Chereads / Kehidupan Abadi Grim / Chapter 3 - #3 Grim Vesalius Bertemu Muridnya

Chapter 3 - #3 Grim Vesalius Bertemu Muridnya

[Manusia Abadi Grim Vesalius]

Gadis kecil ini sedikit menarik, dia menggunakan sihir yang kuciptakan untuk menyerangku. Jika ini zaman dulu, maka dia pasti akan langsung ditertawakan.

Bagaimanapun sebuah sihir dapat dengan mudah dibatalkan oleh sang penciptanya.

Namun bukan itu intinya, yang ingin kutahu adalah bagaimana cara gadis kecil ini bisa menggunakan sihir milikku.

Sesuai Dengan yang Hingel katakan aku sudah tidak keluar selama lebih dari 50 tahun. Jadi seharusnya tidak ada orang luar yang dapat menggunakan sihir milikku.

"Gadis kecil, bisakah aku bertanya kepada mu?"

Gadis kecil itu terlihat sangat tenang, tidak dari pada tenang gadis kecil itu terlihat tanpa emosi.

Sungguh ekspresi wajah yang menyedihkan. ini bukanlah zaman dulu, ekspresi itu sama sekali tidak cocok dengan gadis kecil itu.

"Apa yang ingin anda tanyakan?"

Gadis kecil itu menjawab dengan datar, sepertinya dia sudah tidak menganggapku sebagai ancaman.

"Apa kau kenal dengan pria bernama Hingel?"

Karena gadis kecil ini bisa menggunakan sihir milikku, maka kemungkinan besar dia pasti memiliki hubungan dengan salah satu muridku. Dan Satu satunya muridku yang tinggal tidak jauh dari hutan terlarang hanyalah Hingel.

"Saya mengenalnya, apa yang ingin anda lakukan?"

"Aku hanya ingin mengunjunginya. Bisakah kau menunjukkan jalan ketempatnya?"

Untuk sesaat gadis kecil itu menatapku.

"Baiklah, saya akan membawa anda ketempat tuan Hingel."

Gadis kecil itu mulai berjalan, aku mengikutinya dari belakang.

"Oiya, aku belum memperkenalkan diriku. Namaku adalah Grim, siapa namamu gadis kecil?"

"Nama saya Reina."

"Hanya itu? Apa kau tidak memiliki nama belakang?"

"Saya memilikinya, namun saya tidak terlalu suka menggunakannya."

"Begitu ya."

Aku tidak tau apa yang telah dialami oleh Reina, namun mengingat wajahnya yang terlihat tanpa ekspresi sudah pasti dia telah mengalami sesuatu yang buruk, Dan itu pasti berhubungan dengan keluarganya.

"Apa anda juga tidak memiliki nama belakang tuan Grim?"

"Aku memilikinya."

"Apa nama belakang tuan? Apa mungkin nama belakang tuan Vesalius?"

Ini cukup mengejutkan, Reina bisa mengetahui nama belakangku. Apa mungkin Hingel yang memberitahunya?

"Itu adalah rahasia, suatu hari nanti aku mungkin akan memberitahumu."

"Kalau begitu saya akan menunggu datangnya hari itu."

Hehh, berbeda dengan ekspresi wajahnya, Reina terasa seperti gadis kecil pada umumnya.

"Kita sudah sampai tuan Grim, tuan Hingel tinggal dirumah itu."

Untuk pertama kalinya aku melihat rumah Hingel, itu adalah rumah yang sangat sederhana. Sepertinya rumah itu terbuat dari pepohonan sekitar.

"Kalau begitu saya pergi dulu tuan."

"Hmm, kemana kau akan pergi Reina?"

Aku tidak melihat rumah lain disekitar sini, bukankah dia tinggal dengan Hingel?

"Saya akan melanjutkan latihan saya."

"Ohh, latihan sihir ya. Baiklah semoga berhasil Reina."

Reina lalu pergi ketempat dimana kami bertemu tadi.

"Baiklah, sekarang saatnya bertemu dengan muridku yang satu ini."

Aku berjalan mendekati rumah itu, begitu sampai aku langsung mengetuk pintu rumah.

Tidak butuh waktu lama, pintu itu mulai terbuka, yang ada dibalik pintu itu adalah Hingel yang terlihat sangat tua.

Penampilannya terlihat lebih buruk dari pada yang sebelumnya.

"Guru..."

Hingel sedikit terkejut dengan kehadiranku.

"Apa kau tidak berniat membiarkanku masuk Hingel?"

"Ah maafkan saya guru, saya sedikit terkejut. Silahkan masih guru."

Aku memasuki ruang Hingel, bagian dalamnya terlihat sama dengan bagian dalam. Sangat sederhana, hanya ada ruang tidur dan ruang makan.

Aku segera duduk disebuah kursi kecil.

"Saya sempat khawatir sebelumnya, saya pikir anda tidak akan keluar hingga hidup saya berakhir guru."

"Begitukah? Bukankah kau belum lama bertemu denganku?"

"Saya tidak tau bagaimana cara anda menghitung waktu, namun ini sudah 4 tahun sejak saya bertemu dengan anda."

Hmm, 4 tahun ya? Selama didalam sumur itu aku tidak pernah menghitung waktu, yang aku lakukan disana hanyalah tidur. Meski aku tau kalau beberapa waktu telah berlalu, namun aku tidak menyangka kalau waktu telah berlalu selama 4 tahun.

"Bagaimana cara anda bisa menemukan tempat ini guru?"

"Aku hanya berjalan mengikuti keinginanku, lalu aku bertemu dengan gadis kecil bernama Reina. Dia yang menunjukkan tempat ini kepadaku."

"Begitu ya, jadi dia yang menunjukkan jalan kepada anda."

"Gadis kecil itu, Bukankah dia tinggal dengamu Hingel?"

"Iya, dia telah tinggal dengan saya sejak kecil."

"Heh, tidak mengherankan."

Sekarang sudah jelas kalau Hingel adalah orang yang mengajarkan Reina sihir milikku.

"Ngomong ngomong kenapa kau tinggal ditempat seperti ini Hingel? Bukankah kau seorang pahlawan?"

Sejak zaman dulu pahlawan itu selalu diagungkan, dalam beberapa kasus mereka bahkan memiliki pengaruh melebihi seorang raja.

Hingel adalah seorang pahlawan yang mengalahkan raja iblis, dengan statusnya dia seharusnya memiliki sebuah mansion yang cukup besar.

"Bagi orang lain saya mungkin seorang pahlawan, namun sebenarnya gelar itu terasa cukup berat untuk saya."

"Mengapa?"

"Sejak saya mengalahkan raja iblis berbagai macam orang mendatangi saya, bahkan mereka mengirimkan perempuan untuk menjadi pendamping saya. Saya merasa lelah dengan semua itu, Karena itulah saya pergi kesini dan membuat rumah ini."

Jadi begitu, aku mengerti sekarang. Memang akan sedikit melelahkan jika terus menerus hidup seperti itu.

"Jadi mengenai Reina, saya ingin anda menjaganya dan membawanya dari sini guru."

"Baiklah, tapi aku tidak akan pergi sekarang."

"Mengapa guru? Apakah anda sedang tidak buru buru?"

Dari nada suaranya, Hingel sepertinya telah tau kemana aku akan pergi. Yah itu tidak mengherankan, bagaimanapun aku pernah membawanya kesana.

"Aku tidak sedang buru buru, lagi pula akan sangat tidak mengenakkan jika aku membawa Reina pergi sekarang. Dia akan tetap disini, setidaknya sampai dia melihat akhir dari kehidupanmu Hingel."

"Anda terlalu kejam guru, padahal sebisa mungkin saya tidak ingin dia tetap disini dan melihat akhir dari hidup saya."

Kejam ya? Dari sudut pandang orang lain mungkin memang seperti itu, namun bagiku itu adalah sesuatu yang harus Reina rasakan.

Bagaimanapun meski Reina pergi denganku, namun bukan berarti dia akan tetap bersamaku hingga akhir hidupnya. Suatu hari nanti dia pasti akan berpisah denganku, karena itulah Reina harus merasakan kesedihan dari melihat kematian orang yang dia sayangi.

Reina mungkin sudah pernah merasakan hal itu, namun saat ini dia terlihat seperti sedang menahan emosi miliknya. Karena itu aku harus membuatnya kembali merasakan hal emosi itu.

Itu adalah salah satu emosi yang harus Reina rasakan saat ini.