Suara tepuk tangan bergemuruh, di hasilkan dari tepukan para murid yang menyaksikan kedua genk selesai bermain basket dengan skor yang seimbang. Entah El dan kawan-kawan yang bermain cukup payah untuk menyetarakan kemampuan lawan, atau memang kali ini lawannya —Bian dan kawan-kawan— sudah memiliki kemampuan yang setara. Sepertinya sih opsi pertama yang lebih cocok.
Mereka —pemain—, saling berjabat tangan atas hasil permainan yang cukup memuaskan.
"Thanks bro, kapan-kapan lagi." ucap Reza sambil menepuk-nepuk pundak Bian sebanyak dua kali.
Bian yang mendengar itu pun menganggukkan kepala. "Yoi sama-sama, gampang itu mah atur aja, gue selalu bisa kapan aja."
"Ya udah, kita duluan." ucap El yang tidak ingin berbasa-basi dan menunda kepulangannya.