"Diem lo."
El menatap Nusa yang sepertinya gelisah karena kini mereka berada di kantin. Yang dalam artian, mereka keluar jam kelas yanh seharusnya digunakkan untuk menjalankan hukuman, namun kini malah memesan nasi goreng dengan teh hangat sebagai peneman.
Nusa menekuk senyumannya, setelah itu saling mencengkram jari tanan kanan dengan tangan kirinya. "Ya gimana ya, Bara? Ini kita dosa gak sih malah kayak gini bukannya berdiri di tengah lapangan." balasnya dengan nada bicara pelan.
"Ya gak dosa lah, yang dosa itu guru tadi. Mentang-mentang guru pindahan,"
"Masa nyalahin guru? Kan biasanya di dunia pendidikan, guru gak pernah salah."
"Lah sok tau lo."
El hanya menggelengkan kepala saat mendengar apa yanh dikatakan oleh Nusa. Bagaimana bisa ada pemikiran kalau guru tidak pernah salah? Mereka kan juga manusia biasa yang tentu memiliki perasaan yang serupa dengan yang lainnya, dalam artian tentu saja bisa salah kalau memang salah.