Chereads / Cinta Berawal dari Terpaksa / Chapter 18 - Bab 18

Chapter 18 - Bab 18

Di restaurant X.

Hari ini adalah hari pertama Lisa bekerja. Wajahnya berseri penuh semangat. Begitupun dengan Wily yang sengaja datang pagi – pagi untuk menyambut kedatangan Lisa.

Kau ini memang pandai sekali ya Wil, bisa – bisanya mencari perhatian kepada anak baru. Tidak kah kau ingat, setiap hari pasti berangkat ke restaurant agak siangan hohoho.

Tak lupa Lisa menyempatkan dirinya untuk membalas sang penjaga yang kurang berkenan dari hatinya kemarin. "Selamat pagi Tuan," tegur Lisa kepada sang penjaga dengan senyumnya licik, namun dia hanya memutar malaskan matanya.

Tak diambil hati, Lisa segera masuk ke dalam resto tersebut. Menemui Wily sang manager yang sedari tadi sudah menunggu. Ayolah Lisa percepat langkahmu, Wily sudah menatapmu dari monitor CCTV menyambut kedatanganmu.

"Tok.. Tok... Tok..."

Pintu ruangan Wily sudah terketuk. Wily merapikan kerah kemejanya serta merapikan jasnya. Tak lupa menyisir rambutnya dengan jari jemari dan melirik sedikit ke arah cermin. Ternyata tak cukup sampai disitu, dia juga menyempatkan diri menyemprotkan parfum maskulin agar terlihat tambah cool di depan Lisa.

"Tok.. Tok... Tok.."

Untuk kesekian kalinya Lisa mengetuk pintu ruangan Wily yang tidak ada balasan karena dia malah justru menyibukkan diri dengan berdandan. "Astaga kenapa aku gugup," gumam Wily ketika baru bangun dari duduknya.

Kakinya dan tangannya gemetar. Mulutnya serasa mengunci untuk mempersilahkan Lisa masuk. Sekali lagi ia menghela nafasnya, membuang semua kegugupannya. "Masuk !" ucap Wily dengan tegas dan lantang.

"Ceklek..."

Lisa membuka pintu ruangan Wily. Meskipun hanya mengenakan jaket jeans yang kebesaran, malah justru membuat Wily tertegun. Wajahnya begitu manis tanpa polesan make up.

"Maaf Tuan," tegur Lisa sambil memperhatikan mata Wily yang tak berkedip. Lisa berjalan mendekati Wily pun Wily belum bangun dari lamunannya. "Tuan," tegur Lisa kembali.

"Ya ?" Wily baru bangun dari lamunannya. Dia terkejut dan hampir semua kertas – kertas yang ada di meja kerja Wily berjatuhan. Itu semua karena ulahnya yang salah tingkah dengan kehadiran Lisa.

Mereka berdua sama – sama lekas membereskan lembaran kertas yang berhamburan di lantai. Sampai dimana terjadilah adegan sinetron tak sengaja saling menyentuh tangan dan bersitatap.

"Maaf Tuan, saya tidak sengaja." Lisa malah justru membuyarkan adengan indah tersebut.

Buru – buru mereka melepaskan tangan tersebut. "Seharusnya saya yang minta maaf karena tidak sengaja memegang tanganmu," kilah Wily. "Ayo duduk, biar nanti saya menyuruh pelayan lain untuk membereskannya." Wily bangun dan duduk di kursinya sendiri, sementara Lisa duduk berhadapan dengan Wily dengan meja sebagai pembatasnya.

"Astaga kenapa aku semakin gugup," keluh Wily dalam hatinya.

Sementara Lisa bertolak belakang dengan Wily, dia malah justru senang dan bersemangat untuk pagi ini. "Semoga hari – hariku akan jauh lebih baik setelah bekerja di sini," dalam hati Lisa penuh harap.

"Tuan maafkan saya karena saya terlambat beberapa menit," Lisa menunduk penuh sesal. Bagaimana tidak terlambat, Lisa hanya berjalan kaki dari rumah.

Ungkapan penyesalan dari Lisa membuat Wily tersenyum lebar membuat teka – teki dalam pikiran Lisa. "Apa Tuan Wily marah ??"

"Tuan maafkan saya," Lisa menunduk. Dia meraih tangan Wily dan meletakkan punggung tangan Wily di atas dahinya. "Tolong jangan urungkan niat Tuan untuk memperkerjakan saya di sini karena saya sangat butuh akan pekerjaan ini !"

Hal tersebut bukannya membuat Wily iba tapi malah justru membuat Wily ingin membelai rambut cokelatnya itu. "Astaga apa yang ku pikirkan. Tidak jangan Wil, kamu harus menahannya." Tangan yang tadinya sudah di atas kepala Lisa kini dengan cepat langsung di turunkan dan di sembunyikan di bawah meja.

"Jangan seperti itu Lisa, aku tidak akan mengurungkan niatku untuk memperkerjakan kamu di sini." Ucap Wily.

Lisa sedikit menatap Wily sambil tersenyum. "Benarkah Tuan ??" Wily mengangguk. "Bersiaplah, aku akan mengantarkanmu ke kepala pelayan di sini. Dia yang akan mengarahkan dan mengajari kamu selama masa training."

Wily mengajak Lisa keluar dari ruangannya menemui kepala pelayan di restaurant X tersebut. Lisa masih asing dengan tempat tersebut, ia hanya celingukan menatap setiap setiap sudut dan setiap sisi dari restaurant.

"Mira !!" Panggil Wily pada kepala pelayan yang sedang berdiskusi dengan pelayan lainnya. Senyum Mira merekah dan dengan langkahnya yang anggun mendekati Lisa dan Wily.

"Selamat pagi Tuan ??" tegur Mira sambil menundukkan kepalanya memberi hormat pada Wily. "Pagi Nona ?" tegur Mira kembali pada Lisa.

"Perkenalkan dia Lisa," Wily menunjuk Lisa. Lisa tak segan – segan memberi jabat tangan kepada Mira dan Mira membalasnya dengan senyuman. "Dia mulai sekarang akan bekerja di sini, jadi saya minta tolong sama kamu untuk membimbingnya selama masa training."

"Perkenalkan aku Mira," senyum itu kembali diberikan kepada Lisa. "Saya pasti akan dengan senang hati membimbing Lisa sampai bisa," balas Mira pada Wily.

Wily tetap bergaya cool, kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana. "Kalau begitu saya tinggal," bergegas Wily kembali ke ruangannya.

Tak sampai di situ saja, Wily di ruangannya juga menyibukkan diri mengawasi Lisa lewat monitor CCTV restaurant tersebut. Sebegitu cintanya kau dengan Lisa Wil ??

Kini Mira dan Lisa masih berdiri di tempat tersebut. Keduanya saling bersitatap, Mira menatap lekat dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Lisa sedikit merasa rishi dengan sikap Mira. Dia bermaksud mengalihkan pandangan Mira. "Maaf Nona, apa tugas saya sekarang ?" tanya Lisa.

Mira memegang bahu Lisa sambil tersenyum, Lisa melirik sedikit tangan mira yang menepuk – nepuk lembut di bahunya. "Jangan panggil aku Nona Lis, panggil saja aku Mira." Balas Mira.

Lisa mengangguk. "Ayo ikut aku ke mes untuk mengganti pakaianmu dan memoles sedikit wajahmu yang sudah cantik natural itu." Mira menarik Lisa. Wajah Lisa bersemu karena mendapati orang sebaik Mira.

Mata Lisa berkeliling di sebuah ruangan yang cukup besar dengan banyak loker dan beberapa tempat tidur. Mira membuka sebuah loker dan memberinya sebuah kemeja lengan pendek putih. "Pakailah di kamar kecil itu," menunjuk sebuah kamar ganti di ujung. "Aku akan menunggu kamu di sini."

Lisa mengangguk dan segera mengenakan pakaian yang diberikan oleh Mira. Rambutnya terurai bebas dengan wajah polos tanpa make up. Lagi – lagi Mira terkesima dengan Lisa. Baginya Lisa sangat – sangat cantik.

Mira menarik tangan Lisa dan mendudukkannya di sebuah meja rias. "Duduklah aku akan memberimu sedikit perona bibir," Lisa mengangguk dan membiarkan tangan – tangan Mira beraksi.

Perona bibir dengan warna natural menyatu dengan wajah Lisa. Lisa tambah terlihat cantik dengan sentuhan tersebut. Berulang kali Lisa menutup dan membuka mulutnya karena lipstick yang menempel di bibirnya. "Memangnya harus memakai lipstick ??" Lisa meraba – raba bibirnya. "Aku sungguh tidak nyaman Mir."

Mira tertawa kecil karena ulah Lisa. "Mulai sekarang memakai bedak tipis dan perona bibir wajib Lis. Karena aku tidak ingin para pelayan di sini terlihat pucat dan lusuh." Mendengar ucapan tersebut Lisa mengubah mimiik wajahnya.

Mira menyadari akan mimic wajah Lisa tersebut. "astaga mulutku ini," dalam hati Mira sesal. "Lis, kamu memang aslinya sudah cantik. Tapi kamu harus tetap menggunakan make up seperti yang lain karena ini sudah menjadi peraturan di sini." Mira menyibakkan rambut Lisa yang terurai ke belakang. "Bukankah alangkah baiknya kita sebagai karyawan yang baik menaati aturan tersebut bukan ??" tanya Mira.

Lisa mengangguk dan perlahan mimic wajahnya membaik. "Terimakasih ya Mir," memegang tangan Mira yang berada di atas bahunya. "Semoga kita bisa berteman baik," imbunya lagi.

"Tentu," balas Mira.

Segera Lisa menyesuaikan dirinya dengan Mira. Mira mulai mengarahkan Lisa dengan tugas – tugasnya. Mulai dari cara greeting, menerima pesanan dari konsumen, order, penghantaran menu sampai dengan clean up.

Mira sangat pandai dalam membimbing Lisa, begitupun dengan Lisa yang juga dengan mudah memahami dan menguasinya. Mira memang sengaja menyuruh Lisa mengekor dengannya supaya Lisa bisa mengamati pekerjaan Mira dan setelahnya Lisa harus melakukannya sendiri yang tentu dengan pengawasan Mira.

Meskipun hari pertama harus pulang agak larut tapi Lisa cukup senang. Baginya ini adalah sebuah pekerjaan yang menyenangkan.

Bersambung...

Cerita ini bisa di baca secara gratis di app webnovel, noveltoon dan watpad. Jangan lupa kasih vote setelah membaca❤️❤️❤️❤️