat mendera hati mereka, rasanya benar-benar tenang dan lega sekali.
Penghulu mengakhiri doanya, lalu mengucapkan selamat pada Rafka yang kini resmi menjadi suami Aisyah.
"Alhamdulillah, selamat karna sekarang nak Rafka sudah sah menjadi suami dari nak Aisyah. Baiklah bisa tolong di panggilkan mempelai wanitanya, karna kita akan menandatangani surat nikah untuk kalian ya?" Ucap Penghulu itu pada Rafka.
Mendengar permintaan penghulu, Umar langsung bangkit dan memanggil Aisyah untuk keluar dari kamarnya.
"Aisyah, ayo keluar dan temui suamimu." Panggil Umar pada Aisyah.
Aisyah yang berada di dalam kamar bersama Latifah dan Rahima pun mengangguk, dan ia melangkah keluar dari kamarnya. Beruntung Aisyah memakai gamis yang tidak jauh berbeda dengan kebaya pernikahan, karna ada brokat di bagian perut ke atas. Sedangkan bagian bawahnya sedikit mengembang, jika di perhatikan lagi Aisyah seperti memakai gaun pernikahan berwarna putih.
Latifah dan Rahima dengan perlahan menuntun Aisyah untuk berjalan, sampai akhirnya mereka tiba di depan penghulu. Latifah juga Rahima pun mundur beberapa langkah dan duduk di sana, sedangkan Aisyah duduk di samping Rafka yang kini sudah sah menjadi suaminya.
Sejak Aisyah keluar dari kamarnya, Rafka tidak bisa mengalihkan tatapannya dari sang istri barunya itu. Rasanya ia seperti di tarik oleh magnet tak kasat mata, sehingga ingin terus menatap wajah Aisyah.
'Masya Allah cantiknya' puji Rafka dalam hati.
"Berhubung mempelai perempuan sudah berada di sini maka kita langsung saja tanda tangani surat nikahnya, ini untuk nak Rafka dan ini untuk nak Aisyah." Jelas penghulu itu membuat Rafka tersadar dari lamunannya.
Mereka langsung menandatangani surat nikah itu, juga surat-surat yang lainnya. Lalu setelah itu, penghulu itu meminta Rafka untuk membaca surat Ar-Rahman untuk menuntaskan semuanya.
Rafka yang mengerti hal itu langsung mengambil Alqur'an yang ada di sana, dan mencari surat Ar-Rahman. Beruntung ia sudah berwudhu sebelum mengucapkan ijab qabul tadi, jadi tidak perlu mengambil wudhu lagi karna ia belum batal.
Setelah menemukan surat Ar-Rahman, Rafka pun mulai membacanya dengan tenang dan santai. Suaranya menggema ke seluruh ruangan, membuat semuanya hanyut dalam alunan indah ayat suci itu.
Bahkan Aisyah dan Umar tidak menyangka jika suara Rafka bisa semerdu ini, mereka benar-benar merasa tenang mendengarkannya.
20 menit kemudian Rafka pun selesai membacakan surat Ar-Rahman sampai ayat terakhir, lalu ia menutupnya dan memuji pada yang kuasa setelahnya.
"Baiklah, kini hanya tersisa pemasangan cincin saja." Ingat penghulu itu.
Rafka mengambil kotak cincin yang ada di depannya, lalu ia membukanya dan memakaikan ke jari Aisyah. Itu pertama kalinya ia menyentuh langsung kulit Aisyah, rasanya sangat halus dan hangat.
Setelah cincin itu terpasang sempurna di jari manisnya, Aisyah langsung mencium tangan Rafka sebagai tanda baktinya pada sang suami. Lalu Rafka pun membalasnya dengan mengecup kening Aisyah, kini mereka sudah meresmikan pernikahan mereka yang sederhana namun sangat khidmat dan sakral.
"Karna semua rangkaian sudah di laksanakan dengan baik, maka saya akan menyerahkan surat ini. Tolong di simpan dengan benar, jaga surat ini seperti kalian menjaga hubungan kalian nanti. Baiklah kalau begitu saya pamit dulu, assalamualaikum." Pamit penghulu itu pada semuanya.
"Waalaikum sallam" jawab semua orang yang ada di sana.
Penghulu itu pun keluar di antar oleh Umar, lalu setelah itu Umar kembali masuk ke dalam dan membantu mempersiapkan tempat untuk acara Pengajian siang ini.
"Apa ada yang kurang?" Tanya Umar pada semuanya.
"Sepertinya tidak yah, semua sudah sesuai dengan yang kita hitung sebelumnya." Jawab Rafka yakin.
"Iya, kue dan minuman juga sudah siap semua." Sambung Latifah dengan pasti.
Umar mengangguk paham, lalu ia pun memindahkan meja kecil yang tadi di gunakan untuk ijab qabul ke bagian lain. Setelah itu para wanita kembali masuk ke dalam kamar, karna beberapa tamu pria sudah mulai berdatangan.
Memang Umar sengaja hanya mengundang para pria, karna pengajian memang harus di lakukan dengan baik dan benar. Setelah semua undangan sudah datang, pengajian pun di mulai. Doa-doa dan ayat suci di bacakan, tidak lupa juga Umar berbicara tujuan dari pengajian ini untuk mengucapkan syukur.
1 jam kemudian, pengajian pun selesai di lakukan. Lalu para wanita mulai keluar kamar dan membantu mengulurkan makanan kepada tamu undangan, hingga akhirnya stok makanan yang di persiapkan habis.
Semua tamu undangan tampak menikmati sajian yang di berikan, lalu mereka mulai berpamitan untuk pulang. Tidak lupa tamu undangan itu di beri bingkisan kecil, yang berisi sembako.
Akhirnya semua acara di hari itu selesai di lakukan, kini tersisa keluarga Rafka dan Aisyah yang baru saja menyelesaikan solat dzuhur. Mereka tidak solat bersama, melainkan berjamaah wanita dengan wanita dan pria dengan pria.
Setelah itu Aisyah memasak untuk makan siang mereka semua, di bantu oleh Rahima dan Latifah. Sedangkan Rafka dan Umar kembali ke depan, untuk merapikan tikar dan barang-barang yang lainnya.
30 menit kemudian mereka semua kembali berkumpul di meja makan, beruntung meja itu cukup untuk 5 orang. Lalu mereka makan siang bersama, dengan suasana yang sama-sama tenang dan nyaman.
Selesai makan siang, Rahima dan Latifah pun berpamitan. Mereka akan kembali ke rumah Rafka di komplek, sedangkan Rafka sendiri akan menginap di rumah Aisyah.
Aisyah dan Rafka mengantar Latifah dan Rahima sampai ke depan pekarangan, sedangkan Umar hanya mengantar sampai teras rumah saja mengingat keduanya bukan mahromnya.
"Aisyah, kami akan menunggumu di sana. Cepatlah datang, dan kita berbicara sampai puas lagi nanti." Ucap Latifah dengan senyumnya.
Aisyah mengangguk mendengar perkataan Latifah, lalu mereka berpelukan sesaat dan Latifah juga mencium tangan Rafka lalu Rafka membalasnya dengan mencium keningnya. Aisyah dan Rafka mencium tangan Rahima, lalu kedua wanita itu langsung masuk ke dalam taksi untuk pulang ke rumah.
"Kami jalan dulu ya, assalamualaikum." Ucap Rahima dari dalam taksi.
"Waalaikum sallam" jawab Aisyah dan Rafka bersamaan.
Lalu taksi itu pun mulai melaju membelah jalan, meninggalkan rumah Aisyah dan menuju ke rumah Rafka yang berada di perumahan komplek mewah.