Keesokan paginya …
Alvira mengerjapkan kedua bola mata karena merasa memang dirinya kini harus terbangun. Cahaya dari terangnya lampu adalah satu-satunya alasan yang membuatnya kini terbangun. Ah tidak, bukan itu saja sih alasannya. Belum lagi, ia teringat tidur tidak di tempat kamarnya.
Dan terakhir kali ia ingat, dirinya tengah menangis.
Pada akhirnya, Alvira sudah sepenuhnya membuka mata. Melihat ke arah jam dinding pun menjadikan dirinya tau kalau ini masih pagi-pagi buta, jam masih menunjukkan pukul empat dini hari.
Yang sebagai pertanda, Alvira bangun lebih awal daripada biasanya yang bangun jam setengah enam pagi.
"Hoam…" Alvira pun merasa kantuk yang masih menyerang. Namun entah mengapa, kini ia lebih memilih untuk nengubah posisi tiduran menjadi duduk dan bersender di kepala kasur.
Alvira meraba-raba kelopak matanya yang ternyata masih sembab, menjadikan ia menghela napas.