Chereads / Kehidupan Abadi Grim / Chapter 2 - #2 Grim Vesalius Terbangun Dari Tidurnya

Chapter 2 - #2 Grim Vesalius Terbangun Dari Tidurnya

[Manusia Abadi, Grim Vesalius]

Sudah berapa tahun sejak Hingel datang kesini, sampai saat ini dia belum ada datang kembali. Apa dia akhirnya mencapai akhir kehidupannya?

Jika memang begitu maka hidupnya benar benar singkat, bahkan meskipun dia adalah seorang pahlawan penyelamat dunia, namun jika para dewa tidak menyukainya maka pada akhirnya dia tidak ada bedanya dengan manusia biasa.

Jika dibandingkan dengannya, aku sendiri tidak terlalu tau pencapaian besar yang pernah kuraih. Karena itulah aku sendiri juga tidak terlalu tau apa yang disukai para dewa dariku.

Berkat yang mereka berikan sangatlah luar biasa, sangking luar biasanya itu bahkan berada diluar nalar manusia.

Meski begitu begitu, bagiku berkat itu tidak ada bedanya dengan kutukan. Kutukan yang membuatku tidak akan pernah bisa mati, tidak peduli seberapa besar luka yang didapatkan oleh tubuh ini. Pada akhirnya luka itu akan langsung sembuh.

Juga karena berkat itu aku sama sekali tidak pernah merasakan lapar ataupun haus. Sudah sangat lama sejak terakhir kali aku makan ataupun minum.

Aku benar benar lelah dengan kehidupan seperti ini, aku benar benar ingin merasakan sebuah kematian.

"Apa yang sebenarnya kau inginkan Athena? Hingga kau memberikan ku tubuh seperti ini."

Tidak peduli seberapa banyak aku memikirkan hal itu, pada akhirnya aku tidak pernah mendapatkan jawabannya. Bahkan ketika aku menanyakannya langsung kepada Athena dia hanya tersenyum saja.

Begitu juga dengan Pandora dan yang lainnya, mereka hanya mengatakan kalau mereka ingin membuatku terus bersama dengan mereka.

Dahulu aku memang mau sesekali bersama dengan mereka, namun sejak Iris tidak ada lagi aku tidak pernah berpikir untuk bersama dengan mereka.

Entah sampai kapan kehidupan yang membosankan ini akan berakhir? Apa aku akan terus hidup hingga beberapa zaman lagi? Aku sama sekali tidak mengetahui hal itu.

Memikirkannya saja sudah membuatku lelah, satu satunya caraku menghilang rasa lelah ini hanyalah dengan tidur.

Aku kembali memejamkan mataku, dan kembali terlelap dalam tidur.

_________________

____________

________

Entah Sudah berapa lama aku tertidur, meski terasa singkat namun aku yakin kalau sudah cukup banyak waktu yang berlalu.

Apakah ini adalah saatnya? Mungkin memang sudah saatnya bagiku untuk keluar dan mengunjunginya.

"Light."

Sebuah Cahaya kecil muncul, itu adalah cahaya yang diciptakan oleh sihir. Dulu sangat banyak orang yang bisa menggunakannya, bahkan anak berusia 4 tahun juga bisa menggunakannya.

Namun sepertinya seiring perubahan zaman jumlah orang yang bisa menggunakannya semankin berkurang. Bahkan pada saat aku terakhir kali melihat permukaan dunia ini, aku menyadari kalau sihir adalah sesuatu yang sangat langka.

Berkat sihir ini kegelapan yang ada didalam sini menghilang. Meski aku dapat melihat dengan jelas didalam kegelapan, namun tetap saja cahaya kecil ini membuatku menjadi lebih baik.

Tidak banyak barang yang ada didalam sini, hanya ada sebuah kasur kecil, dan sebuah kursi kecil. Bagaimanapun tempat ini adalah tempat yang sengaja dibuat hanya untukku tidur, jadi tidak heran jika hampir tidak ada apapun disini.

Aku mengangkat kasur kecil ini, yang kubutuhkan bukanlah kasurnya melainkan apa yang ada dibawahnya. Dibawah kasur itu terdapat sebuah pedang, pedang yang khusus kubuat untuk diriku sendiri.

Pedang berwarna hitam gelap dapat terlihat, aku mengambil pedang itu. Pedang ini sangatlah berat, mungkin beratnya setara dengan sebuah istana pada zaman dulu.

Dizaman ini mungkin tidak akan ada yang dapat mengangkatnya selain diriku.

Aku mengeluarkan pedang dari sarungnya, sama seperti sarungnya bilah pedang itu juga berwarna hitam.

Meski sudah sangat lama tidak kurawat namun sama sekali tidak ada karat pada pedang ini.

Yah ini tidak mengherankan, bagaimanapun pedang ini terbuat dari bahan khusus. Bahan khusus adalah mitril yang telah beradaptasi dengan mana (energi sihir) ku dalam waktu lama.

Kemudian aku menyimpan pedang ini didalam ruang penyimpanan ku, ruang penyimpanan ini terbuat dari sihir ruang dan waktu. Bagian dalam ruang penyimpanan ini cukuplah besar, mungkin setara dengan sebuah kota kecil.

Waktu yang ada didalam ruang penyimpanan ini tidak pernah bergerak, atau bisa dibilang selalu terhenti. Karena itu mahluk yang masih hidup tidak bisa dimasukkan kedalamnya.

Sekarang aku telah mengambil satu satunya barang berharga yang ada disini. Sudah saatnya pergi untuk melihat dunia yang tidak kusukai ini.

Sebagai permulaan kurasa aku akan menemui Hingel, jika aku tidak salah pada saat itu dia mengatakan kalau dia tinggal tidak jauh dari tempatku saat ini.

_________

______

____

[Manusia biasa, Reina]

"Haaaa."

Helaan Nafas yang cukup panjang keluar lagi. Mungkin ini sudah yang ke 10 kalinya untuk hari ini.

Sihir yang diajarkan oleh tuan Hingel sangatlah sulit, meski begitu aku tidak bisa menyerah begitu saja. Bagaimanapun ini adalah sihir yang harus kukuasai.

Menurut perkataan tuan Hingel sihir ini hanya memerlukan mana yang sedikit, namun daya serangannya cukup besar. Jadi ini adalah sihir yang cocok untuk melindungi diri.

Tuan Hingel juga mengatakan kalau aku harus menguasai sihir dengan cepat, meski tuan Hingel tidak mengatakan alasannya namun aku sendiri sudah mengetahuinya.

Karena alasan itulah aku tidak boleh menyerah, aku sama sekali ingin tuan Hingel selalu menghawatirkanku.

Aku ingin menunjukkan kepada tuan Hingel kalau aku dapat melindungi diriku, dengan begitu tuan Hingel pasti akan merasa tenang.

Baiklah, sekali lagi aku akan mencoba untuk menggunakan sihir ini.

"Wahai api....."

Aku berhenti mengucapkan mantranya.

Seseorang muncul dari balik pepohonan, orang itu semankin dekat. Dia adalah seorang pria dengan rambut hitam, matanya berwarna merah keabu abuan.

Aku tidak tau bagaimana orang ini bisa muncul, dia datang dari arah hutan terlarang. Hutan itu seharusnya adalah tempat yang ditakuti.

Pria itu semankin dekat, wajahnya terlihat tanpa ekspresi. Tubuhnya terlihat sangat lemah, namun disisi lain dia juga terlihat sangat kuat. Aku sama sekali tidak menemukan celah untuk menyerangnya.

Aku sama sekali tidak merasakan bahaya dari orang itu, namun karena dia datang dari hutan terlarang maka dia mungkin bukan orang yang baik.

Aku segera mengerahkan tanganku kearah.

"Wahai api yang membara, namaku Reina. Berikanlah aku kekuatan mu."

Sebuah api yang cukup besar muncul diujung tanganku.

saat aku berniat untuk menyerangnya pria itu mengucapkan beberapa kata.

"Ditolak, namaku adalah Grim."

Sekitar tubuhku dikelilingi oleh Cahaya putih, lalu seketika aku terkejut.

"Ehh...."

Api itu menghilang, Api itu menghilang bukan karena mantraku yang salah ataupun sihirku yang gagal. Api itu hilang karena pria itu menghilangkannya, ini adalah pertama kalinya bagitu melihat hal ini.

"Itu adalah sihirku, bukan sangat kurang ajar jika kau menyerangku dengan sihir milikku?"

Pria itu berbicara sambil terus berjalan mendekatiku.