Priska tersenyum miring kala melewati Reza setelah dirinya berjanji tidak akan memanfaatkan Alvira sebagai alat untuk dirinya bisa masuk ke dalam kehidupan seorang El.
Tadinya, ia sama sekali tidak berpikir seperti itu. Ia memang licik, namun pikirannya tidak se-pecundang itu.
Namun, karena Reza yang memberikan dirinya ide, ia menjadi ingin melanggar janji yang baru beberapa detik dirinya katakan pada seorang cowok yang kini menatap punggungnya yang mulai berjalan menjauh.
Hei, janji itu ada bukan untuk di tepati. Tapi, adanya janji ya justru untuk di ingkari, iya kan?
Mungkin hanya Priska saja yang memiliki pemikiran seperti itu, biarlah.
Ia melangkahkan kaki masuk ke rumah mewah, rumah yang mungkin tidak akan ada yang bisa menyamakan, dalam kata lain tidak terlihat pasaran. Ia mendonggakkan kepala untuk melihat beberapa pajangan foto yang di gantung pada dinding, belum lagi bingkai yang di letakkan di atas meja panjang.